Israel Invasi Suriah saat Rezim Assad Runtuh, Negara-negara Arab Marah

Selasa, 10 Desember 2024 - 06:57 WIB
Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengatakan perebutan zona penyangga di Dataran Tinggi Golan oleh Israel menunjukkan tekad Zionis untuk menyabotase peluang Suriah dalam memulihkan stabilitas.

Kementerian itu mengecam apa yang dikritik PBB sebagai pelanggaran perjanjian pemisahan tahun 1974 antara Suriah dan Israel.

"Pengambilalihan itu menegaskan pelanggaran Israel yang berkelanjutan terhadap hukum internasional dan komitmennya untuk menyabotase peluang Suriah untuk mendapatkan kembali keamanan, stabilitas, dan integritas teritorialnya," kata kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan yang dilansir Al Arabiya, Selasa (10/12/2024).

Riyadh meminta masyarakat internasional untuk mengutuk keputusan Israel dan mendesak penghormatan terhadap kedaulatan Suriah."Golan adalah tanah Suriah yang diduduki," imbuh Kementerian Luar Negeri Arab Saudi.

Israel merebut Dataran Tinggi Golan dari Suriah selama Perang Enam Hari tahun 1967 dan secara sepihak mencaplok wilayah tersebut pada tahun 1981.

Namun, berdasarkan Perjanjian Pemisahan Pasukan tahun 1974, Israel dan Suriah menerima pengerahan pasukan penjaga perdamaian PBB ke zona penyangga, yang hingga hari Minggu memisahkan pasukan Israel di Dataran Tinggi Golan yang diduduki dari pasukan Suriah.

Saat personel Pasukan Pertahanan Israel (IDF) bergerak maju melewati zona penyangga untuk pertama kalinya dalam 50 tahun, pesawat tempur Israel menyerang target lebih jauh di dalam wilayah Suriah.

Di antara lokasi yang diserang adalah Pangkalan Udara Mezzeh di Damaskus dan Pangkalan Udara Khalkhala, 50 km selatan ibu kota, serta kota-kota selatan Dara'a dan Suweidah.

Katz mengatakan pada hari Senin bahwa dia telah memerintahkan IDF untuk melakukan serangan di seluruh wilayah Suriah untuk menghancurkan senjata dan infrastruktur Angkatan Darat Suriah.

Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar mengatakan bahwa serangan tersebut menargetkan sistem senjata strategis. "Seperti senjata kimia yang masih ada, atau rudal dan roket jarak jauh, agar tidak jatuh ke tangan para ekstremis," katanya.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More