Warga Palestina Hadapi Suhu Beku Mematikan, Pengungsi Kebanjiran di Pantai Gaza
loading...
A
A
A
JALUR GAZA - Keluarga Palestina yang mengungsi yang tinggal di kamp tenda darurat di sepanjang pantai terpencil di Deir el-Balah, Gaza tengah, mengatakan kepada kantor berita The Associated Press bahwa tidak ada cara untuk tetap hangat saat musim dingin tiba.
Angin dari laut bertiup kencang menembus tempat berlindung dari terpal dan seprai yang robek, disatukan dengan tali dan rangka kayu, sehingga tidak banyak memberikan perlindungan dari dingin.
Muhammad al-Sous, istrinya, dan lima anak mereka tinggal di tenda tepat di pantai, hanya beberapa meter dari ombak, yang, saat ombak tinggi, telah menghanyutkan barang-barang mereka.
“Ibu mereka dan saya menutupi diri kami dengan satu selimut dan kami menutupi mereka (anak-anak) dengan tiga selimut yang kami dapatkan dari tetangga,” ungkap al-Sous kepada AP.
Dia menambahkan anak-anaknya mengumpulkan botol plastik untuk dibakar demi kehangatan di depan tenda mereka.
“Setiap orang tidak memiliki apa pun kecuali apa yang mereka kenakan,” papar dia.
Atta al-Hassoumi, yang juga mengungsi akibat genosida oleh Israel, tinggal di sepanjang pantai bersama delapan anggota keluarga.
“Kami menggigil kedinginan dan karena situasi yang kami hadapi. … Saya tidak dapat bekerja atau melakukan apa pun dalam perang, dan saya tidak dapat melakukan apa pun untuk mereka,” ujar dia.
Jan Egeland, sekretaris jenderal Dewan Pengungsi Norwegia (NRC), mengatakan kematian bayi di Gaza akibat hipotermia adalah bencana “buatan manusia”.
Angin dari laut bertiup kencang menembus tempat berlindung dari terpal dan seprai yang robek, disatukan dengan tali dan rangka kayu, sehingga tidak banyak memberikan perlindungan dari dingin.
Muhammad al-Sous, istrinya, dan lima anak mereka tinggal di tenda tepat di pantai, hanya beberapa meter dari ombak, yang, saat ombak tinggi, telah menghanyutkan barang-barang mereka.
“Ibu mereka dan saya menutupi diri kami dengan satu selimut dan kami menutupi mereka (anak-anak) dengan tiga selimut yang kami dapatkan dari tetangga,” ungkap al-Sous kepada AP.
Dia menambahkan anak-anaknya mengumpulkan botol plastik untuk dibakar demi kehangatan di depan tenda mereka.
“Setiap orang tidak memiliki apa pun kecuali apa yang mereka kenakan,” papar dia.
Atta al-Hassoumi, yang juga mengungsi akibat genosida oleh Israel, tinggal di sepanjang pantai bersama delapan anggota keluarga.
“Kami menggigil kedinginan dan karena situasi yang kami hadapi. … Saya tidak dapat bekerja atau melakukan apa pun dalam perang, dan saya tidak dapat melakukan apa pun untuk mereka,” ujar dia.
Jan Egeland, sekretaris jenderal Dewan Pengungsi Norwegia (NRC), mengatakan kematian bayi di Gaza akibat hipotermia adalah bencana “buatan manusia”.