Jerman Ogah Kirim Lagi Tentaranya ke Afghanistan untuk Gempur Taliban

Selasa, 10 Agustus 2021 - 14:18 WIB
Para tentara Jerman yang ditarik pulang dari Afghanistan. Foto/Hauke-Christian Dittrich/Pool via REUTERS
BERLIN - Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer menolak seruan agar mengerahkan tentaranya kembali ke Afghanistan untuk menggempur Taliban .

Seruan itu muncul dari para politisi konservatif setelah kelompok Taliban merebut kota Kunduz tempat pasukan Berlin dikerahkan selama satu dekade.





Negara ini memiliki kontingen militer terbesar kedua di Afghanistan setelah Amerika Serikat (AS), kehilangan lebih banyak pasukan dalam pertempuran di Kunduz daripada di tempat lain sejak Perang Dunia II.

Taliban telah merebut enam ibu kota provinsi, termasuk Kunduz, selama empat hari terakhir saat mereka melakukan serangan sejak pasukan asing mulai menarik diri dari Afghanistan.

“Laporan dari Kunduz dan dari seluruh Afghanistan sangat pahit dan menyakitkan,” kata Kramp-Karrenbauer di Twitter, Senin, yang dilansir Al Jazeera, Selasa (10/8/2021).

“Apakah masyarakat dan Parlemen siap untuk mengirim angkatan bersenjata ke dalam perang dan tetap di sana dengan banyak pasukan setidaknya selama satu generasi? Jika tidak, maka penarikan bersama dengan mitra tetap merupakan keputusan yang tepat.”

Menteri Jerman itu mengatakan bahwa mereka yang sekarang menyerukan intervensi militer baru di Afghanistan harus bertanya pada diri sendiri apa yang akan menjadi tujuan dan strategi, serta siapa yang akan menjadi mitra.

Beberapa politisi di dalam partai konservatifnya sendiri menginginkan pasukan Jerman untuk berpartisipasi dalam intervensi melawan Taliban, tetapi Kramp-Karrenbauer mengatakan mengalahkan mereka akan membutuhkan kampanye yang panjang dan keras.

Sejak AS mengumumkan rencana pada April untuk menarik pasukannya pada 11 September, dan aliansi NATO mengikutinya, kekerasan telah meningkat ketika Taliban telah merebut beberapa wilayah.

Kramp-Karrenbauer menuduh mantan Presiden AS Donald Trump merusak operasi Afghanistan, meskipun penggantinya Joe Biden yang menerapkan kebijakan penarikan pasukan.

“Kesepakatan yang tidak menguntungkan antara Trump dengan Taliban adalah awal dari akhir,” katanya tentang kesepakatan yang dibuat Trump dengan Taliban pada tahun 2020 agar pasukan AS hengkang dari Afghanistan.



Pada hari Senin, Taliban merebut ibu kota provinsi keenam Afghanistan setelah beberapa hari serangan di utara yang melihat pusat-pusat kota jatuh berturut-turut, termasuk Kunduz yang sebelumnya dipertahankan Jerman.

Para milisi Taliban memasuki Aibak, ibu kota provinsi Samangan, tanpa perlawanan setelah para tetua masyarakat memohon kepada pejabat untuk menyelamatkan kota itu dari lebih banyak kekerasan setelah berminggu-minggu bentrokan di pinggiran. Permohonan itu, salah satunya disampaikan Sefatullah Samangani, wakil gubernur provinsi Samangan, yang berbicara kepada AFP.

“Gubernur menerima dan menarik semua pasukan dari kota itu,” imbuh Samangani, dengan mengatakan bahwa Taliban sekarang mengontrol penuh ibu kota provinsi.

Seorang juru bicara Taliban yang dikutip AFP membenarkan bahwa ibu kota provinsi itu telah direbut.

Para milisi Taliban telah merebut tiga ibu kota provinsi selama akhir pekan—Zaranj, ibu kota provinsi selatan Nimruz, Sar-e-Pol, ibu kota provinsi utara dengan nama yang sama, dan Taloqan, ibu kota provinsi timur laut Takhar.

Mereka sebelumnya telah merebut ibu kota Kunduz di utara dan provinsi Helmand di selatan.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan kepada Daily Mail bahwa kesepakatan yang dicapai tahun lalu antara AS dan Taliban adalah "kesepakatan busuk", yang menggemakan kritik terhadap mitranya dari Jerman.

Wallace mengatakan pemerintahnya telah meminta beberapa sekutu NATO untuk mempertahankan pasukan mereka di Afghanistan begitu pasukan AS pergi, tetapi gagal mengumpulkan cukup dukungan.

“Beberapa mengatakan mereka tertarik, tetapi parlemen mereka tidak. Menjadi jelas dengan cepat bahwa tanpa Amerika Serikat sebagai negara kerangka, opsi-opsi ini ditutup," kata Wallace.

Seorang juru bicara Taliban memperingatkan Washington pada hari Minggu agar tidak melakukan intervensi menyusul serangan udara AS untuk mendukung pasukan pemerintah Afghanistan yang terkepung.

Berbicara kepada Al Jazeera, juru bicara Taliban Muhammad Naeem Wardak memperingatkan AS agar tidak melakukan intervensi lebih lanjut untuk mendukung pasukan pemerintah.
(min)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More