10 Perdana Menteri, 3 Presiden dan 1 Raja Jadi Target Spyware Pegasus Israel
Kamis, 22 Juli 2021 - 23:09 WIB
“Daftar 50.000 nomor yang bocor bukanlah daftar nomor yang dipilih untuk pengawasan menggunakan Pegasus,” tulis pengacara NSO, Thomas Clare.
“Ini adalah daftar nomor yang dapat dicari siapa saja di sistem sumber terbuka untuk alasan selain melakukan pengawasan menggunakan Pegasus. Fakta bahwa sebuah nomor muncul di daftar itu sama sekali tidak menunjukkan apakah nomor itu dipilih untuk pengawasan menggunakan Pegasus,” imbuhnya.
“Data tersebut memiliki banyak kegunaan yang sah dan sepenuhnya tepat yang tidak ada hubungannya dengan pengawasan atau dengan NSO,” ucapnya.
Tetapi pemeriksaan forensik oleh Lab Keamanan Amnesty terhadap 67 smartphone yang berafiliasi dengan nomor dalam daftar menemukan 37 yang berhasil ditembus oleh Pegasus atau menunjukkan tanda-tanda percobaan penetrasi. Analisis oleh Amnesty juga menemukan bahwa banyak telepon menunjukkan tanda-tanda infeksi atau percobaan infeksi beberapa menit atau bahkan detik setelah cap waktu yang muncul untuk nomor mereka dalam daftar.
NSO mengatakan memiliki 60 klien lembaga pemerintah di 40 negara. Dalam setiap kasus, kata perusahaan, targetnya adalah teroris dan penjahat, seperti pedofil, bandar narkoba, dan pedagang manusia. Pihak perusahaan mengatakan secara khusus melarang penargetan warga yang taat hukum, termasuk pejabat pemerintah yang menjalankan bisnis biasa mereka.
Kepala eksekutif NSO Shalev Hulio mengatakan perusahaannya memiliki kebijakan untuk mencegah penyalahgunaan dalam wawancara telepon dengan The Washington Post, setelah serangkaian cerita awal tentang perusahaan muncul dalam laporan berita di seluruh dunia, di bawah judul Proyek Pegasus.
“Setiap tuduhan tentang penyalahgunaan sistem menyangkut saya. Itu melanggar kepercayaan yang kami berikan kepada pelanggan,” tegas Hulio.
“Saya percaya bahwa kita perlu memeriksa setiap tuduhan. Dan jika kita memeriksa setiap tuduhan, kita mungkin menemukan bahwa beberapa di antaranya benar. Dan jika kami menemukan bahwa itu benar, kami akan mengambil tindakan tegas,” tukasnya.
“Ini adalah daftar nomor yang dapat dicari siapa saja di sistem sumber terbuka untuk alasan selain melakukan pengawasan menggunakan Pegasus. Fakta bahwa sebuah nomor muncul di daftar itu sama sekali tidak menunjukkan apakah nomor itu dipilih untuk pengawasan menggunakan Pegasus,” imbuhnya.
“Data tersebut memiliki banyak kegunaan yang sah dan sepenuhnya tepat yang tidak ada hubungannya dengan pengawasan atau dengan NSO,” ucapnya.
Tetapi pemeriksaan forensik oleh Lab Keamanan Amnesty terhadap 67 smartphone yang berafiliasi dengan nomor dalam daftar menemukan 37 yang berhasil ditembus oleh Pegasus atau menunjukkan tanda-tanda percobaan penetrasi. Analisis oleh Amnesty juga menemukan bahwa banyak telepon menunjukkan tanda-tanda infeksi atau percobaan infeksi beberapa menit atau bahkan detik setelah cap waktu yang muncul untuk nomor mereka dalam daftar.
NSO mengatakan memiliki 60 klien lembaga pemerintah di 40 negara. Dalam setiap kasus, kata perusahaan, targetnya adalah teroris dan penjahat, seperti pedofil, bandar narkoba, dan pedagang manusia. Pihak perusahaan mengatakan secara khusus melarang penargetan warga yang taat hukum, termasuk pejabat pemerintah yang menjalankan bisnis biasa mereka.
Kepala eksekutif NSO Shalev Hulio mengatakan perusahaannya memiliki kebijakan untuk mencegah penyalahgunaan dalam wawancara telepon dengan The Washington Post, setelah serangkaian cerita awal tentang perusahaan muncul dalam laporan berita di seluruh dunia, di bawah judul Proyek Pegasus.
“Setiap tuduhan tentang penyalahgunaan sistem menyangkut saya. Itu melanggar kepercayaan yang kami berikan kepada pelanggan,” tegas Hulio.
“Saya percaya bahwa kita perlu memeriksa setiap tuduhan. Dan jika kita memeriksa setiap tuduhan, kita mungkin menemukan bahwa beberapa di antaranya benar. Dan jika kami menemukan bahwa itu benar, kami akan mengambil tindakan tegas,” tukasnya.
(ian)
tulis komentar anda