Cerita Nazi: Saat Hitler Mengirim Para Ilmuwan ke Himalaya Mencari Asal Ras Arya

Rabu, 15 September 2021 - 11:56 WIB
Dalai Lama ke-13 telah meninggal pada 1933 dan yang baru dilantik, berusia tiga tahun, sehingga kerajaan Buddha Tibet dikendalikan oleh seorang bupati.

Orang Jerman diperlakukan dengan sangat baik oleh bupati maupun oleh orang Tibet biasa, dan Beger bahkan bertindak sebagai semacam dokter pengganti untuk penduduk setempat selama sementara waktu.

Apa yang tidak diketahui oleh umat Buddha Tibet adalah bahwa dalam imajinasi jahat Nazi, agama Buddha, seperti halnya Hinduisme, adalah agama yang telah melemahkan bangsa Arya yang datang ke Tibet dan telah mengakibatkan hilangnya semangat dan kekuatan ras tersebut.

Tepat ketika Schafer dan yang lainnya tampaknya dapat menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengeksplorasi "penelitian" mereka yang sebenarnya dengan kedok melakukan penelitian ilmiah di bidang-bidang seperti zoologi dan antropologi, ekspediti Jerman itu tiba-tiba dihentikan pada Agustus 1939 oleh perang yang tak terhindarkan.

Beger pada saat itu telah mengukur tengkorak dan ciri-ciri 376 orang Tibet, mengambil 2.000 foto, membuat cetakan kepala, wajah, tangan dan telinga dari 17 orang dan mengumpulkan sidik jari dan tangan dari 350 orang lainnya.

Dia juga telah mengumpulkan 2.000 "artefak etnografi" dan anggota ekspedisi lainnya telah mengambil 18.000 meter film hitam-putih dan 40.000 foto.

Karena perjalanan mereka dipersingkat, Himmler mengatur agar tim tersebut terbang keluar dari Calcutta pada saat-saat terakhir dan dirinya sendiri hadir untuk menyambut mereka ketika pesawat mereka mendarat di Munich.

Schafer membawa sebagian besar "harta karun" Tibetnya ke satu kastil di Salzburg tempat dia pindah selama perang.

Tapi begitu Pasukan Sekutu datang pada 1945, tempat itu digerebek dan sebagian besar gambar Tibet dan materi penelitian lainnya hancur.

Apa yang disebut "hasil ilmiah" ekspedisi lainnya mengalami nasib yang sama dalam perang: mereka hilang atau hancur.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More