Khianati Kim Jong-un, Diplomat Senior Korut Membelot ke Korsel
Selasa, 16 Juli 2024 - 11:28 WIB
Ri mengatakan kepada surat kabar tersebut bahwa dia memilih membelot karena kekecewaannya terhadap rezim Kim Jong-un dan penilaian yang tidak adil terhadap pekerjaannya.
“Setiap orang Korea Utara setidaknya berpikir satu kali untuk tinggal di Korea Selatan. Kekecewaan terhadap rezim Korea Utara dan masa depan yang suram membuat saya mempertimbangkan untuk membelot,” katanya kepada surat kabar tersebut.
“Faktanya, warga Korea Utara lebih mendambakan reunifikasi dibandingkan warga Korea Selatan. Semua orang percaya bahwa reunifikasi adalah satu-satunya cara agar anak-anak mereka memiliki masa depan yang lebih baik. Saat ini, rezim Kim Jong-un telah secara brutal memusnahkan harapan sekecil apa pun yang tersisa di masyarakat," paparnya.
Dia mengatakan dirinya terbang keluar Kuba bersama keluarganya tetapi dia tidak menjelaskan lebih lanjut bagaimana dia melakukan pelarian berisiko tinggi tersebut.
“Saya membeli tiket penerbangan dan menelepon istri dan anak saya untuk memberi tahu mereka tentang keputusan saya, enam jam sebelum pembelotan. Saya tidak bilang Korea Selatan, tapi bilang, ayo tinggal di luar negeri,” ujarnya.
Ri mengatakan dia membuat keputusan akhir untuk melarikan diri ketika permintaannya untuk melakukan perjalanan ke Meksiko untuk perawatan medis ditolak tahun lalu, dan menambahkan bahwa orang tua dan mertuanya yang mungkin menghadapi pembalasan atas pembelotannya telah meninggal dunia.
Warga Korea Utara yang tertangkap mencoba membelot akan menghadapi hukuman berat, termasuk kematian, menurut kelompok hak asasi manusia dan pembelot yang berhasil.
Lebih sedikit pembelot Korea Utara yang tiba di Korea Selatan dalam beberapa tahun terakhir karena ketatnya pembatasan penyeberangan perbatasan ke China dan biaya perantara yang besar, kata kelompok hak asasi manusia dan pakar.
Pada tahun 2023, 196 pembelot Korea Utara datang ke Seoul, turun dari 2.700 pada satu dekade lalu, menurut data pemerintah Korea Selatan.
“Setiap orang Korea Utara setidaknya berpikir satu kali untuk tinggal di Korea Selatan. Kekecewaan terhadap rezim Korea Utara dan masa depan yang suram membuat saya mempertimbangkan untuk membelot,” katanya kepada surat kabar tersebut.
“Faktanya, warga Korea Utara lebih mendambakan reunifikasi dibandingkan warga Korea Selatan. Semua orang percaya bahwa reunifikasi adalah satu-satunya cara agar anak-anak mereka memiliki masa depan yang lebih baik. Saat ini, rezim Kim Jong-un telah secara brutal memusnahkan harapan sekecil apa pun yang tersisa di masyarakat," paparnya.
Dia mengatakan dirinya terbang keluar Kuba bersama keluarganya tetapi dia tidak menjelaskan lebih lanjut bagaimana dia melakukan pelarian berisiko tinggi tersebut.
“Saya membeli tiket penerbangan dan menelepon istri dan anak saya untuk memberi tahu mereka tentang keputusan saya, enam jam sebelum pembelotan. Saya tidak bilang Korea Selatan, tapi bilang, ayo tinggal di luar negeri,” ujarnya.
Baca Juga
Ri mengatakan dia membuat keputusan akhir untuk melarikan diri ketika permintaannya untuk melakukan perjalanan ke Meksiko untuk perawatan medis ditolak tahun lalu, dan menambahkan bahwa orang tua dan mertuanya yang mungkin menghadapi pembalasan atas pembelotannya telah meninggal dunia.
Warga Korea Utara yang tertangkap mencoba membelot akan menghadapi hukuman berat, termasuk kematian, menurut kelompok hak asasi manusia dan pembelot yang berhasil.
Lebih sedikit pembelot Korea Utara yang tiba di Korea Selatan dalam beberapa tahun terakhir karena ketatnya pembatasan penyeberangan perbatasan ke China dan biaya perantara yang besar, kata kelompok hak asasi manusia dan pakar.
Pada tahun 2023, 196 pembelot Korea Utara datang ke Seoul, turun dari 2.700 pada satu dekade lalu, menurut data pemerintah Korea Selatan.
Lihat Juga :
tulis komentar anda