Khianati Kim Jong-un, Diplomat Senior Korut Membelot ke Korsel
Selasa, 16 Juli 2024 - 11:28 WIB
SEOUL - Seorang diplomat senior Korea Utara (Korut) yang berbasis di Kuba telah mengkhianati pemimpi negaranya; Kim Jong-un, dengan membelot ke Korea Selatan (Korsel).
Pembelotan ini terjadi pada November lalu, namun baru terungkap oleh laporan surat kabar Korea Selatan, Chosun Ilbo, Selasa (16/7/2024).
Diplomat senior Korut yang membelot ke negara musuh itu adalah Ri Il-kyu (52). Aksinya tercatat sebagai pembelotan pertama diplomat tinggi Korut sejak 2016.
Sebelum melarikan diri ke Korea Selatan, Ri Il-kyu bertanggung jawab atas urusan politik di Kedutaan Korea Utara di Kuba. Demikian laporan Chosun Ilbo berdasarkan wawancaranya dengan Ri.
Salah satu tugas Ri di kedutaan adalah menghalangi Korea Selatan dan Kuba dalam menjalin hubungan diplomatik. Namun, pada bulan Februari, kedua negara menjalin hubungan diplomatik.
Kementerian Unifikasi Korea Selatan, yang menangani urusan antar-Korea, menolak mengonfirmasi laporan tersebut, dengan alasan masalah privasi.
Detail mengenai pembelotan warga Korea Utara seringkali memerlukan waktu berbulan-bulan untuk terungkap, dan para pembelot tersebut harus mendapatkan izin dari pihak berwenang dan menjalani kursus pendidikan tentang masyarakat dan sistem Korea Selatan.
Ri masuk ke Kementerian Luar Negeri Korea Utara pada tahun 1999 dan menerima pujian dari pemimpin Korea Utara Kim Jong-un karena berhasil bernegosiasi dengan Panama untuk mencabut penahanan kapal Korea Utara yang tertangkap membawa senjata dari Kuba pada tahun 2013, menurut laporan Chosun Ilbo.
Ri mengatakan kepada surat kabar tersebut bahwa dia memilih membelot karena kekecewaannya terhadap rezim Kim Jong-un dan penilaian yang tidak adil terhadap pekerjaannya.
“Setiap orang Korea Utara setidaknya berpikir satu kali untuk tinggal di Korea Selatan. Kekecewaan terhadap rezim Korea Utara dan masa depan yang suram membuat saya mempertimbangkan untuk membelot,” katanya kepada surat kabar tersebut.
“Faktanya, warga Korea Utara lebih mendambakan reunifikasi dibandingkan warga Korea Selatan. Semua orang percaya bahwa reunifikasi adalah satu-satunya cara agar anak-anak mereka memiliki masa depan yang lebih baik. Saat ini, rezim Kim Jong-un telah secara brutal memusnahkan harapan sekecil apa pun yang tersisa di masyarakat," paparnya.
Dia mengatakan dirinya terbang keluar Kuba bersama keluarganya tetapi dia tidak menjelaskan lebih lanjut bagaimana dia melakukan pelarian berisiko tinggi tersebut.
“Saya membeli tiket penerbangan dan menelepon istri dan anak saya untuk memberi tahu mereka tentang keputusan saya, enam jam sebelum pembelotan. Saya tidak bilang Korea Selatan, tapi bilang, ayo tinggal di luar negeri,” ujarnya.
Ri mengatakan dia membuat keputusan akhir untuk melarikan diri ketika permintaannya untuk melakukan perjalanan ke Meksiko untuk perawatan medis ditolak tahun lalu, dan menambahkan bahwa orang tua dan mertuanya yang mungkin menghadapi pembalasan atas pembelotannya telah meninggal dunia.
Warga Korea Utara yang tertangkap mencoba membelot akan menghadapi hukuman berat, termasuk kematian, menurut kelompok hak asasi manusia dan pembelot yang berhasil.
Lebih sedikit pembelot Korea Utara yang tiba di Korea Selatan dalam beberapa tahun terakhir karena ketatnya pembatasan penyeberangan perbatasan ke China dan biaya perantara yang besar, kata kelompok hak asasi manusia dan pakar.
Pada tahun 2023, 196 pembelot Korea Utara datang ke Seoul, turun dari 2.700 pada satu dekade lalu, menurut data pemerintah Korea Selatan.
Sebagian besar pembelot Korea Utara yang baru-baru ini membelot ke Korea Selatan adalah mereka yang sudah lama tinggal di luar negeri, seperti diplomat Ri, kata seorang aktivis hak asasi manusia.
Pembelotan besar terakhir yang diketahui ke Korea Selatan adalah yang dilakukan oleh Tae Yong-ho, mantan wakil duta besar Korea Utara untuk Inggris, pada tahun 2016.
Pembelotan penting lainnya termasuk pelaksana tugas (plt) duta besar untuk Italia, Jo Song-gil, pada tahun 2019 dan plt duta besar untuk Kuwait, Ryu Hyun-woo, pada tahun 2021, yang masing-masing menjabat sebagai sekretaris pertama dan konselor.
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol pada hari Minggu menjanjikan dukungan keuangan yang lebih baik bagi para pembelot Korea Utara dan insentif pajak bagi perusahaan yang mempekerjakan para pembelot tersebut, saat dia menghadiri upacara pengukuhan Hari Pembelot Korea Utara.
Korea Utara tahun lalu menutup beberapa kedutaan dalam upaya untuk “menata ulang kapasitas diplomatiknya secara efisien”, penutupan yang menurut Korea Selatan menunjukkan bahwa Korea Utara sedang berjuang di bawah beban sanksi.
