10 Komandan Militer Terburuk dengan Kekalahan Memalukan
Senin, 21 September 2020 - 06:30 WIB
SEJARAH peradaban manusia dipenuhi dengan bau anyir darah akibat peperangan . Setiap peperangan lazim melahirkan pemenang dan pecundang.
Sosok pemimpin militer memegang peranan kunci dalam medan laga peperangan? Lalu bagaimana menilai kualitas kepemimpinan komandan militer? (Baca juga: 9 Pemimpin Militer Paling 'Berdarah' Sepanjang Sejarah)
Perang adalah perpanjangan tangan dari politik. Jika komandan militer tidak mampu membantu mengamankan tujuan politik yang diinginkan, mereka pun akan dinilai gagal. Berikut sejumlah panglima perang yang dicap gagal mengembang tugasnya. (Baca juga: Panglima Perang Legendaris Dunia, Pangeran Diponegoro Salah Satunya)
1. Napoleon Bonaparte
Sebagai komandan militer, Napoleon memiliki rata-rata kemenangan terbaik sepanjang masa. Tetap saja, dia kalah dalam pertempuran besar. Semuanya berawal dari kegagalan Bonaparte menaklukkan Kekaisaran Rusia pada 1812. Meskipun pasukan Prancis berhasil menghancurkan beberapa kota Rusia, Prancis tidak meraih kemenangan yang diharapkan.
Dari situ, Bonaparte terus menerus kalah dan menjalani pembuangan. Pada Pertempuran Leipzig tahun 1813, Prancis kalah dari Koalisi 6 (Prusia, Austria, dan Rusia). Melarikan diri dari Pulau Elba pada 1815, Bonaparte kembali ke Prancis. Melalui Kongres Wina (1814 - 1815), Bonaparte dianggap sebagai seorang buronan.
Britania Raya kemudian ikut membentuk Koalisi 7 bersama tiga negara menghadapi Bonaparte dan bersama Prusia menghadangnya di Pertempuran Waterloo pada Juni 1815. Bonaparte kalah dan dibuang ke Pulau Santa Helena, tempat peristirahatan terakhirnya. (Baca juga:Topi Langka Napoleon Terjual Rp29 Miliar)
2. William Westmoreland
Mengemban tugas sebagai komandan militer AS selama 4 tahun pada Perang Vietnam dari 1964 hingga 1968, ternyata Westmoreland dicap gagal pada perang yang disebut aib oleh AS tersebut. Perang Vietnam berjalan selama 19 tahun dari 1955 hingga 1974 dan dimenangkan oleh Vietnam.
Westmoreland menerapkan strategi untuk menguras jumlah tentara dan sumber daya Vietnam agar semangat tempur mereka redup sehingga mudah ditaklukkan. Sang jenderal pun berpikir bahwa gerilyawan Viet Kong dapat dikalahkan dengan artileri dan pasukan AS yang lebih besar dengan senjata modern.
Nyatanya, strategi tersebut tidak berhasil. Secara teknis, Westmoreland memang memenangkan seluruh pertempuran AS kontra Viet Kong terutama di Pemberontakan Tet dan Pertempuran Khe Sanh. Akan tetapi, peperangan tersebut tetap berkecamuk dan Vietnam tidak habis semangat seperti yang ia prediksikan. (Baca juga: Terungkap, AS Nyaris Gunakan Bom Nuklir dalam Perang Vietnam)
3. Antonio Lopez de Santa Anna
Oleh Meksiko, Santa Anna memang dianggap sebagai figur panutan setelah menjadi presiden Meksiko 12 kali. Selain itu, para sejarawan menganggap dunia politik Meksiko pada abad ke-19 sebagai "Zaman Santa Anna". Santa Anna sempat menang besar di Pertempuran Alamo pada Maret 1836 untuk menahan AS mengambil alih Texas dari Meksiko.
