Rekan-rekannya Ditembak Mati, Demonstran Myanmar Tak Gentar
Senin, 22 Februari 2021 - 09:40 WIB
YANGON - Meski rekan-rekannya telah ditembak mati dalam demo menentang kudeta militer Myanmar Sabtu pekan lalu, para demonstran tidak takut. Mereka, pada hari ini (22/2/2021), akan turun ke jalan lagi dan menyerukan rakyat untuk mogok kerja.
Militer telah mengerahkan lebih banyak pasukan dan berjanji untuk mengadakan pemilu baru, namun para jenderal telah gagal menghentikan lebih dari dua minggu protes harian dan gerakan pembangkangan sipil yang menyerukan pembalikan kudeta 1 Februari dan pembebasan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.
Aktivis pemuda terkemuka, Maung Saungkha, mendesak orang-orang untuk bergabung dalam protes hari ini.
“Mereka yang tidak berani keluar, tinggal di rumah. Saya akan keluar dengan cara apa pun yang saya bisa. Saya akan mengharapkan Generasi Z. Mari bertemu, mitra-mitra," katanya dalam posting Facebook semalam, seperti dikutip Reuters, Senin (22/2/2021).
Di negara di mana tanggal dianggap menguntungkan, pengunjuk rasa mencatat pentingnya tanggal 22.2.2021, membandingkannya dengan demonstrasi pada 8 Agustus 1988, ketika generasi sebelumnya melancarkan protes anti-militer yang ditumpas dengan pertumpahan darah.
Tanggapan pasukan keamanan kali ini tidak begitu mematikan, tetapi setidaknya tiga pengunjuk rasa telah tewas setelah dua orang ditembak mati di kota Mandalay pada hari Sabtu. Seorang polisi tewas karena cedera dalam protes.
Kematian di Mandalay tidak mematahkan semangat pengunjuk rasa kemarin, ketika puluhan ribu demonstran beraksi lagi di kota tersebut dan di kota terbesar Myanmar; Yangon.
Media milik negara, MRTV, memperingatkan tentang akan adanya demonstrasi hari ini.
Militer telah mengerahkan lebih banyak pasukan dan berjanji untuk mengadakan pemilu baru, namun para jenderal telah gagal menghentikan lebih dari dua minggu protes harian dan gerakan pembangkangan sipil yang menyerukan pembalikan kudeta 1 Februari dan pembebasan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.
Aktivis pemuda terkemuka, Maung Saungkha, mendesak orang-orang untuk bergabung dalam protes hari ini.
“Mereka yang tidak berani keluar, tinggal di rumah. Saya akan keluar dengan cara apa pun yang saya bisa. Saya akan mengharapkan Generasi Z. Mari bertemu, mitra-mitra," katanya dalam posting Facebook semalam, seperti dikutip Reuters, Senin (22/2/2021).
Di negara di mana tanggal dianggap menguntungkan, pengunjuk rasa mencatat pentingnya tanggal 22.2.2021, membandingkannya dengan demonstrasi pada 8 Agustus 1988, ketika generasi sebelumnya melancarkan protes anti-militer yang ditumpas dengan pertumpahan darah.
Tanggapan pasukan keamanan kali ini tidak begitu mematikan, tetapi setidaknya tiga pengunjuk rasa telah tewas setelah dua orang ditembak mati di kota Mandalay pada hari Sabtu. Seorang polisi tewas karena cedera dalam protes.
Kematian di Mandalay tidak mematahkan semangat pengunjuk rasa kemarin, ketika puluhan ribu demonstran beraksi lagi di kota tersebut dan di kota terbesar Myanmar; Yangon.
Media milik negara, MRTV, memperingatkan tentang akan adanya demonstrasi hari ini.
tulis komentar anda