China vs India: Dua Kekuatan Nuklir, tapi Bentroknya Baku Tinju

Kamis, 18 Juni 2020 - 07:39 WIB
“Putra-putra pemberani Ibu Pertiwi India melakukan pengorbanan tertinggi sambil melindungi Tanah Air kita di Lembah Galwan. Saya salut kepada mereka...Di saat kesedihan yang sulit ini, saya menyatakan belasungkawa kepada keluarga para martir ini. Hari ini, seluruh bangsa ada bersama Anda. Simpati negara bersama Anda," lanjut Modi.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri China Wang Yi menuntut agar India menghukum mereka yang berada di belakang bentrokan dan memperingatkan New Delhi untuk tidak meremehkan tekad Beijing untuk melindungi apa yang dianggapnya sebagai wilayah kedaulatannya.

"Pihak India sebaiknya tidak membuat penilaian yang salah terhadap situasi, lebih baik tidak meremehkan tekad kuat China untuk mengamankan wilayah kedaulatannya," kata Wang Yi dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri.

Dalam sebuah panggilan telepon, Wang Yi mengatakan kepada rekannya dari India, Subrahmanyam Jaishankar, bahwa Beijing menginginkan penyelidikan menyeluruh.

Bentrokan itu adalah konfrontasi mematikan pertama di perbatasan yang disengketakan antara India dan China sejak 1975.

Bentrok berdarah itu memicu protes di India, di mana sejumlah orang berkumpul di luar Kedutaan China di New Delhi pada hari Rabu untuk menuntut larangan masuk barang-barang China.

Mereka membawa plakat, foto tentara China dan foto Presiden Xi Jinping yang dicoret-coret.

Sekelompok kecil pensiunan personel militer India juga berkumpul di dekat kedutaan tersebut dengan membawa plakat bertuliskan "Tentara Tiongkok jatuh."

Seorang pakar mengatakan kedua negara tidak mungkin menuju perang militer. Pakar juga percaya meredakan ketegangan dengan cepat akan sulit.

"Ini kemungkinan akan menjadi momen penting dalam hubungan India-China dan geopolitik Indo-Pasifik," kata Abraham Denmark, direktur program Asia di The Wilson Centre, sebuah kelompok think tank di Washington DC.

"Kedua negara dipimpin oleh orang-orang yang menganut nasionalisme, dan kedua negara menghadapi pergolakan domestik dan internasional yang luar biasa sebagai akibat dari Covid-19 dan masalah lama lainnya."

Pertanyaan utama sekarang adalah apakah kedua belah pihak dapat menemukan jalan menuju eskalasi dan apakah sekutu India seperti Amerika Serikat akan membantu.

"Ini adalah situasi yang sangat fluktuatif dan berbahaya antara dua kekuatan nuklir nasionalis pada saat pengaruh Amerika berkurang," kata Denmark.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More