Meskipun menang di atas kertas, Santa Anna tetap menderita kerugian militer dan sumber daya yang besar! Kemenangan besar tersebut ternyata menutupi jumlah korban tentara Meksiko yang besar. (Lihat grafis: Latihan Perang di Pasifik, US Navy Kerahkan Armada Tak Berawak)
Lagipula, di waktu yang sama, pasukan Texas di bawah Jenderal Sam Houston berhasil menjarah pelabuhan sepanjang Teluk Meksiko dan mendapat persenjataan dan amunisi yang cukup. Dia akhirnya harus menanggung malu saat tertangkap oleh pasukan AS pada Perang Meksiko - AS (1846-1848).
4. Darius III
Mengapa Aleksander Agung disebut "Agung"? Tentu saja, karena ia berhasil menyelesaikan apa yang ayahnya, Filipus II, tinggalkan. Salah satunya adalah menaklukkan Kekaisaran Akhemeniyah (Persia) di bawah kekuasaan Makedonia.
Tentu saja, hal tersebut juga berkat kebodohan Darius III sebagai pemimpin Kekaisaran Akhemeniyah saat itu. Di bawah pemerintahannya, Darius III harus kehilangan Kekaisaran Akhemeniyah di bawah penaklukkan Aleksander.
Saking pengecutnya, dikatakan bahwa dalam dua pertempuran penting antara Makedonia dan Akhemeniyah, Pertempuran Issus (333 SM) dan Gaugamela (331 SM), meskipun memiliki jumlah yang lebih besar, Darius III tetap takluk dari Aleksander.
Dan, tak mau kalah, ia melarikan diri dengan kereta kudanya. (Baca juga: Biaya Pemakaman Termahal di Dunia, Alexander Agung Rp6,4 Triliun)
Beberapa sejarawan bahkan berkata bahwa dari seluruh angkatan militer Persia, Darius III lah yang pertama kali melarikan diri. Ia mengorbankan setengah pasukannya pada perang Gaugamela.
5. Redvers Henry Buller
Jenderal Sir Redvers Henry Buller adalah seorang perwira Angkatan Darat Inggris dan penerima Victoria Cross, penghargaan tertinggi atas keberanian dalam menghadapi musuh yang dapat diberikan kepada Inggris dan pasukan Persemakmuran. Dia menjabat sebagai Panglima Pasukan Inggris di Afrika Selatan selama bulan-bulan awal Perang Boer Kedua dan kemudian memimpin tentara di Natal hingga kembali ke Inggris pada November 1900. (Baca juga: Indonesia Panaskan Perang Drone Militer Masa Depan)
Dikenal sebagai "Reverse" Buller oleh pasukannya selama Perang Boer Kedua, menjadi pemimpin militer Inggris pertama yang kalah di Pertempuran Colenso dan kemudian kehilangan posisinya sebagai komandan militer. Dia terus menderita kekalahan di peperangan Spion Kop dan Vaal Krantz yang menjadikan Inggris menderita kerugian besar.
6. Rodolfo Graziani
Rodolfo Graziani adalah seorang perwira militer Italia terkemuka di Regio Esercito ("Tentara Kerajaan") di Kerajaan Italia, terutama terkenal karena kampanyenya di Afrika sebelum dan selama Perang Dunia II. Seorang fasis berdedikasi, dia adalah tokoh kunci dalam militer Italia pada masa pemerintahan Victor Emmanuel III.
Graziani memainkan peran penting dalam konsolidasi dan perluasan kerajaan Italia selama 1920-an dan 1930-an, pertama di Libya dan kemudian di Ethiopia. Tak lama setelah Italia memasuki Perang Dunia II, ia kembali ke Libya sebagai komandan pasukan di Italia Afrika Utara tetapi mengundurkan diri setelah serangan Inggris (1940-41) mengalahkan pasukannya. (Baca juga:
Enheduanna: Putri Raja, Pendeta, dan Penyair Perempuan Pertama di Dunia)
Graziani tidak pernah dituntut oleh Komisi Kejahatan Perang PBB; padahal ia termasuk dalam daftar orang Italia yang memenuhi syarat untuk dituntut atas kejahatan perang, tetapi Italia dan Inggris menentang upaya Ethiopia pasca perang untuk membawanya ke pengadilan. Pada 1948, pengadilan Italia menghukumnya 19 tahun penjara karena bekerja sama dengan Nazi.
7. George B. McClellan
McClellan adalah seorang jenderal tentara pihak Utara selama Perang Saudara Amerika Serikat. Dalam Kampanye Peninsula (4 April - 1 Juli 1862), McClellan memperoleh banyak kemenangan dan sebenarnya tidak pernah menderita kekalahan.
Dia hanya terlalu berhati-hati karena memperoleh informasi yang salah tentang jumlah pasukan lawan. Akibatnya Jenderal Robert Lee dari pihak Selatan berhasil memukul mundur pasukannya dalam Pertempuran Tujuh Hari. McClellan kemudian ditarik ke Washington dan memimpin pasukan mempertahankan ibu kota. (Baca juga: Sejarawan Ungkap Penanganan COVID-19 Sama dengan Flu Spanyol Pada 1918)
Saat pasukan Jenderal Lee bergerak ke utara menuju Maryland, pasukan McClellan mencegatnya dan terlibat dalam Pertempuran Antietam pada 17 September 1862. Lagi-lagi pergerakan McClellan dianggap kurang cepat hingga tidak berhasil mengalahkan pasukan Jenderal Lee. Akibatnya Lincoln menariknya dari kesatuan pada bulan November 1862.
8. Maurice Gamelin
Maurice Gustave Gamelin adalah jenderal Angkatan Darat Prancis. Gamelin dikenal karena komando gagalnya (sampai 17 Mei 1940) dari militer Prancis saat Pertempuran Prancis (10 Mei–22 Juni 1940) pada Perang Dunia II dan pendiriannya terhadap nilai-nilai republikan.
Gamelin adalah pendukung kuat dari strategi pertahanan berdasarkan Garis Maginot. Dan sebagai komandan pasukan Sekutu di Barat ketika Perang Dunia II meletus, dia tidak melakukan tindakan ofensif. (Baca juga: Kesalahan Konyol yang Mengubah Sejarah Dunia)
Gamelin dikejutkan oleh serangan Jerman melalui Ardennes yang memotong front Sekutu menjadi dua pada Mei 1940. Dia diberhentikan dari posisinya pada 19 Mei dan kemudian diadili pada 1943 serta ditahan di Jerman sampai akhir perang.
9. Arthur Percival
Percival adalah perwira angkatan Darat Inggris Raya yang dikenal sebagai komandan pasukan persemakmuran di Malaya-Britania (kini Malaysia dan Singapura) yang dikalahkan Angkatan Darat Kekaisaran Jepang yang menaklukkan Malaya pada Februari 1942 setelah berakhirnya Pertempuran Singapura.
Kekalahan pasukan Britania pimpinan Percival kepada pasukan Jepang yang lebih kecil merupakan kekalahan paling parah dalam sejarah militer Inggris Raya. Kekalahan itu menjatuhkan citra dan gengsi Britania di Asia yang tidak lagi melihat Britania sebagai bangsa yang tak terkalahkan. (Baca juga: Laut Jawa, Kekalahan Telak Sekutu hingga Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki)
10. Pavel Grachev
Pavel adalah Jendral Tentara Rusia dan pahlawan Uni Soviet (1988). Pada pertengahan 1990, Grachev bersahabat dekat dengan Presiden Rusia, Boris Yeltsin dan menjabat sebagai Menteri Pertahanan Rusia dari Mei 1992- Juni 1996. (Lihat grafis: Kapal Angsa Siap Menantang Pelancong Keliling Benua)
Pada 1994 dia memainkan peranan penting dalam memulai Perang Chechya pertama. Ia berjanji akan menghancurkan usaha rakyat Chechnya merdeka hanya dengan dua resimen pasukan payung. Demikian kutipan ucapannya paling terkenal yang diduga telah menyebabkan dirinya kehilangan jabatannya setelah Rusia kalah di perang Chechya dua tahun kemudian.
Sumber: www.listverse.com
Sosok pemimpin militer memegang peranan kunci dalam medan laga peperangan? Lalu bagaimana menilai kualitas kepemimpinan komandan militer? (Baca juga: 9 Pemimpin Militer Paling 'Berdarah' Sepanjang Sejarah)
Perang adalah perpanjangan tangan dari politik. Jika komandan militer tidak mampu membantu mengamankan tujuan politik yang diinginkan, mereka pun akan dinilai gagal. Berikut sejumlah panglima perang yang dicap gagal mengembang tugasnya. (Baca juga: Panglima Perang Legendaris Dunia, Pangeran Diponegoro Salah Satunya)
1. Napoleon Bonaparte
Sebagai komandan militer, Napoleon memiliki rata-rata kemenangan terbaik sepanjang masa. Tetap saja, dia kalah dalam pertempuran besar. Semuanya berawal dari kegagalan Bonaparte menaklukkan Kekaisaran Rusia pada 1812. Meskipun pasukan Prancis berhasil menghancurkan beberapa kota Rusia, Prancis tidak meraih kemenangan yang diharapkan.
Dari situ, Bonaparte terus menerus kalah dan menjalani pembuangan. Pada Pertempuran Leipzig tahun 1813, Prancis kalah dari Koalisi 6 (Prusia, Austria, dan Rusia). Melarikan diri dari Pulau Elba pada 1815, Bonaparte kembali ke Prancis. Melalui Kongres Wina (1814 - 1815), Bonaparte dianggap sebagai seorang buronan.
Britania Raya kemudian ikut membentuk Koalisi 7 bersama tiga negara menghadapi Bonaparte dan bersama Prusia menghadangnya di Pertempuran Waterloo pada Juni 1815. Bonaparte kalah dan dibuang ke Pulau Santa Helena, tempat peristirahatan terakhirnya. (Baca juga:Topi Langka Napoleon Terjual Rp29 Miliar)
2. William Westmoreland
Mengemban tugas sebagai komandan militer AS selama 4 tahun pada Perang Vietnam dari 1964 hingga 1968, ternyata Westmoreland dicap gagal pada perang yang disebut aib oleh AS tersebut. Perang Vietnam berjalan selama 19 tahun dari 1955 hingga 1974 dan dimenangkan oleh Vietnam.
Westmoreland menerapkan strategi untuk menguras jumlah tentara dan sumber daya Vietnam agar semangat tempur mereka redup sehingga mudah ditaklukkan. Sang jenderal pun berpikir bahwa gerilyawan Viet Kong dapat dikalahkan dengan artileri dan pasukan AS yang lebih besar dengan senjata modern.
Nyatanya, strategi tersebut tidak berhasil. Secara teknis, Westmoreland memang memenangkan seluruh pertempuran AS kontra Viet Kong terutama di Pemberontakan Tet dan Pertempuran Khe Sanh. Akan tetapi, peperangan tersebut tetap berkecamuk dan Vietnam tidak habis semangat seperti yang ia prediksikan. (Baca juga: Terungkap, AS Nyaris Gunakan Bom Nuklir dalam Perang Vietnam)
3. Antonio Lopez de Santa Anna
Oleh Meksiko, Santa Anna memang dianggap sebagai figur panutan setelah menjadi presiden Meksiko 12 kali. Selain itu, para sejarawan menganggap dunia politik Meksiko pada abad ke-19 sebagai "Zaman Santa Anna". Santa Anna sempat menang besar di Pertempuran Alamo pada Maret 1836 untuk menahan AS mengambil alih Texas dari Meksiko.
