Terungkap, AS Nyaris Gunakan Bom Nuklir dalam Perang Vietnam
A
A
A
WASHINGTON - Militer Amerika Serikat (AS) hampir menggunakan bom nuklir untuk menyerang kubu komunis dalam Perang Vietnam. Rencana yang sudah disusun komandan pasukan Washington itu terungkap dalam dokumen rahasia yang dirilis The New York Times.
Jenderal William Westmoreland, yang memimpin operasi militer Amerika dalam Perang Vietnam tahun 1964-1968 telah mengizinkan transfer senjata nuklir ke negara Asia Tenggara tersebut, sebelum Penasihat Keamanan Nasional; Walt W. Rostow, memberi tahu Gedung Putih.
Laporan Rostow itulah yang mendorong Presiden Lyndon Johnson untuk segera membatalkan penyebaran senjata nuklir yang bisa memicu Perang Dunia III.
Rencana penggunaan bom mengerikan itu muncul setelah militer AS terjebak dalam kebuntuan ketika melawan Tentara Vietnam Utara (NVA) di tengah-tengah Pertempuran Khe Sanh selama selama sebulan. Menurut dokumen tersebut, Jenderal Westmoreland menyusun skema kontijensi untuk menggunakan senjata nuklir jika pasukan AS dikuasai musuh.
Rencana rahasia dengan nama kunci "Fracture Jaw" mengharuskan senjata nuklir AS untuk dipindahkan dari Okinawa, Jepang ke Vietnam Selatan oleh komando Pasifik AS, di bawah kepemimpinan Laksamana Ulysses Simpson Grant Sharp Jr.
Operasi yang direncanakan secara rahasia itu akan digerakkan di bawah sebuah memo yang dikirim oleh Westmoreland ke Sharp pada 10 Februari 1968.
Setelah Presiden Johnson diberitahu tentang rencana itu oleh Rostow melalui memorandum "eyes only" , sang presiden segera menghentikan operasi tersebut.
“Ketika (Presiden Johnson) mengetahui bahwa perencanaan telah dimulai, dia sangat kesal dan dengan paksa mengirimkan kabar melalui Rostow dan, saya pikir, langsung ke Westmoreland, untuk menutupnya," kata Tom Johnson, seorang asisten khusus untuk presiden pada saat itu, kepada The New York Times, yang dikutip Minggu (7/10/2018) malam.
Menurut Tom Johnson, meski menekan para jenderal AS untuk memenangkan Pertempuran Khe Sanh, Presiden ke-36 AS itu khawatir bahwa perang yang lebih luas dapat pecah dengan China jika konflik semakin meningkat.
"Setelah kata skema mencapai Gedung Putih, Laksamana Sharp segera diperintahkan untuk menghentikan semua perencanaan untuk 'Fracture Jaw'," bunyi dokumen AS yang tidak diklasifikasikan tertanggal 12 Februari 1968.
Sharp juga memerintahkan staf untuk menempatkan semua materi perencanaan, termasuk pesan dan korespondensi yang berkaitan dengannya, di bawah keamanan positif. Informasi tentang operasi rahasia juga harus "kedap udara".
"Johnson tidak pernah sepenuhnya mempercayai para jendralnya," kata Tom Johnson. "Dia sangat mengagumi Jenderal Westmoreland, tetapi dia tidak ingin para jenderalnya menjalankan perang."
Pertempuran Khe Sanh di Provinsi Quang Tri barat laut adalah salah satu bentrokan hebat yang terjadi antara tentara Amerika dan Vietnam Utara selama Perang Vietnam. Pada awal pertempuran pada 21 Januari sekitar 6.000 Marinir AS dan tentara Tentara Vietnam Selatan dikerahkan untuk menghadapi sekitar 20.000 pasukan dari Tentara Vietnam Utara (NVA).
Saat itu, sebanyak 45.000 tentara AS dan sekitar 100.000 pasukan Vietnam Utara ambil bagian dalam pertempuran 77 hari, di mana kedua pihak sama-sama mengklaim kemenangan.
Jenderal William Westmoreland, yang memimpin operasi militer Amerika dalam Perang Vietnam tahun 1964-1968 telah mengizinkan transfer senjata nuklir ke negara Asia Tenggara tersebut, sebelum Penasihat Keamanan Nasional; Walt W. Rostow, memberi tahu Gedung Putih.
Laporan Rostow itulah yang mendorong Presiden Lyndon Johnson untuk segera membatalkan penyebaran senjata nuklir yang bisa memicu Perang Dunia III.
Rencana penggunaan bom mengerikan itu muncul setelah militer AS terjebak dalam kebuntuan ketika melawan Tentara Vietnam Utara (NVA) di tengah-tengah Pertempuran Khe Sanh selama selama sebulan. Menurut dokumen tersebut, Jenderal Westmoreland menyusun skema kontijensi untuk menggunakan senjata nuklir jika pasukan AS dikuasai musuh.
Rencana rahasia dengan nama kunci "Fracture Jaw" mengharuskan senjata nuklir AS untuk dipindahkan dari Okinawa, Jepang ke Vietnam Selatan oleh komando Pasifik AS, di bawah kepemimpinan Laksamana Ulysses Simpson Grant Sharp Jr.
Operasi yang direncanakan secara rahasia itu akan digerakkan di bawah sebuah memo yang dikirim oleh Westmoreland ke Sharp pada 10 Februari 1968.
Setelah Presiden Johnson diberitahu tentang rencana itu oleh Rostow melalui memorandum "eyes only" , sang presiden segera menghentikan operasi tersebut.
“Ketika (Presiden Johnson) mengetahui bahwa perencanaan telah dimulai, dia sangat kesal dan dengan paksa mengirimkan kabar melalui Rostow dan, saya pikir, langsung ke Westmoreland, untuk menutupnya," kata Tom Johnson, seorang asisten khusus untuk presiden pada saat itu, kepada The New York Times, yang dikutip Minggu (7/10/2018) malam.
Menurut Tom Johnson, meski menekan para jenderal AS untuk memenangkan Pertempuran Khe Sanh, Presiden ke-36 AS itu khawatir bahwa perang yang lebih luas dapat pecah dengan China jika konflik semakin meningkat.
"Setelah kata skema mencapai Gedung Putih, Laksamana Sharp segera diperintahkan untuk menghentikan semua perencanaan untuk 'Fracture Jaw'," bunyi dokumen AS yang tidak diklasifikasikan tertanggal 12 Februari 1968.
Sharp juga memerintahkan staf untuk menempatkan semua materi perencanaan, termasuk pesan dan korespondensi yang berkaitan dengannya, di bawah keamanan positif. Informasi tentang operasi rahasia juga harus "kedap udara".
"Johnson tidak pernah sepenuhnya mempercayai para jendralnya," kata Tom Johnson. "Dia sangat mengagumi Jenderal Westmoreland, tetapi dia tidak ingin para jenderalnya menjalankan perang."
Pertempuran Khe Sanh di Provinsi Quang Tri barat laut adalah salah satu bentrokan hebat yang terjadi antara tentara Amerika dan Vietnam Utara selama Perang Vietnam. Pada awal pertempuran pada 21 Januari sekitar 6.000 Marinir AS dan tentara Tentara Vietnam Selatan dikerahkan untuk menghadapi sekitar 20.000 pasukan dari Tentara Vietnam Utara (NVA).
Saat itu, sebanyak 45.000 tentara AS dan sekitar 100.000 pasukan Vietnam Utara ambil bagian dalam pertempuran 77 hari, di mana kedua pihak sama-sama mengklaim kemenangan.
(mas)