Saudi Sukses Jinakkan Pandemi
Senin, 19 Oktober 2020 - 06:01 WIB
Fase kedua pada 31 Mei hingga 20 Juni yakni pemberlakuan jam malam dan pelarangan perkumpulan lebih dari 50 orang. Fase ketiga berlangsung 21 Juni hingga saat ini yakni menghidupkan kembali kehidupan normal dan tetap menjaga protokol kesehatan. Standar pelaksanaan umrah seperti standar yang diberlakukan pada pelaksanaan haji akhir Agustus silam.
Tes PCR Jadi Andalan
Jumlah total kasus orang yang terinfeksi virus korona mencapai 339.000 di Saudi, dan mereka yang sudah sembuh mencapai 325.000 orang. Korban meninggal dunia akibat virus korona di Saudi mencapai 5.403. Per 7 Oktober lalu terdapat 9.556 kasus virus korona yang aktif dan 913 masih mendapatkan perawatan medis.
Madinah merupakan kota dengan jumlah kasus konfirmasi tertinggi, yakni 71 orang. Sedang Mekkah hanya 53 orang. “Seluruh warga Saudi diminta menggunakan masker,” kata juru bicara Kementerian Kesehatan Arab Saudi Mohammed Al-Abd Al-Aly. (Baca juga: Objek Wisata Kota tua Kembali Dibuka, Pengunjung Masih Sepi)
Saudi pun tidak mengalami gelombang kedua karena masyarakat berkomitmen melaksanakan protokol kesehatan. Kementerian Kesehatan telah melaksanakan 6,8 juta tes polymerase chain reaction(PCR) sejak awal Maret lalu. Dalam 24 jam Saudi melaksanakan 52.184 PCR.
“Saudi telah meningkatkan kapasitas laboratorium, ruang perawatan intensif, dan ventilator di rumah sakit,” kata Menteri Kesehatan Saudi Tawfiq Alrabiah.
Yasmine Farouk, peneliti dari Carnegie Endowment for International Peace, mengungkapkan, kesuksesan penanganan Covid-19 di Saudi tidak lepas dari narasi nasionalisme yang digaungkan pemerintah untuk mematuhi protokol kesehatan. “Narasi itu menghasilkan panggilan bagi individu dan sektor swasta untuk membantu penegakan regulasi dari pemerintah,” katanya.
Selain itu, Visi Saudi 2030 yang diluncurkan 2016 juga memberikan fasilitas kesehatan gratis dan memperkuat pelayanan digital sehingga mudah mendapatkan dukungan publik. Itu diperkuat sistem paternalistik yang masih kuat, yang mengutamakan keputusan raja sebagai kekuatan utama.
“Manajemen krisis itu menunjukkan Saudi ingin membangun kembali jembatan bagi mereka yang tertinggal akibat gelombang sosial-ekonomi dan perubahan politik,” ucap Yasmine Farouk.
Kesuksesan penangan pandemi juga berpengaruh pada masa depan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS). Dia dianggap sukses mengatasi pandemi itu karena fokus pada politik dalam negeri yang ketat. “MBS sukses mempertahankan dukungan publik di saat pandemi karena mewujudkan kepemimpinan yang baik,” kata Yasmine Farouk. (Baca juga: Armenia-Azebaijan Sepakati Gencatan Senjata Baru)
Tes PCR Jadi Andalan
Jumlah total kasus orang yang terinfeksi virus korona mencapai 339.000 di Saudi, dan mereka yang sudah sembuh mencapai 325.000 orang. Korban meninggal dunia akibat virus korona di Saudi mencapai 5.403. Per 7 Oktober lalu terdapat 9.556 kasus virus korona yang aktif dan 913 masih mendapatkan perawatan medis.
Madinah merupakan kota dengan jumlah kasus konfirmasi tertinggi, yakni 71 orang. Sedang Mekkah hanya 53 orang. “Seluruh warga Saudi diminta menggunakan masker,” kata juru bicara Kementerian Kesehatan Arab Saudi Mohammed Al-Abd Al-Aly. (Baca juga: Objek Wisata Kota tua Kembali Dibuka, Pengunjung Masih Sepi)
Saudi pun tidak mengalami gelombang kedua karena masyarakat berkomitmen melaksanakan protokol kesehatan. Kementerian Kesehatan telah melaksanakan 6,8 juta tes polymerase chain reaction(PCR) sejak awal Maret lalu. Dalam 24 jam Saudi melaksanakan 52.184 PCR.
“Saudi telah meningkatkan kapasitas laboratorium, ruang perawatan intensif, dan ventilator di rumah sakit,” kata Menteri Kesehatan Saudi Tawfiq Alrabiah.
Yasmine Farouk, peneliti dari Carnegie Endowment for International Peace, mengungkapkan, kesuksesan penanganan Covid-19 di Saudi tidak lepas dari narasi nasionalisme yang digaungkan pemerintah untuk mematuhi protokol kesehatan. “Narasi itu menghasilkan panggilan bagi individu dan sektor swasta untuk membantu penegakan regulasi dari pemerintah,” katanya.
Selain itu, Visi Saudi 2030 yang diluncurkan 2016 juga memberikan fasilitas kesehatan gratis dan memperkuat pelayanan digital sehingga mudah mendapatkan dukungan publik. Itu diperkuat sistem paternalistik yang masih kuat, yang mengutamakan keputusan raja sebagai kekuatan utama.
“Manajemen krisis itu menunjukkan Saudi ingin membangun kembali jembatan bagi mereka yang tertinggal akibat gelombang sosial-ekonomi dan perubahan politik,” ucap Yasmine Farouk.
Kesuksesan penangan pandemi juga berpengaruh pada masa depan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS). Dia dianggap sukses mengatasi pandemi itu karena fokus pada politik dalam negeri yang ketat. “MBS sukses mempertahankan dukungan publik di saat pandemi karena mewujudkan kepemimpinan yang baik,” kata Yasmine Farouk. (Baca juga: Armenia-Azebaijan Sepakati Gencatan Senjata Baru)
tulis komentar anda