Dubes Heri Akhmadi Apresiasi Pentas Gamelan Lambangsari di Hadapan Publik Jepang
Minggu, 13 Juni 2021 - 22:08 WIB
TOKYO - Di tengah pandemi COVID-19, grup gamelan Jawa asal Jepang , Lambangsari, melakukan pementasan wayang kulit di Tokyo, Sabtu (12/6/2021) malam. Duta Besar (Dubes) Republik Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi dan istri, Nuning Akhmadi, yang menyaksikannya mengapresiasi pentas seni tersebut.
Pementasan wayang kulit digelar dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Dubes Heri mengatakan grup gamelan Lambangsari telah berkontribusi dalam memajukan seni budaya Indonesia di Jepang.
"Saya percaya persahabatan dua bangsa tidak hanya penting di tingkat pemerintahan, tetapi juga di tingkat masyarakat. Saya apresiasi grup Lambangsari yang bertahun-tahun mempromosikan kesenian gamelan dan wayang ini di Jepang," ujar Dubes Heri Akhmadi, yang berkesempatan menyerahkan piagam penghargaan kepada grup Lambangsari usai pementasan.
Pimpinan Lambangsari, Kayo Kimura, menjelaskan bahwa grup Lambangsari yang didirikan sejak 1985 ini beranggotakan 17 orang Jepang. Selain aktif menggelar pementasan, Lambangsari juga mengajarkan musik Gamelan Jawa kepada masyarakat Jepang.
"Saya mengajar karawitan Jawa di Tokyo. Murid-murid saya yang berjumlah 50 anak senang sekali belajar gamelan. Studio Lambangsari kami ada di Simbashi. Di situ ada 30 murid saya. Saya suka gamelan karena di situ kita harus main bersama-sama," kata Kayo Kimura.
Dubes Heri juga mengapresiasi penampilan Ki Dalang Rofit Ibrahim yang tampil memukau 140 orang warga Jepang dalam pementasan wayang kulit berbahasa Jepang dengan lakon “Sumantri dan Sukrosono”.
"Malam ini saya surprised. Ada seniman Indonesia yang tinggal di Jepang dan mampu menampilkan cerita yg sangat mengesankan dan direspons secara baik oleh publik Jepang. Semoga ini menjadi awal yang lebih baik. Kita akan support," ujar Dubes Heri.
Ki Dalang Rofit Ibharim, 34, dan istrinya, Hiromi Sasako, tinggal di Jepang sejak 16 tahun silam. Mereka konsisten mempromosikan gamelan khas Jawa dan seni pewayangan. Pemuda lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta tahun 2004 ini membentuk kelompok gamelan Hanna Jos dan mendirikan Bintang Laras, sekolah musik gamelan di rumahnya, setelah melihat tingginya antusias masyarakat Jepang akan budaya asal Jawa itu.
"Sejak kecil saya menyenangi kesenian karawitan Jawa. Bersama istri, saya keliling Jepang untuk mengajar. Belakangan ini saya kembangkan mendalang bahasa Jepang menggunakan tutur Jawa. Dengan begitu orang Jepang bisa lebih tertarik belajar seni karawitan" papar Rofit.
Pementasan wayang kulit digelar dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Baca Juga
Dubes Heri mengatakan grup gamelan Lambangsari telah berkontribusi dalam memajukan seni budaya Indonesia di Jepang.
"Saya percaya persahabatan dua bangsa tidak hanya penting di tingkat pemerintahan, tetapi juga di tingkat masyarakat. Saya apresiasi grup Lambangsari yang bertahun-tahun mempromosikan kesenian gamelan dan wayang ini di Jepang," ujar Dubes Heri Akhmadi, yang berkesempatan menyerahkan piagam penghargaan kepada grup Lambangsari usai pementasan.
Pimpinan Lambangsari, Kayo Kimura, menjelaskan bahwa grup Lambangsari yang didirikan sejak 1985 ini beranggotakan 17 orang Jepang. Selain aktif menggelar pementasan, Lambangsari juga mengajarkan musik Gamelan Jawa kepada masyarakat Jepang.
"Saya mengajar karawitan Jawa di Tokyo. Murid-murid saya yang berjumlah 50 anak senang sekali belajar gamelan. Studio Lambangsari kami ada di Simbashi. Di situ ada 30 murid saya. Saya suka gamelan karena di situ kita harus main bersama-sama," kata Kayo Kimura.
Baca Juga
Dubes Heri juga mengapresiasi penampilan Ki Dalang Rofit Ibrahim yang tampil memukau 140 orang warga Jepang dalam pementasan wayang kulit berbahasa Jepang dengan lakon “Sumantri dan Sukrosono”.
"Malam ini saya surprised. Ada seniman Indonesia yang tinggal di Jepang dan mampu menampilkan cerita yg sangat mengesankan dan direspons secara baik oleh publik Jepang. Semoga ini menjadi awal yang lebih baik. Kita akan support," ujar Dubes Heri.
Ki Dalang Rofit Ibharim, 34, dan istrinya, Hiromi Sasako, tinggal di Jepang sejak 16 tahun silam. Mereka konsisten mempromosikan gamelan khas Jawa dan seni pewayangan. Pemuda lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta tahun 2004 ini membentuk kelompok gamelan Hanna Jos dan mendirikan Bintang Laras, sekolah musik gamelan di rumahnya, setelah melihat tingginya antusias masyarakat Jepang akan budaya asal Jawa itu.
"Sejak kecil saya menyenangi kesenian karawitan Jawa. Bersama istri, saya keliling Jepang untuk mengajar. Belakangan ini saya kembangkan mendalang bahasa Jepang menggunakan tutur Jawa. Dengan begitu orang Jepang bisa lebih tertarik belajar seni karawitan" papar Rofit.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda