Bukan dari China, Wabah COVID-19 di New York Berasal dari Eropa
Sabtu, 25 April 2020 - 17:22 WIB
NEW YORK - Gubernur New York, Andrew Cuomo, menyatakan bahwa jenis virus Corona baru yang masuk ke wilayahnya bukan dari China melainkan dari Eropa.
Cuomo mengutip penelitian dari Northeastern University yang memperkirakan bahwa lebih dari 10.000 warga New York mungkin telah tertular penyakit mematikan itu pada saat mengkonfirmasi kasus pertama pada 1 Maret lalu. Ia mengatakan ia percaya Italia kemungkinan menjadi sumber penyebarannya.
Cuomo juga mengatakan bahwa larangan bepergian yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terlambat untuk menghentikan penyebarannya.
Cuomo mencatat bahwa Trump memerintahkan larangan perjalanan dari China pada 2 Februari, lebih dari sebulan setelah munculnya laporan tentang wabah di Wuhan dan memutuskan untuk membatasi perjalanan dari Eropa pada bulan berikutnya. Pada saat itu, virus Corona telah menyebar luas di Amerika Serikat.
"Kami menutup pintu depan dengan larangan bepergian ke China, yang mana itu telah betul dilakukan," kata Cuomo dalam pengarahan singkat.
"Tapi kami membiarkan pintu belakang terbuka karena virus telah meninggalkan China pada saat kami melakukan larangan bepergian ke China," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (25/4/2020).
Meski membela langkah Trump untuk mempertanyakan apakah apakah WHO menanggapi krisis virus Corona dengan tepat, Cuomo menyinggung reaksi lambat pemimpin negara itu bahkan ketika semakin banyak laporan yang muncul dari China pada bulan Januari dan Februari tentang seberapa cepat virus itu menyebar dan membunuh.
Cuomo mengatakan sebanyak 2,2 juta orang melakukan penerbangan dari Eropa ke New York dan bandara New Jersey dalam dua bulan itu, banyak dari mereka kemungkinan membawa penyakit pernafasan yang sangat menular COVID-19.
“Kami bertindak dua bulan setelah wabah di China. Ketika Anda melihat ke belakang, apakah ada yang mengira virus itu masih di China menunggu kita untuk bertindak dua bulan kemudian?" kata Cuomo.
"Kuda itu sudah meninggalkan gudang pada saat kita pindah," ia menambahkan.
Cuomo mengatakan adalah penting bahwa negara itu belajar dari kesalahan yang dibuat karena virus itu bisa melonjak lagi di musim gugur atau virus baru bisa muncul.
“Itu akan terjadi lagi.Ada tumpukan di atasnya. Jangan taruh kepala kita di pasir," ucapnya.
Ia mengatakan masih terlalu dini untuk membuka kembali negaranya, yang terkunci hingga setidaknya 15 Mei. Ia mengatakan rata-rata setiap tiga hari ada pasien baru virus Corona yang menjadikan ada sekitar 1.300 orang per hari, suatu tanda yang mengkhawatirkan.
Tetapi dengan catatan positif, ia mengatakan rawat inap untuk pasien COVID-19 berjumlah 14.258 pada hari Kamis, atau menurun untuk hari kesepuluh secara berturut-turut. Dia melaporkan 422 kematian tambahan, total harian terendah sejak 31 Maret.
Cuomo mengutip penelitian dari Northeastern University yang memperkirakan bahwa lebih dari 10.000 warga New York mungkin telah tertular penyakit mematikan itu pada saat mengkonfirmasi kasus pertama pada 1 Maret lalu. Ia mengatakan ia percaya Italia kemungkinan menjadi sumber penyebarannya.
Cuomo juga mengatakan bahwa larangan bepergian yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terlambat untuk menghentikan penyebarannya.
Cuomo mencatat bahwa Trump memerintahkan larangan perjalanan dari China pada 2 Februari, lebih dari sebulan setelah munculnya laporan tentang wabah di Wuhan dan memutuskan untuk membatasi perjalanan dari Eropa pada bulan berikutnya. Pada saat itu, virus Corona telah menyebar luas di Amerika Serikat.
"Kami menutup pintu depan dengan larangan bepergian ke China, yang mana itu telah betul dilakukan," kata Cuomo dalam pengarahan singkat.
"Tapi kami membiarkan pintu belakang terbuka karena virus telah meninggalkan China pada saat kami melakukan larangan bepergian ke China," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (25/4/2020).
Meski membela langkah Trump untuk mempertanyakan apakah apakah WHO menanggapi krisis virus Corona dengan tepat, Cuomo menyinggung reaksi lambat pemimpin negara itu bahkan ketika semakin banyak laporan yang muncul dari China pada bulan Januari dan Februari tentang seberapa cepat virus itu menyebar dan membunuh.
Cuomo mengatakan sebanyak 2,2 juta orang melakukan penerbangan dari Eropa ke New York dan bandara New Jersey dalam dua bulan itu, banyak dari mereka kemungkinan membawa penyakit pernafasan yang sangat menular COVID-19.
“Kami bertindak dua bulan setelah wabah di China. Ketika Anda melihat ke belakang, apakah ada yang mengira virus itu masih di China menunggu kita untuk bertindak dua bulan kemudian?" kata Cuomo.
"Kuda itu sudah meninggalkan gudang pada saat kita pindah," ia menambahkan.
Cuomo mengatakan adalah penting bahwa negara itu belajar dari kesalahan yang dibuat karena virus itu bisa melonjak lagi di musim gugur atau virus baru bisa muncul.
“Itu akan terjadi lagi.Ada tumpukan di atasnya. Jangan taruh kepala kita di pasir," ucapnya.
Ia mengatakan masih terlalu dini untuk membuka kembali negaranya, yang terkunci hingga setidaknya 15 Mei. Ia mengatakan rata-rata setiap tiga hari ada pasien baru virus Corona yang menjadikan ada sekitar 1.300 orang per hari, suatu tanda yang mengkhawatirkan.
Tetapi dengan catatan positif, ia mengatakan rawat inap untuk pasien COVID-19 berjumlah 14.258 pada hari Kamis, atau menurun untuk hari kesepuluh secara berturut-turut. Dia melaporkan 422 kematian tambahan, total harian terendah sejak 31 Maret.
(ber)
tulis komentar anda