Pentagon Siap Hadapi Serangan Taliban selama Penarikan Pasukan AS

Jum'at, 30 April 2021 - 21:04 WIB
"Kami harus berasumsi bahwa penarikan ini akan ditentang," ujar sekretaris pers Pentagon John Kirby saat menjelaskan mengapa Menteri Pertahanan Lloyd Austin memutuskan mempertahankan satu kapal induk di Timur Tengah dan memindahkan empat pembom B-52 dan sebagian dari Satgas Ranger Angkatan Darat ke wilayah tersebut sebagai tindakan pencegahan.

"Tidaklah bertanggung jawab bagi kami untuk tidak berasumsi bahwa penarikan dan penarikan pasukan ini, baik Amerika maupun dari sekutu NATO kami, dapat diserang Taliban," ujar Kirby.

Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark Milley mengatakan kepada wartawan yang bepergian bersamanya bahwa penarikan itu "rumit dan bukannya tanpa risiko."

Militer biasanya merencanakan skenario terburuk untuk menghindari keterkejutan. Penarikan diri dari Afghanistan melibatkan pergerakan pasukan di darat dan udara, persediaan dan peralatan yang rentan terhadap serangan.

Untuk alasan keamanan, rincian penarikan tidak dipublikasikan, tetapi Gedung Putih dan beberapa pejabat pertahanan mengonfirmasi penarikan telah dimulai.

Pejabat pertahanan, berbicara dengan syarat anonim untuk membahas pergerakan sensitif, mengatakan dalam beberapa hari terakhir beberapa pasukan, "lusinan", dan peralatan militer telah meninggalkan Afghanistan.

Departemen Luar Negeri (Deplu) AS juga sedang mengambil tindakan pencegahan. Pada Selasa, Deplu menginstruksikan semua personel kedutaan di Kabul untuk pergi kecuali pekerjaan mereka mengharuskan mereka berada di Afghanistan.

Perintah tersebut melampaui pembatasan staf yang biasa dilakukan untuk alasan keamanan dan keselamatan.

Bahkan analis AS yang paling berpengalaman tentang konflik Afghanistan tidak yakin apa yang diharapkan dari Taliban.

Bruce Riedel, analis Timur Tengah di Brookings Institution dan mantan analis CIA, menulis pekan ini bahwa tidak jelas apakah Taliban akan berusaha mengganggu penarikan itu, tetapi dia mengatakan mereka mungkin akan meningkatkan perang.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More