China Dituduh Eksploitasi Etnis Uighur untuk Pengambilan Organ

Selasa, 02 Juli 2024 - 10:32 WIB
Bisnis perdagangan organ yang berkembang pesat lazim berlangsung di China sejak tahun 1990-an atas nama wisata medis. Sungguh mengherankan bahwa waktu tunggu untuk transplantasi organ di China relatif lebih singkat dibandingkan di negara lain di dunia.

Di China, pasien transplantasi organ hanya perlu menunggu hingga dua bulan, sementara di negara-negara maju lainnya seperti AS dan Kanada, waktu tunggunya bisa mencapai dua hingga empat tahun.



Fakta lain yang mengganggu adalah adanya perbedaan besar dalam hal sumber pengambilan organ di China. Menurut laporan Kongres AS di tahun 2005, hingga 95 persen transplantasi organ di China berasal dari narapidana mati, tetapi jumlah transplantasi yang dilakukan tidak pernah sesuai angka tersebut.

Pada 2006, Amnesty International melaporkan 1.770 eksekusi dilakukan di China dan angka tertinggi mendekati 8.000, dengan beberapa kasus ditolak karena penyakit yang umum diderita narapidana.

Namun China tetap mampu memenuhi permintaan organ yang tinggi, mengindikasikan bahwa Beijing selalu bisa mendapat organ dari sumber sekunder.

Memasuki tahun 2016, setiap warga Uighur di Xinjiang diminta menyerahkan pemindaian iris, golongan darah, sidik jari, dan DNA seperti yang diarahkan pejabat China dengan dalih pemeriksaan medis.

Namun, seiring tersebarnya berita tersebut, para aktivis HAM melacak bahwa ini merupakan tindakan pengambilan data untuk memenuhi persyaratan organ dari luar negeri.

Pada 2019, Tribunal Rakyat China dibentuk untuk menyelidiki situasi berdasarkan kesaksian warga, dan terungkap bahwa jalur khusus organ manusia telah disiapkan di bandara Kashgar, Xinjiang, untuk memenuhi permintaan yang tinggi dari luar negeri, dan bahwa warga Uighur adalah kelompok yang menjadi sasaran.

“Organ Halal”

Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More