Arab Saudi Diam-diam Dekati Taliban setelah Jadi Penguasa Afghanistan
Jum'at, 03 September 2021 - 15:26 WIB
Para ahli mengatakan kepada Middle East Eye (MEE), Jumat (3/9/2021) bahwa sementara hubungan langsung antara Kerajaan Arab Saudi dan Taliban saat ini diyakini terbatas, Arab Saudi dapat menggunakan sekutu regionalnya; Pakistan, untuk membantu mendapatkan pengaruh dengan Taliban.
“Ada, seperti yang selalu ada, kontak dekat antara Islamabad dan Riyadh. Saya membayangkan diskusi akan berlangsung,” kata Gerald Feierstein, pensiunan duta besar dan Senior Vice President of the Middle East Institute, kepada MEE.
Sementara Arab Saudi dan Pakistan baru-baru ini mengalami ketegangan hubungan karena perbedaan kebijakan luar negeri, ada tanda-tanda bahwa hubungan itu membaik menyusul peningkatan aktivitas diplomatik.
Pada bulan Juli, bulan yang sama saat pasukan AS secara diam-diam ditarik keluar dari pangkalan udara Bagram, Afghanistan, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan melakukan kunjungan ke Pakistan, dan, pada bulan Agustus, Jenderal Fayyadh bin Hameed al-Rowailly, Kepala Staf umum Kerajaan bertemu dengan Presiden Imran Khan.
Badan intelijen Pakistan, ISI, secara luas diyakini memberikan dukungan rahasia kepada Taliban.
Reuters melaporkan pada hari Selasa bahwa Pakistan berencana untuk mengirim pejabat intelijen dan militer ke Kabul untuk mengatur kembali militer baru Afghanistan di bawah Taliban.
Tetapi beberapa ahli telah memperingatkan bahwa pengaruh Pakistan atas Taliban, seperti Arab Saudi, juga telah berkurang dalam beberapa tahun terakhir, dengan Qatar dan Turki muncul sebagai lawan bicara utama.
“Apa yang bisa didapat Saudi melalui Pakistan berkurang. Tidak ada yang memiliki banyak cache dengan Taliban seperti sebelumnya,” kata Arif Rafiq, presiden perusahaan konsultan risiko politik; Vizier Consulting, kepada MEE.
"Taliban telah mengembangkan hubungan dengan negara-negara lain di kawasan itu. Mereka lebih terhubung secara global daripada sebelumnya," ujarnya. "Orang-orang Saudi tidak sepenting dulu."
“Ada, seperti yang selalu ada, kontak dekat antara Islamabad dan Riyadh. Saya membayangkan diskusi akan berlangsung,” kata Gerald Feierstein, pensiunan duta besar dan Senior Vice President of the Middle East Institute, kepada MEE.
Sementara Arab Saudi dan Pakistan baru-baru ini mengalami ketegangan hubungan karena perbedaan kebijakan luar negeri, ada tanda-tanda bahwa hubungan itu membaik menyusul peningkatan aktivitas diplomatik.
Pada bulan Juli, bulan yang sama saat pasukan AS secara diam-diam ditarik keluar dari pangkalan udara Bagram, Afghanistan, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan melakukan kunjungan ke Pakistan, dan, pada bulan Agustus, Jenderal Fayyadh bin Hameed al-Rowailly, Kepala Staf umum Kerajaan bertemu dengan Presiden Imran Khan.
Badan intelijen Pakistan, ISI, secara luas diyakini memberikan dukungan rahasia kepada Taliban.
Reuters melaporkan pada hari Selasa bahwa Pakistan berencana untuk mengirim pejabat intelijen dan militer ke Kabul untuk mengatur kembali militer baru Afghanistan di bawah Taliban.
Tetapi beberapa ahli telah memperingatkan bahwa pengaruh Pakistan atas Taliban, seperti Arab Saudi, juga telah berkurang dalam beberapa tahun terakhir, dengan Qatar dan Turki muncul sebagai lawan bicara utama.
“Apa yang bisa didapat Saudi melalui Pakistan berkurang. Tidak ada yang memiliki banyak cache dengan Taliban seperti sebelumnya,” kata Arif Rafiq, presiden perusahaan konsultan risiko politik; Vizier Consulting, kepada MEE.
"Taliban telah mengembangkan hubungan dengan negara-negara lain di kawasan itu. Mereka lebih terhubung secara global daripada sebelumnya," ujarnya. "Orang-orang Saudi tidak sepenting dulu."
tulis komentar anda