Meskipun menang di atas kertas, Santa Anna tetap menderita kerugian militer dan sumber daya yang besar! Kemenangan besar tersebut ternyata menutupi jumlah korban tentara Meksiko yang besar. (Lihat grafis: Latihan Perang di Pasifik, US Navy Kerahkan Armada Tak Berawak)
Lagipula, di waktu yang sama, pasukan Texas di bawah Jenderal Sam Houston berhasil menjarah pelabuhan sepanjang Teluk Meksiko dan mendapat persenjataan dan amunisi yang cukup. Dia akhirnya harus menanggung malu saat tertangkap oleh pasukan AS pada Perang Meksiko - AS (1846-1848).
4. Darius III
Mengapa Aleksander Agung disebut "Agung"? Tentu saja, karena ia berhasil menyelesaikan apa yang ayahnya, Filipus II, tinggalkan. Salah satunya adalah menaklukkan Kekaisaran Akhemeniyah (Persia) di bawah kekuasaan Makedonia.
Tentu saja, hal tersebut juga berkat kebodohan Darius III sebagai pemimpin Kekaisaran Akhemeniyah saat itu. Di bawah pemerintahannya, Darius III harus kehilangan Kekaisaran Akhemeniyah di bawah penaklukkan Aleksander.
Saking pengecutnya, dikatakan bahwa dalam dua pertempuran penting antara Makedonia dan Akhemeniyah, Pertempuran Issus (333 SM) dan Gaugamela (331 SM), meskipun memiliki jumlah yang lebih besar, Darius III tetap takluk dari Aleksander.
Dan, tak mau kalah, ia melarikan diri dengan kereta kudanya. (Baca juga: Biaya Pemakaman Termahal di Dunia, Alexander Agung Rp6,4 Triliun)
Beberapa sejarawan bahkan berkata bahwa dari seluruh angkatan militer Persia, Darius III lah yang pertama kali melarikan diri. Ia mengorbankan setengah pasukannya pada perang Gaugamela.
5. Redvers Henry Buller
Jenderal Sir Redvers Henry Buller adalah seorang perwira Angkatan Darat Inggris dan penerima Victoria Cross, penghargaan tertinggi atas keberanian dalam menghadapi musuh yang dapat diberikan kepada Inggris dan pasukan Persemakmuran. Dia menjabat sebagai Panglima Pasukan Inggris di Afrika Selatan selama bulan-bulan awal Perang Boer Kedua dan kemudian memimpin tentara di Natal hingga kembali ke Inggris pada November 1900. (Baca juga: Indonesia Panaskan Perang Drone Militer Masa Depan)
Dikenal sebagai "Reverse" Buller oleh pasukannya selama Perang Boer Kedua, menjadi pemimpin militer Inggris pertama yang kalah di Pertempuran Colenso dan kemudian kehilangan posisinya sebagai komandan militer. Dia terus menderita kekalahan di peperangan Spion Kop dan Vaal Krantz yang menjadikan Inggris menderita kerugian besar.
6. Rodolfo Graziani
Rodolfo Graziani adalah seorang perwira militer Italia terkemuka di Regio Esercito ("Tentara Kerajaan") di Kerajaan Italia, terutama terkenal karena kampanyenya di Afrika sebelum dan selama Perang Dunia II. Seorang fasis berdedikasi, dia adalah tokoh kunci dalam militer Italia pada masa pemerintahan Victor Emmanuel III.
Graziani memainkan peran penting dalam konsolidasi dan perluasan kerajaan Italia selama 1920-an dan 1930-an, pertama di Libya dan kemudian di Ethiopia. Tak lama setelah Italia memasuki Perang Dunia II, ia kembali ke Libya sebagai komandan pasukan di Italia Afrika Utara tetapi mengundurkan diri setelah serangan Inggris (1940-41) mengalahkan pasukannya. (Baca juga:
Enheduanna: Putri Raja, Pendeta, dan Penyair Perempuan Pertama di Dunia)
Graziani tidak pernah dituntut oleh Komisi Kejahatan Perang PBB; padahal ia termasuk dalam daftar orang Italia yang memenuhi syarat untuk dituntut atas kejahatan perang, tetapi Italia dan Inggris menentang upaya Ethiopia pasca perang untuk membawanya ke pengadilan. Pada 1948, pengadilan Italia menghukumnya 19 tahun penjara karena bekerja sama dengan Nazi.
