Pandemi Corona Picu Peningkatan Jumlah Pernikahan Anak di Bangladesh
Selasa, 19 Oktober 2021 - 03:30 WIB
DHAKA - Pandemi Corona membawa dampak tersendiri bagi Bangladesh . Di negara itu, angka pernikahan anak meningkat selama pandemi virus Corona. Ini menghancurkan impian ratusan gadis muda yang bercita-cita untuk lulus sekolah dan hidup mandiri.
Menurut UNICEF, terdapat 38 juta pengantin anak di Bangladesh dan merupakan salah satu dari 10 negara teratas dengan persentase pernikahan di bawah umur terbesar, dengan rasio 51%.
Program Pemberdayaan Masyarakat (CEP) BRAC, organisasi non-pemerintah global terbesar yang berfokus pada masalah ini melaporkan, 189 pernikahan anak terjadi di Bangladesh antara April 2019 dan Maret 2020. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan 289 pada tahun 2021, di mana terjadi peningkatan sebesar 53%.
Organisasi lain, World Vision Bangladesh, melaporkan terjadinya 486 pernikahan anak dan mencegah 800 lainnya antara Maret 2020 dan Maret 2021 di 28 distrik tempat mereka bekerja.
Prosanta Kumar Dey, Manajer Regional CEP dan koordinator divisi utama Khulna, mengatakan, pihaknya telah melihat peningkatan tujuh hingga delapan kali dalam pernikahan anak di wilayahnya. Jumlah itu diluar dari 96 upaya pernikahan anak yang berhasil digagalkan.
Dia mengaitkan lonjakan itu dengan penutupan sekolah selama 15 bulan, yang mendorong keluarga berpenghasilan rendah untuk menikahkan anak perempuan mereka.
"Sementara itu, rendahnya gerakan masyarakat dan pengawasan dari LSM dan pemerintah juga telah memungkinkan wali untuk menghindari rintangan dan melanggar hukum perkawinan di negara itu,” jelas Dey, seperti dilansir Anadolu Agency, Minggu (17/10/2021).
Menurut UNICEF, terdapat 38 juta pengantin anak di Bangladesh dan merupakan salah satu dari 10 negara teratas dengan persentase pernikahan di bawah umur terbesar, dengan rasio 51%.
Program Pemberdayaan Masyarakat (CEP) BRAC, organisasi non-pemerintah global terbesar yang berfokus pada masalah ini melaporkan, 189 pernikahan anak terjadi di Bangladesh antara April 2019 dan Maret 2020. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan 289 pada tahun 2021, di mana terjadi peningkatan sebesar 53%.
Organisasi lain, World Vision Bangladesh, melaporkan terjadinya 486 pernikahan anak dan mencegah 800 lainnya antara Maret 2020 dan Maret 2021 di 28 distrik tempat mereka bekerja.
Prosanta Kumar Dey, Manajer Regional CEP dan koordinator divisi utama Khulna, mengatakan, pihaknya telah melihat peningkatan tujuh hingga delapan kali dalam pernikahan anak di wilayahnya. Jumlah itu diluar dari 96 upaya pernikahan anak yang berhasil digagalkan.
Dia mengaitkan lonjakan itu dengan penutupan sekolah selama 15 bulan, yang mendorong keluarga berpenghasilan rendah untuk menikahkan anak perempuan mereka.
"Sementara itu, rendahnya gerakan masyarakat dan pengawasan dari LSM dan pemerintah juga telah memungkinkan wali untuk menghindari rintangan dan melanggar hukum perkawinan di negara itu,” jelas Dey, seperti dilansir Anadolu Agency, Minggu (17/10/2021).
tulis komentar anda