Perluas Pengaruh, Turki akan Bangun Pangkalan Logistik di Libya
Minggu, 30 Mei 2021 - 00:01 WIB
ANKARA - Turki sedang bernegosiasi dengan pemerintah Libya mengenai rincian teknis membangun pangkalan logistik di Libya.
Harian Turki Sabah melaporkan hal itu berdasarkan keterangan dari seorang pejabat perdagangan tingkat tinggi Turki. Pembangunan pangkalan itu jelas memperkuat pengaruh Turki di Libya.
“Pangkalan itu diharapkan bermanfaat bagi negara yang dilanda perang serta seluruh kawasan Afrika Utara dengan memainkan peran kunci dalam perdagangan di kawasan itu,” ungkap Murtaza Karanfil, ketua Dewan Bisnis Turki-Libya Dewan Hubungan Ekonomi Luar Negeri (DEİK).
"Libya adalah negara alternatif untuk rute ini bagi pasar Afrika. Ini hampir seperti gerbang yang akan langsung menghubungkan perdagangan ke pusat Afrika. Itulah mengapa Turki ingin berinvestasi lebih banyak di negara ini," papar dia.
Pada Desember 2019, pemerintah Libya yang diakui PBB secara resmi meminta bantuan militer Turki dalam menghadapi serangan militer oleh pasukan pemberontak Jenderal Khalifa Haftar yang bersaing mendapatkan kekuasaan.
Negara kaya minyak itu telah mengalami konflik bersenjata selama bertahun-tahun, saat pasukan Haftar yang didukung negara-negara Arab dan Barat, tentara bayaran dan pejuang asing, menyerang Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui secara internasional.
“Serangan Haftar di Tripoli pada 4 April 2019 dan penutupan ladang minyak serta pelabuhan memainkan peran utama dalam membawa negara itu ke ambang kebangkrutan dan keruntuhan,” ujar para pengamat.
Baru-baru ini, otoritas eksekutif terpadu yang mencakup kabinet baru dan Dewan Presiden dipilih dengan harapan mengakhiri perpecahan dan perang.
Pemilu legislatif dan presiden akan diadakan pada 24 Desember.
Harian Turki Sabah melaporkan hal itu berdasarkan keterangan dari seorang pejabat perdagangan tingkat tinggi Turki. Pembangunan pangkalan itu jelas memperkuat pengaruh Turki di Libya.
“Pangkalan itu diharapkan bermanfaat bagi negara yang dilanda perang serta seluruh kawasan Afrika Utara dengan memainkan peran kunci dalam perdagangan di kawasan itu,” ungkap Murtaza Karanfil, ketua Dewan Bisnis Turki-Libya Dewan Hubungan Ekonomi Luar Negeri (DEİK).
Baca Juga
"Libya adalah negara alternatif untuk rute ini bagi pasar Afrika. Ini hampir seperti gerbang yang akan langsung menghubungkan perdagangan ke pusat Afrika. Itulah mengapa Turki ingin berinvestasi lebih banyak di negara ini," papar dia.
Pada Desember 2019, pemerintah Libya yang diakui PBB secara resmi meminta bantuan militer Turki dalam menghadapi serangan militer oleh pasukan pemberontak Jenderal Khalifa Haftar yang bersaing mendapatkan kekuasaan.
Negara kaya minyak itu telah mengalami konflik bersenjata selama bertahun-tahun, saat pasukan Haftar yang didukung negara-negara Arab dan Barat, tentara bayaran dan pejuang asing, menyerang Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui secara internasional.
“Serangan Haftar di Tripoli pada 4 April 2019 dan penutupan ladang minyak serta pelabuhan memainkan peran utama dalam membawa negara itu ke ambang kebangkrutan dan keruntuhan,” ujar para pengamat.
Baru-baru ini, otoritas eksekutif terpadu yang mencakup kabinet baru dan Dewan Presiden dipilih dengan harapan mengakhiri perpecahan dan perang.
Pemilu legislatif dan presiden akan diadakan pada 24 Desember.
(sya)
tulis komentar anda