6 Alasan Israel Tetap Ngotot Rebut Rafah meski Dikecam Banyak Pihak
Rabu, 08 Mei 2024 - 14:15 WIB
Wilayah ini tidak sepenuhnya terhindar dari serangan, namun tentara Israel hingga hari Senin belum mengirimkan pasukan darat untuk menduduki wilayah di sana.
Namun setelah melakukan operasi darat di seluruh Gaza, dan dengan Hamas yang masih beroperasi serta puluhan tawanan Israel yang masih ditahan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memulai serangannya di Rafah.
Teka-teki yang dihadapi Netanyahu adalah dia menjanjikan kemenangan publik Israel melawan Hamas dan sebagian besar warga Yahudi Israel mendukung invasi ke Rafah, menurut survei yang dilakukan pada bulan Maret oleh Institut Demokrasi Israel.
Namun Amerika Serikat (AS), meskipun memberikan dukungan besar kepada Israel selama perang di Gaza, telah menegaskan mereka tidak akan mendukung invasi besar-besaran.
Kabinet perang Israel mungkin berusaha memuaskan opini publik dengan melanjutkan serangan Rafah dan awalnya menolak gencatan senjata, menurut Hugh Lovatt, pakar Israel-Palestina di Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa (ECFR).
“Mungkin terlalu sulit bagi pemerintah Israel untuk menerima proposal yang dianggap (oleh publik Israel) sesuai dengan persyaratan Hamas,” ujar dia kepada Al Jazeera.
“Dengan memasuki Rafah, Israel terlihat mengatakan…kami telah mengambil alih koridor tersebut, kami telah memberantas infrastruktur teroris dan sekarang kami dapat melakukan gencatan senjata,” papar dia.
Karir politik Netanyahu juga bergantung pada kelanjutan perang di Gaza, menurut para analis kepada Al Jazeera.
Mereka menjelaskan gencatan senjata permanen dapat menyebabkan runtuhnya koalisi sayap kanan, sehingga mendorong pemilihan umum dini dan pemecatannya dari kekuasaan.
Namun setelah melakukan operasi darat di seluruh Gaza, dan dengan Hamas yang masih beroperasi serta puluhan tawanan Israel yang masih ditahan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memulai serangannya di Rafah.
Teka-teki yang dihadapi Netanyahu adalah dia menjanjikan kemenangan publik Israel melawan Hamas dan sebagian besar warga Yahudi Israel mendukung invasi ke Rafah, menurut survei yang dilakukan pada bulan Maret oleh Institut Demokrasi Israel.
Namun Amerika Serikat (AS), meskipun memberikan dukungan besar kepada Israel selama perang di Gaza, telah menegaskan mereka tidak akan mendukung invasi besar-besaran.
Kabinet perang Israel mungkin berusaha memuaskan opini publik dengan melanjutkan serangan Rafah dan awalnya menolak gencatan senjata, menurut Hugh Lovatt, pakar Israel-Palestina di Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa (ECFR).
“Mungkin terlalu sulit bagi pemerintah Israel untuk menerima proposal yang dianggap (oleh publik Israel) sesuai dengan persyaratan Hamas,” ujar dia kepada Al Jazeera.
“Dengan memasuki Rafah, Israel terlihat mengatakan…kami telah mengambil alih koridor tersebut, kami telah memberantas infrastruktur teroris dan sekarang kami dapat melakukan gencatan senjata,” papar dia.
5. Netanyahu Ingin Tetap Berkuasa
Karir politik Netanyahu juga bergantung pada kelanjutan perang di Gaza, menurut para analis kepada Al Jazeera.
Mereka menjelaskan gencatan senjata permanen dapat menyebabkan runtuhnya koalisi sayap kanan, sehingga mendorong pemilihan umum dini dan pemecatannya dari kekuasaan.
tulis komentar anda