Media Korsel: Kim Jong-un Koma, Adiknya Ambil Alih Kekuasaan
Senin, 24 Agustus 2020 - 07:46 WIB
SEOUL - Media Korea Selatan (Korsel) melaporkan kesehatan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un sangat memburuk sehingga dia dalam keadaan koma. Hal itu memaksa adik perempuannya, Kim Yo-jong mengambil alih kekuasaan.
Meskipun menjadi salah satu diktator yang paling ditakuti di dunia, Kim Jong-un selama ini tetap menyembunyikan kehidupan pribadinya yang aneh dalam misteri.
Kesehatan pemimpin muda ini berulang kali membuat media Korea Selatan berada dalam hiruk-pikuk. Kali ini, seorang mantan pejabat Korea Selatan mengatakan kepada penyiar lokal bahwa langkah baru-baru ini di Korea Utara untuk memberi Kim Yo-jong kekuasaan yang belum pernah terjadi sebelumnya adalah imbas dari kesehatan sang diktator yang menurun. (Baca: Kim Jong-un Gelar Pertemuan Langka, Bahas Masalah Penting Misterius )
Chang Song-min, mantan ajudan mendiang presiden Korea Selatan Kim Dae-jung, mengklaim Kim Jong-un dalam keadaan koma.
"Saya menilai dia sedang koma, tapi hidupnya belum berakhir," katanya kepada media Korea Selatan, The Korea Herald,Minggu (23/8/2020).
Dia mencatat bahwa saudara adik perempuan Kim Jong-un , yakni Kim Yo-jong, siap untuk memimpin saat sang kakak tidak ada.
“Struktur suksesi lengkap belum terbentuk, jadi Kim Yo-jong dikedepankan karena kekosongan tidak dapat dipertahankan untuk waktu yang lama,” kata Chang.
Mengutip laporan The Guardian akhir pekan lalu, Kim Yo-jong telah diberi kewenangan parsial untuk mengawasi urusan umum kenegaraan dalam sebuah langkah yang dipandang meringankan beban kerja Kim Jong-un.
CNN melaporkan bahwa Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea Selatan memberi tahu politisi negara itu bahwa adik perempuan Kim Jong-un sekarang berstatus "de facto second in command" atau secara harfiah bermakna penguasa nomor dua.
Pergeseran kekuasaan juga berarti pejabat tinggi lainnya di Pyongyang akan diberikan otonomi yang lebih besar, sembilan tahun setelah Kim Jong-un mengambil alih kekuasaan. (Baca juga: Militer AS: Kim Jong-un Memiliki 60 Bom Nuklir, Diduga Punya Antraks )
Kantor berita yang dikelola pemerintah Korea Utara, KCNA, sebelumnya melaporkan bahwa Kim Jong-un telah melakukan pertemuan dengan para pemimpin tertinggi negara itu. Pertemuan yang hasilnya sangat dirahasiakan diselenggarakan di tengah kekhawatiran tentang dampak virus corona baru (Covid-19).
Kim Yo-jong telah menunjukkan bahwa dia siap untuk mengambil peran yang lebih besar jika rumor tentang kesehatan kakaknya yang buruk tersebut benar. Dia telah blakblakan di masa lalu, termasuk pada bulan Juli tahun ini, ketika dia secara langsung menantang Amerika Serikat (AS).
Kim Yo-jong berkomentar bahwa pertemuan dengan AS dan Korea Utara tidak perlu dilanjutkan karena organisasi Trump telah menunjukkan bahwa mereka tidak mau mengalah dari pendiriannya tentang program senjata nuklir Korea Utara .
"Saya berpandangan bahwa pembicaraan puncak DPRK-AS tidak diperlukan tahun ini dan seterusnya, dan bagi kami, itu tidak menguntungkan bagi kami kecuali AS menunjukkan perubahan yang menentukan dalam pendiriannya," kata Kim Yo-jong, yang dilansir kantor berita Yonhap beberapa waktu lalu. DPRK adalah nama resmi negara Korea Utara, Republik Rayat Demokratik Korea.
"Selain itu, saya pikir kita tidak boleh menerima tawaran pembicaraan puncak tahun ini, tidak peduli seberapa besar keinginan AS, jauh dari kemungkinannya," katanya.
Pada bulan April dan Mei tahun ini, menghilangnya Kim Jong-un dari kehidupan publik memicu desas-desus liar tentang kesehatannya yang menurun.