7. George B. McClellan
McClellan adalah seorang jenderal tentara pihak Utara selama Perang Saudara Amerika Serikat. Dalam Kampanye Peninsula (4 April - 1 Juli 1862), McClellan memperoleh banyak kemenangan dan sebenarnya tidak pernah menderita kekalahan.
Dia hanya terlalu berhati-hati karena memperoleh informasi yang salah tentang jumlah pasukan lawan. Akibatnya Jenderal Robert Lee dari pihak Selatan berhasil memukul mundur pasukannya dalam Pertempuran Tujuh Hari. McClellan kemudian ditarik ke Washington dan memimpin pasukan mempertahankan ibu kota. (Baca juga: Sejarawan Ungkap Penanganan COVID-19 Sama dengan Flu Spanyol Pada 1918)
Saat pasukan Jenderal Lee bergerak ke utara menuju Maryland, pasukan McClellan mencegatnya dan terlibat dalam Pertempuran Antietam pada 17 September 1862. Lagi-lagi pergerakan McClellan dianggap kurang cepat hingga tidak berhasil mengalahkan pasukan Jenderal Lee. Akibatnya Lincoln menariknya dari kesatuan pada bulan November 1862.
8. Maurice Gamelin
Maurice Gustave Gamelin adalah jenderal Angkatan Darat Prancis. Gamelin dikenal karena komando gagalnya (sampai 17 Mei 1940) dari militer Prancis saat Pertempuran Prancis (10 Mei–22 Juni 1940) pada Perang Dunia II dan pendiriannya terhadap nilai-nilai republikan.
Gamelin adalah pendukung kuat dari strategi pertahanan berdasarkan Garis Maginot. Dan sebagai komandan pasukan Sekutu di Barat ketika Perang Dunia II meletus, dia tidak melakukan tindakan ofensif. (Baca juga: Kesalahan Konyol yang Mengubah Sejarah Dunia)
Gamelin dikejutkan oleh serangan Jerman melalui Ardennes yang memotong front Sekutu menjadi dua pada Mei 1940. Dia diberhentikan dari posisinya pada 19 Mei dan kemudian diadili pada 1943 serta ditahan di Jerman sampai akhir perang.
9. Arthur Percival
Percival adalah perwira angkatan Darat Inggris Raya yang dikenal sebagai komandan pasukan persemakmuran di Malaya-Britania (kini Malaysia dan Singapura) yang dikalahkan Angkatan Darat Kekaisaran Jepang yang menaklukkan Malaya pada Februari 1942 setelah berakhirnya Pertempuran Singapura.
Kekalahan pasukan Britania pimpinan Percival kepada pasukan Jepang yang lebih kecil merupakan kekalahan paling parah dalam sejarah militer Inggris Raya. Kekalahan itu menjatuhkan citra dan gengsi Britania di Asia yang tidak lagi melihat Britania sebagai bangsa yang tak terkalahkan. (Baca juga: Laut Jawa, Kekalahan Telak Sekutu hingga Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki)
10. Pavel Grachev
Pavel adalah Jendral Tentara Rusia dan pahlawan Uni Soviet (1988). Pada pertengahan 1990, Grachev bersahabat dekat dengan Presiden Rusia, Boris Yeltsin dan menjabat sebagai Menteri Pertahanan Rusia dari Mei 1992- Juni 1996. (Lihat grafis: Kapal Angsa Siap Menantang Pelancong Keliling Benua)
Pada 1994 dia memainkan peranan penting dalam memulai Perang Chechya pertama. Ia berjanji akan menghancurkan usaha rakyat Chechnya merdeka hanya dengan dua resimen pasukan payung. Demikian kutipan ucapannya paling terkenal yang diduga telah menyebabkan dirinya kehilangan jabatannya setelah Rusia kalah di perang Chechya dua tahun kemudian.
Sumber: www.listverse.com
(poe)
tulis komentar anda