Cetak Kartun Nabi Muhammad, Staf Charlie Hebdo Dilindungi Bodyguard

Selasa, 08 September 2020 - 11:13 WIB
Majalah satire Prancis, Charlie Hebdo, yang menerbitkan ulang kartun Nabi Muhammad. Foto/REUTERS
PARIS - Lebih dari lima tahun lalu, kelompok bersenjata membunuh 12 staf di kantor redaksi majalah satire Prancis; Charlie Hebdo . Pembantaian itu terjadi setelah majalah itu menerbitkan kartun yang menggambarkan sosok Nabi Muhammad secara buruk.

Lima tahun lebih berlalu, majalah itu mengatakan bahwa mereka menerbitkan ulang kartun tersebut untuk memberitahu dunia bahwa mereka "masih berdiri". Tindakan, yang dikecam negara-negara mayoritas Muslim termasuk Indonesia, itu tidak leluasa karena kantor dan staf mereka dapat pengamanan ketat. (Baca: Majalah Charlie Hebdo Terbitkan Ulang Kartun Nabi Muhammad )

Petugas polisi dilaporkan menjaga pintu masuk kantor baru majalah tersebut, kantor yang lokasinya dirahasiakan dan digambarkan seperti bungker. Beberapa staf mereka juga dilindungi para bodyguard.



"Kami mengucapkan `Selamat pagi` kepada polisi ketika kami tiba di pagi hari," kata Laure Daussy, seorang penulis yang bergabung dengan majalah itu tak lama setelah serangan 7 Januari 2015.

"Ini bukan sesuatu yang harus Anda biasakan," katanya lagi, seperti dikutip Reuters, Senin (7/9/2020). (Baca: Iran: Cetak Ulang Kartun Nabi Muhammad, Charlie Hebdo Hina 1 Miliar Muslim Dunia )

Orang-orang bersenjata yang menyerang kantor redaksi Charlie Hebdo telah tewas, tetapi pada 2 September pengadilan Paris mulai membuka persidangan untuk 14 orang yang dituduh sebagai kaki tangan para penyerang.

Untuk menandai dimulainya persidangan, Charlie Hebdo menerbitkan ulang kartun pemicu kemarahan umat Muslim dengan klaim sebagai simbol kebebasan berbicara. "Ini untuk menunjukkan bahwa kami masih berdiri, masih hidup, masih mengerjakan Charlie," kata Antonio Fischetti, yang telah bekerja untuk Charlie Hebdo sejak 1997.

Mengantisipasi penjualan yang kuat, majalah tersebut mengatakan telah mencetak 200.000 eksemplar terbitan minggu lalu. Sebelumnya, mereka berjuang untuk tetap bertahan dengan penjualan mingguan sebesar 30.000 eksemplar. Edisi pertama setelah serangan tersebut terjual 8 juta copy. Menurut majalah itu, penjualan mingguan sekarang telah kembali ke sekitar 55.000 eksemplar. (Baca: Charlie Hebdo Cetak Ulang Kartun Nabi Muhammad, Macron Sebut Kebebasan Pers )

Puluhan ribu orang melakukan protes di Pakistan pada hari Sabtu atas publikasi ulang kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad tersebut. "Matilah Prancis," teriak para demonstran. Sedangkan di Prancis, kritik terhadap majalah itu telah diredam.

Pemimpin Masjid Agung Paris, Hafiz Chems-eddine, menulis bahwa Charlie Hebdo harus terus mengekspresikan dirinya. Komentarnya ini menjadi sikap yang berbeda di kalangan Muslim seluruh dunia yang rata-rata mengecam majalah tersebut.

Abdallah Zekri, direktur Dewan Prancis untuk Kepercayaan Muslim, meminta Muslim Prancis untuk mengabaikan kartun yang diterbitkan ulang itu. "Saya pikir ini adalah operasi dari Charlie Hebdo untuk PR (public relation), untuk pemasaran," kata Zekri kepada penyiar Franceinfo. "Saya serahkan itu pada hati nuraninya." (Baca: Indonesia Kecam Penerbitan Ulang Kartun Nabi Muhammad oleh Charlie Hebdo )

Bungker Tanpa Jendela

Bertahun-tahun sejak serangan mematikan itu tidak menumpulkan keinginan Charlie Hebdo untuk memprovokasi. Menurut staf saat ini dan sebelumnya, mereka telah membawa pemahaman yang lebih tajam tentang "biaya" yang ditanggungnya.

Majalah itu memindahkan kantornya ke lokasi yang dirahasiakan yang oleh beberapa staf digambarkan sebagai bungker tanpa jendela. Majalah itu juga mempekerjakan sebuah firma keamanan swasta dengan biaya sekitar 1 juta euro per tahun untuk menjaga ruang redaksi. (Baca: Charlie Hebdo Cetak Ulang Kartun Nabi Muhammad, Aksi Protes Pecah di Pakistan )

Beberapa staf majalah tersebut mengatakan para bodyguard yang disediakan oleh lembaga penegak hukum negara bagian ditugaskan untuk beberapa kartunis dan penulis.

Seorang juru bicara kementerian dalam negeri Prancis mengatakan kementerian tidak memiliki informasi untuk diberikan tentang masalah pengaturan keamanan kantor dan staf Charlie Hebdo.

Pierrick Juin, kartunis Charlie Hebdo, yang bergabung setelah serangan itu, mengatakan dia cenderung tidak mengatakan di mana dia bekerja ketika dia melaporkan perjalanannya. "Anda tidak tahu bagaimana itu akan diterima," katanya.

Pada hari serangan Charlie Hebdo, penulis veteran Fischetti sedang berada di luar kantor pada pemakaman bibinya. (Baca juga: Pemred Media Iran Ditangkap karena Kartun yang Menghina Khamenei )

Perubahan terbesar sejak itu, kata dia, adalah mood di kantor majalah itu. "Ketika saya pertama kali bergabung dengan Charlie pada akhir tahun 90-an, ada ketidakpedulian. Itu adalah sekelompok teman yang bermain-main, bersenang-senang, dan tertawa." "Sekarang, kita tidak lagi di era tanpa beban itu. Kita sudah kehilangan itu selamanya."
(min)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More