Dia tidak terlihat di depan umum selama tiga minggu sebelum muncul di sebuah pabrik di kota di Sunchon. The New York Times melaporkan rumor tersebut termasuk kekhawatiran bahwa Kim Jong-un telah menjalani operasi jantung dan tidak pulih dengan baik.
Meskipun menjadi salah satu diktator yang paling ditakuti di dunia, Kim Jong-un selama ini tetap menyembunyikan kehidupan pribadinya yang aneh dalam misteri.
Kesehatan pemimpin muda ini berulang kali membuat media Korea Selatan berada dalam hiruk-pikuk. Kali ini, seorang mantan pejabat Korea Selatan mengatakan kepada penyiar lokal bahwa langkah baru-baru ini di Korea Utara untuk memberi Kim Yo-jong kekuasaan yang belum pernah terjadi sebelumnya adalah imbas dari kesehatan sang diktator yang menurun. (Baca: Kim Jong-un Gelar Pertemuan Langka, Bahas Masalah Penting Misterius )
Chang Song-min, mantan ajudan mendiang presiden Korea Selatan Kim Dae-jung, mengklaim Kim Jong-un dalam keadaan koma.
"Saya menilai dia sedang koma, tapi hidupnya belum berakhir," katanya kepada media Korea Selatan, The Korea Herald,Minggu (23/8/2020).
Dia mencatat bahwa saudara adik perempuan Kim Jong-un , yakni Kim Yo-jong, siap untuk memimpin saat sang kakak tidak ada.
“Struktur suksesi lengkap belum terbentuk, jadi Kim Yo-jong dikedepankan karena kekosongan tidak dapat dipertahankan untuk waktu yang lama,” kata Chang.
Mengutip laporan The Guardian akhir pekan lalu, Kim Yo-jong telah diberi kewenangan parsial untuk mengawasi urusan umum kenegaraan dalam sebuah langkah yang dipandang meringankan beban kerja Kim Jong-un.
CNN melaporkan bahwa Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea Selatan memberi tahu politisi negara itu bahwa adik perempuan Kim Jong-un sekarang berstatus "de facto second in command" atau secara harfiah bermakna penguasa nomor dua.
Pergeseran kekuasaan juga berarti pejabat tinggi lainnya di Pyongyang akan diberikan otonomi yang lebih besar, sembilan tahun setelah Kim Jong-un mengambil alih kekuasaan. (Baca juga: Militer AS: Kim Jong-un Memiliki 60 Bom Nuklir, Diduga Punya Antraks )
Kantor berita yang dikelola pemerintah Korea Utara, KCNA, sebelumnya melaporkan bahwa Kim Jong-un telah melakukan pertemuan dengan para pemimpin tertinggi negara itu. Pertemuan yang hasilnya sangat dirahasiakan diselenggarakan di tengah kekhawatiran tentang dampak virus corona baru (Covid-19).
Kim Yo-jong telah menunjukkan bahwa dia siap untuk mengambil peran yang lebih besar jika rumor tentang kesehatan kakaknya yang buruk tersebut benar. Dia telah blakblakan di masa lalu, termasuk pada bulan Juli tahun ini, ketika dia secara langsung menantang Amerika Serikat (AS).
Kim Yo-jong berkomentar bahwa pertemuan dengan AS dan Korea Utara tidak perlu dilanjutkan karena organisasi Trump telah menunjukkan bahwa mereka tidak mau mengalah dari pendiriannya tentang program senjata nuklir Korea Utara .
"Saya berpandangan bahwa pembicaraan puncak DPRK-AS tidak diperlukan tahun ini dan seterusnya, dan bagi kami, itu tidak menguntungkan bagi kami kecuali AS menunjukkan perubahan yang menentukan dalam pendiriannya," kata Kim Yo-jong, yang dilansir kantor berita Yonhap beberapa waktu lalu. DPRK adalah nama resmi negara Korea Utara, Republik Rayat Demokratik Korea.
"Selain itu, saya pikir kita tidak boleh menerima tawaran pembicaraan puncak tahun ini, tidak peduli seberapa besar keinginan AS, jauh dari kemungkinannya," katanya.
Pada bulan April dan Mei tahun ini, menghilangnya Kim Jong-un dari kehidupan publik memicu desas-desus liar tentang kesehatannya yang menurun.
Dia tidak terlihat di depan umum selama tiga minggu sebelum muncul di sebuah pabrik di kota di Sunchon. The New York Times melaporkan rumor tersebut termasuk kekhawatiran bahwa Kim Jong-un telah menjalani operasi jantung dan tidak pulih dengan baik.
(min)
tulis komentar anda