Korut Jadikan Tawanan Perang Korsel dan Keturunannya Budak di Tambang Batubara
Kamis, 25 Februari 2021 - 00:44 WIB
SEOUL - Korea Utara (Korut) menggunakan tahanan perang Korea Selatan (Korsel) dan keturunannya selama beberapa generasi sebagai budak di jaringan tambang batubara . Demikian laporan yang dirilis oleh kelompok hak asasi manusia.
Puluhan ribu tahanan perang Korel tidak pernah dikembalikan oleh Pyongyang setelah perang Korea 1950-53.
"Sebaliknya, mereka ditugaskan untuk bekerja keras di tambang batubara dalam kondisi seperti budak, dengan anak-anak dan cucu-cucu mereka mewarisi nasib brutal," menurut aliansi warga negara untuk Hak Asasi Manusia Korea Utara (NKHR) yang berbasis di Seoul, Korsel.
Korut menggunakan apa yang disebut sebagai "Songbun", sebuah sistem yang mengklasifikasikan warga negara sesuai dengan latar belakang sosial-politik mereka, dari setia yang menjadi "inti" hingga "netral" dan "bermusuhan".
"Songbun ini telah diturunkan kepada anak-anak dan cucu-cucu mereka yang terikat dengan tenaga batubara, timah, seng, magnesit dan tambang lainnya," bunyi laporan itu.
"Mereka benar-benar dibatasi dari mengubah tempat tinggal, pekerjaan, atau mencapai pendidikan tinggi," sambung laporan itu seperti dikutip dari France24, Kamis (25/2/2021).
Pyongyang menginvasi Korsel pada tahun 1950 dan pada saat gencatan senjata ditandatangani, ratusan ribu tentara yang ditangkap ditahan di kedua sisi DMZ.
Sementara Konvensi Jenewa mensyaratkan semua tawanan untuk dipulangkan begitu permusuhan bderakhir, Pyongyang hanya mengembalikan 8.343 ke Korsel.
Puluhan ribu tahanan perang Korel tidak pernah dikembalikan oleh Pyongyang setelah perang Korea 1950-53.
"Sebaliknya, mereka ditugaskan untuk bekerja keras di tambang batubara dalam kondisi seperti budak, dengan anak-anak dan cucu-cucu mereka mewarisi nasib brutal," menurut aliansi warga negara untuk Hak Asasi Manusia Korea Utara (NKHR) yang berbasis di Seoul, Korsel.
Korut menggunakan apa yang disebut sebagai "Songbun", sebuah sistem yang mengklasifikasikan warga negara sesuai dengan latar belakang sosial-politik mereka, dari setia yang menjadi "inti" hingga "netral" dan "bermusuhan".
"Songbun ini telah diturunkan kepada anak-anak dan cucu-cucu mereka yang terikat dengan tenaga batubara, timah, seng, magnesit dan tambang lainnya," bunyi laporan itu.
"Mereka benar-benar dibatasi dari mengubah tempat tinggal, pekerjaan, atau mencapai pendidikan tinggi," sambung laporan itu seperti dikutip dari France24, Kamis (25/2/2021).
Pyongyang menginvasi Korsel pada tahun 1950 dan pada saat gencatan senjata ditandatangani, ratusan ribu tentara yang ditangkap ditahan di kedua sisi DMZ.
Sementara Konvensi Jenewa mensyaratkan semua tawanan untuk dipulangkan begitu permusuhan bderakhir, Pyongyang hanya mengembalikan 8.343 ke Korsel.
tulis komentar anda