Korea Utara memiliki kedutaan besar di Kuba, meskipun duta besarnya kembali ke negaranya pada bulan Maret.
Pembelotan ini terjadi pada November lalu, namun baru terungkap oleh laporan surat kabar Korea Selatan, Chosun Ilbo, Selasa (16/7/2024).
Diplomat senior Korut yang membelot ke negara musuh itu adalah Ri Il-kyu (52). Aksinya tercatat sebagai pembelotan pertama diplomat tinggi Korut sejak 2016.
Sebelum melarikan diri ke Korea Selatan, Ri Il-kyu bertanggung jawab atas urusan politik di Kedutaan Korea Utara di Kuba. Demikian laporan Chosun Ilbo berdasarkan wawancaranya dengan Ri.
Salah satu tugas Ri di kedutaan adalah menghalangi Korea Selatan dan Kuba dalam menjalin hubungan diplomatik. Namun, pada bulan Februari, kedua negara menjalin hubungan diplomatik.
Kementerian Unifikasi Korea Selatan, yang menangani urusan antar-Korea, menolak mengonfirmasi laporan tersebut, dengan alasan masalah privasi.
Detail mengenai pembelotan warga Korea Utara seringkali memerlukan waktu berbulan-bulan untuk terungkap, dan para pembelot tersebut harus mendapatkan izin dari pihak berwenang dan menjalani kursus pendidikan tentang masyarakat dan sistem Korea Selatan.
Ri masuk ke Kementerian Luar Negeri Korea Utara pada tahun 1999 dan menerima pujian dari pemimpin Korea Utara Kim Jong-un karena berhasil bernegosiasi dengan Panama untuk mencabut penahanan kapal Korea Utara yang tertangkap membawa senjata dari Kuba pada tahun 2013, menurut laporan Chosun Ilbo.
Ri mengatakan kepada surat kabar tersebut bahwa dia memilih membelot karena kekecewaannya terhadap rezim Kim Jong-un dan penilaian yang tidak adil terhadap pekerjaannya.
“Setiap orang Korea Utara setidaknya berpikir satu kali untuk tinggal di Korea Selatan. Kekecewaan terhadap rezim Korea Utara dan masa depan yang suram membuat saya mempertimbangkan untuk membelot,” katanya kepada surat kabar tersebut.
“Faktanya, warga Korea Utara lebih mendambakan reunifikasi dibandingkan warga Korea Selatan. Semua orang percaya bahwa reunifikasi adalah satu-satunya cara agar anak-anak mereka memiliki masa depan yang lebih baik. Saat ini, rezim Kim Jong-un telah secara brutal memusnahkan harapan sekecil apa pun yang tersisa di masyarakat," paparnya.
Dia mengatakan dirinya terbang keluar Kuba bersama keluarganya tetapi dia tidak menjelaskan lebih lanjut bagaimana dia melakukan pelarian berisiko tinggi tersebut.
“Saya membeli tiket penerbangan dan menelepon istri dan anak saya untuk memberi tahu mereka tentang keputusan saya, enam jam sebelum pembelotan. Saya tidak bilang Korea Selatan, tapi bilang, ayo tinggal di luar negeri,” ujarnya.
Baca Juga
Ri mengatakan dia membuat keputusan akhir untuk melarikan diri ketika permintaannya untuk melakukan perjalanan ke Meksiko untuk perawatan medis ditolak tahun lalu, dan menambahkan bahwa orang tua dan mertuanya yang mungkin menghadapi pembalasan atas pembelotannya telah meninggal dunia.
Warga Korea Utara yang tertangkap mencoba membelot akan menghadapi hukuman berat, termasuk kematian, menurut kelompok hak asasi manusia dan pembelot yang berhasil.
Lebih sedikit pembelot Korea Utara yang tiba di Korea Selatan dalam beberapa tahun terakhir karena ketatnya pembatasan penyeberangan perbatasan ke China dan biaya perantara yang besar, kata kelompok hak asasi manusia dan pakar.
Pada tahun 2023, 196 pembelot Korea Utara datang ke Seoul, turun dari 2.700 pada satu dekade lalu, menurut data pemerintah Korea Selatan.
Sebagian besar pembelot Korea Utara yang baru-baru ini membelot ke Korea Selatan adalah mereka yang sudah lama tinggal di luar negeri, seperti diplomat Ri, kata seorang aktivis hak asasi manusia.
Pembelotan besar terakhir yang diketahui ke Korea Selatan adalah yang dilakukan oleh Tae Yong-ho, mantan wakil duta besar Korea Utara untuk Inggris, pada tahun 2016.
Pembelotan penting lainnya termasuk pelaksana tugas (plt) duta besar untuk Italia, Jo Song-gil, pada tahun 2019 dan plt duta besar untuk Kuwait, Ryu Hyun-woo, pada tahun 2021, yang masing-masing menjabat sebagai sekretaris pertama dan konselor.
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol pada hari Minggu menjanjikan dukungan keuangan yang lebih baik bagi para pembelot Korea Utara dan insentif pajak bagi perusahaan yang mempekerjakan para pembelot tersebut, saat dia menghadiri upacara pengukuhan Hari Pembelot Korea Utara.
Korea Utara tahun lalu menutup beberapa kedutaan dalam upaya untuk “menata ulang kapasitas diplomatiknya secara efisien”, penutupan yang menurut Korea Selatan menunjukkan bahwa Korea Utara sedang berjuang di bawah beban sanksi.
Korea Utara memiliki kedutaan besar di Kuba, meskipun duta besarnya kembali ke negaranya pada bulan Maret.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda