Tigray Tolak Ultimatum Menyerah, Konflik Mematikan Ethiopia Meningkat

Rabu, 25 November 2020 - 14:14 WIB
Para tentara Ethiopia sudah memasuki Amhara di dekat Tigray untuk menyerang pasukan wilayah Tigray yang anti-pemerintah. Foto/REUTERS/Tiksa Negeri
MEKELE - Perdana Menteri (PM) Ethiopia , Abiy Ahmed, pada hari Minggu memberi waktu 72 jam kepada Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) yang anti-pemerintah untuk menyerah. Namun, pemimpin wilayah Tigray Debretsion Gebremichael menolak ultimatum tersebut dengan mengatakan bahwa rakyatnya siap mati untuk Tanah Air mereka.

Penolakan ultimatum itu membuat konflik mematikan di Ethiopia semakin meningkat. PBB dan organisasi internasional lainnya telah mendesak pihak-pihak yang berkonflik untuk menghentikan permusuhan dalam upaya untuk mencegah korban sipil ketika batas waktu untuk ultimatum semakin dekat. (Baca: Perang Terus Bekecamuk, Pasukan Tigray Klaim Hancurkan Pasukan Ethiopia )

"Retorika yang sangat agresif di kedua sisi mengenai perjuangan untuk Mekele (Ibu Kota Tigray) sangat provokatif dan berisiko menempatkan warga sipil yang sudah rentan dan ketakutan dalam bahaya besar," kata kepala hak asasi manusia PBB Michelle Bachelet, seperti dikutip Sputniknews, Rabu (25/11/2020).

Sementara itu, pemerintah Ethiopia telah mengklaim bahwa banyak militan dari pasukan Tigray telah menyerah. Sebaliknya, TPLF mengumumkan bahwa mereka telah menghancurkan sepenuhnya divisi mekanik ke-21 dari Tentara Ethiopia pada hari Selasa.

TPLF juga mengaku bertanggung jawab atas serangan roket di Bahir Dar, ibu kota wilayah Amhara di selatan Tigray. (Baca juga: Tank-tank Ethiopia Kepung Tigray, Ancam Warga Sipil 'Tak Ada Ampun' )



Konflik antara pemerintah pusat dan pemerintah wilayah Tigray pecah awal bulan ini setelah Perdana Menteri Abiy Ahmed menuduh milisi Tigray melakukan serangan di pangkalan militer federal.

Pasukan Ethiopia menyatakan bahwa mereka telah menguasai beberapa kota di wilayah Tigray, termasuk Igada Hamus, Adigrat, dan Axum, dan sekarang sedang menuju ke Mekele.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(min)
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More