Tentara Ethiopia pada Wanita Korban Perang Tigray: 'Pilih, Saya Bunuh atau Perkosa'

Sabtu, 23 Januari 2021 - 11:10 WIB
Seorang wanita yang melarikan diri dari perang di Tigray membawa air ke kamp di perbatasan Sudan-Ethiopia di negara bagian al-Qadarif, Sudan. Foto/REUTERS
TIGRAY - Wanita muda penjual kopi ini mengatakan bahwa dia dipisahkan dari keluarga dan teman oleh seorang tentara Ethiopia di Sungai Tekeze, dibawa ke jalan setapak, dan diberi pilihan yang mengerikan.

"Dia berkata: 'Pilih, saya bunuh kamu atau memerkosa kamu'," kata wanita berusia 25 tahun itu mengingat ucapan tentara yang memerkosanya. Cerita memilukan itu dia sampaikan kepada Reuters di kamp pengungsi Hamdayet di Sudan tempat dia melarikan diri dari perang di wilayah Tigray, Ethiopia.



Dokter yang merawatnya ketika dia tiba di kamp pada bulan Desember, Tewadrous Tefera Limeuh, membenarkan kepada Reuters bahwa dia memberikan pil untuk menghentikan kehamilan dan penyakit menular seksual, dan membimbingnya ke psikoterapis.

"Tentara itu...memaksa menodongkan senjata dan memerkosanya," kata Tewadrous, yang menjadi sukarelawan di Bulan Sabit Merah Sudan. "Dia (korban) bertanya apakah dia (tentara) punya kondom dan dia (tentara) berkata; 'mengapa saya membutuhkan kondom?'," lanjut Tewadrous yang merangkum pengakuan korban kepadanya.

Lima pekerja bantuan untuk kelompok bantuan internasional dan Ethiopia mengatakan mereka telah menerima beberapa laporan pelecehan serupa di Tigray. PBB mengajukan tekanan minggu ini untuk diakhirinya kekerasan seksual di wilayah tersebut.

Di antara "sejumlah besar" tuduhan, terutama laporan yang mengganggu telah muncul tentang orang-orang yang dipaksa untuk memerkosa kerabat atau berhubungan seks dengan imbalan persediaan kebutuhan pokok. Hal itu disampaikan Kantor Perwakilan Khusus PBB untuk Kekerasan Seksual dalam Konflik dalam sebuah pernyataan pada Kamis lalu.

Pemerintah Perdana Menteri Abiy Ahmed dan militer Ethiopia tidak segera menanggapi pertanyaan dari Reuters tentang laporan pemerkosaan. Otoritas Ethiopia sebelumnya telah membantah pelanggaran hak asasi manusia, dan malah menuding Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), bekas partai yang berkuasa di kawasan itu yang pasukannya dituduh sebagai pemberontak.



"Saya menyerukan kepada semua pihak yang terlibat dalam permusuhan di wilayah Tigray untuk berkomitmen pada kebijakan tanpa toleransi untuk kejahatan kekerasan seksual," kata perwakilan khusus PBB Geraldine Boezio dalam pernyataan.

Wanita dan gadis di kamp pengungsian di Ethiopia menjadi sasaran khusus, dan pusat medis berada di bawah tekanan untuk menyediakan alat kontrasepsi darurat dan tes untuk infeksi menular seksual.

Reuters tidak dapat memverifikasi pengakuan tentang pemerkosaan secara independen. Media sebagian besar telah dilarang beroperasi di Tigray. Badan-badan bantuan telah berjuang untuk mendapatkan akses ke wilayah itu, dan komunikasi terputus selama berminggu-minggu.

Wanita berusia 25 tahun yang berbicara dengan Reuters mengatakan bahwa pelaku pemerkosaan terhadapnya mengenakan seragam tentara federal Ethiopia.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Terpopuler
Berita Terkini More