Charlie Hebdo Cetak Ulang Kartun Nabi, Aksi Protes Pecah di Pakistan
loading...
A
A
A
KARACHI - Puluhan ribu orang di seluruh Pakistan pada hari Jumat memprotes pencetakan ulang kartun Nabi Muhammad oleh majalah Prancis Charlie Hebdo . Para demonstran pun meneriakkan kata-kata "Matilah Prancis" dan menyerukan boikot terhadap produk dari negara Menara Eifel tersebut.
"Pemenggalan adalah hukuman bagi para penghujat," bunyi salah satu poster yang dibawa para pengunjuk rasa.
Aksi protes ini diorganisir oleh partai Islam garis keras Pakistan, Tehreek-e-Laibak Pakistan (TLP), dengan demonstrasi dipusatkan di Karachi, kota terbesar di negara itu. Aksi yang sama juga digelar di Rawalpindi, Peshawar, Lahore dan Dera Ismail Khan.
Para pengunjuk rasa melumpuhkan lalu lintas di Karachi, pusat keuangan dan bisnis Pakistan.(Baca juga: RI Kecam Penerbitan Ulang Kartun Nabi Muhammad oleh Charlie Hebdo )
“Itu (pencetakan ulang kartun) sama dengan terorisme besar; mereka mengulangi tindakan penistaan seperti itu terhadap Nabi Muhammad setiap beberapa tahun. Ini harus dihentikan,” kata Razi Hussani, pemimpi TLP di Karachi seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (5/9/2020).
Unjuk rasa serupa yang diadakan di Pakistan pada tahun 2015 berubah menjadi kekerasan, dengan sejumlah orang terluka ketika polisi bentrok dengan pengunjuk rasa yang mencoba menuju ke konsulat Prancis di Karachi.
Pemerintah Pakistan juga mengutuk pencetakan ulang kartun tersebut. Menteri Luar Negeri Shah Mehmood Qureshi mengatakan negara Asia Selatan itu percaya pada kebebasan berekspresi tetapi kebebasan semacam itu tidak berarti izin untuk menyinggung sentimen agama.
Menurutnya Charlie Hebdo telah lama menguji batasan dari apa yang akan diterima masyarakat atas nama kebebasan berbicara.
Kartun Nabi Muhammad yang memicu kemarahan dan keresahan di kalangan Muslim di seluruh dunia dimuat pertama kali pada tahun 2005 oleh surat kabar Denmark Jyllands-Posten.
Awal pekan ini, Charlie Hebdo - mingguan satir Prancis - mencetak kembali kartun itu untuk menandai dimulainya persidangan terhadap para tersangka kaki tangan dalam serangan militan Islam di kantor Paris pada Januari 2015.
Dalam sidangnya, pengadilan Prancis mengatakan bahwa para pelaku penyerangan yang menyerbu kantor redaksi Charlie Hebdo berusaha untuk membela Nabi Muhammad. Publikasi kartun yang dinilai menghina itu menjadi alasan serangan yang menewaskan 12 orang itu.
“Kami tidak akan pernah tengkurap. Kami tidak akan pernah menyerah,” tulis editor Charlie Hebdo Riss Sourisseau menjelaskan keputusan untuk menerbitkan ulang kartun tersebut.(Baca juga: Majalah Charlie Hebdo Terbitkan Ulang Kartun Nabi Muhammad )
Lihat Juga: Al-Walid Khalifah Bani Umayyah yang Sukses Memperluas Wilayah dari Pakistan sampai Spanyol
"Pemenggalan adalah hukuman bagi para penghujat," bunyi salah satu poster yang dibawa para pengunjuk rasa.
Aksi protes ini diorganisir oleh partai Islam garis keras Pakistan, Tehreek-e-Laibak Pakistan (TLP), dengan demonstrasi dipusatkan di Karachi, kota terbesar di negara itu. Aksi yang sama juga digelar di Rawalpindi, Peshawar, Lahore dan Dera Ismail Khan.
Para pengunjuk rasa melumpuhkan lalu lintas di Karachi, pusat keuangan dan bisnis Pakistan.(Baca juga: RI Kecam Penerbitan Ulang Kartun Nabi Muhammad oleh Charlie Hebdo )
“Itu (pencetakan ulang kartun) sama dengan terorisme besar; mereka mengulangi tindakan penistaan seperti itu terhadap Nabi Muhammad setiap beberapa tahun. Ini harus dihentikan,” kata Razi Hussani, pemimpi TLP di Karachi seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (5/9/2020).
Unjuk rasa serupa yang diadakan di Pakistan pada tahun 2015 berubah menjadi kekerasan, dengan sejumlah orang terluka ketika polisi bentrok dengan pengunjuk rasa yang mencoba menuju ke konsulat Prancis di Karachi.
Pemerintah Pakistan juga mengutuk pencetakan ulang kartun tersebut. Menteri Luar Negeri Shah Mehmood Qureshi mengatakan negara Asia Selatan itu percaya pada kebebasan berekspresi tetapi kebebasan semacam itu tidak berarti izin untuk menyinggung sentimen agama.
Menurutnya Charlie Hebdo telah lama menguji batasan dari apa yang akan diterima masyarakat atas nama kebebasan berbicara.
Kartun Nabi Muhammad yang memicu kemarahan dan keresahan di kalangan Muslim di seluruh dunia dimuat pertama kali pada tahun 2005 oleh surat kabar Denmark Jyllands-Posten.
Awal pekan ini, Charlie Hebdo - mingguan satir Prancis - mencetak kembali kartun itu untuk menandai dimulainya persidangan terhadap para tersangka kaki tangan dalam serangan militan Islam di kantor Paris pada Januari 2015.
Dalam sidangnya, pengadilan Prancis mengatakan bahwa para pelaku penyerangan yang menyerbu kantor redaksi Charlie Hebdo berusaha untuk membela Nabi Muhammad. Publikasi kartun yang dinilai menghina itu menjadi alasan serangan yang menewaskan 12 orang itu.
“Kami tidak akan pernah tengkurap. Kami tidak akan pernah menyerah,” tulis editor Charlie Hebdo Riss Sourisseau menjelaskan keputusan untuk menerbitkan ulang kartun tersebut.(Baca juga: Majalah Charlie Hebdo Terbitkan Ulang Kartun Nabi Muhammad )
Lihat Juga: Al-Walid Khalifah Bani Umayyah yang Sukses Memperluas Wilayah dari Pakistan sampai Spanyol
(ber)