6 Alasan Israel Tetap Ngotot Rebut Rafah meski Dikecam Banyak Pihak
Rabu, 08 Mei 2024 - 14:15 WIB
Israel berdalih pengeboman Israel di Rafah mempunyai tujuan nyata untuk membubarkan batalion Hamas dan menguasai jalur penyeberangan Gaza-Mesir.
Rezim kolonial Zionis juga menuduh Hamas menggunakan Rafah untuk menyelundupkan senjata ke daerah kantong yang terkepung.
Namun kelompok-kelompok kemanusiaan dengan cepat menunjukkan penutupan penyeberangan akan berdampak buruk bagi lebih dari satu juta warga Palestina yang tinggal di Rafah, yang sebagian besar dari mereka adalah pengungsi.
Serangan di Rafah membahayakan harapan tercapainya kesepakatan antara Israel dan Hamas, yang telah ditengahi oleh Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat selama berhari-hari, dengan William Burns, kepala Badan Intelijen Pusat (CIA), yang sangat terlibat dalam hal ini.
Israel mengatakan persyaratan gencatan senjata Hamas berbeda dari proposal sebelumnya. Namun para analis percaya masalah yang lebih luas adalah Israel tidak bersedia menyetujui gencatan senjata permanen, bahkan setelah Hamas membebaskan tawanan Israel.
“Beberapa hari terakhir telah membuktikan Israel tidak melakukan negosiasi dengan itikad baik. Saat Hamas menyetujui kesepakatan, Israel bersedia meledakkannya dengan memulai serangan mereka di Rafah,” ungkap Omar Rahman, pakar Israel-Palestina di Dewan Urusan Global Timur Tengah, wadah pemikir di Doha, Qatar.
“Tujuannya adalah untuk menghancurkan Gaza secara total,” katanya kepada Al Jazeera.
Rafah telah menjadi tempat perlindungan terakhir bagi warga Palestina yang melarikan diri dari serangan Israel di wilayah utara dan tengah wilayah tersebut.
Rezim kolonial Zionis juga menuduh Hamas menggunakan Rafah untuk menyelundupkan senjata ke daerah kantong yang terkepung.
Namun kelompok-kelompok kemanusiaan dengan cepat menunjukkan penutupan penyeberangan akan berdampak buruk bagi lebih dari satu juta warga Palestina yang tinggal di Rafah, yang sebagian besar dari mereka adalah pengungsi.
3. Israel Berniat Hancurkan Gaza Secara Total
Serangan di Rafah membahayakan harapan tercapainya kesepakatan antara Israel dan Hamas, yang telah ditengahi oleh Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat selama berhari-hari, dengan William Burns, kepala Badan Intelijen Pusat (CIA), yang sangat terlibat dalam hal ini.
Israel mengatakan persyaratan gencatan senjata Hamas berbeda dari proposal sebelumnya. Namun para analis percaya masalah yang lebih luas adalah Israel tidak bersedia menyetujui gencatan senjata permanen, bahkan setelah Hamas membebaskan tawanan Israel.
“Beberapa hari terakhir telah membuktikan Israel tidak melakukan negosiasi dengan itikad baik. Saat Hamas menyetujui kesepakatan, Israel bersedia meledakkannya dengan memulai serangan mereka di Rafah,” ungkap Omar Rahman, pakar Israel-Palestina di Dewan Urusan Global Timur Tengah, wadah pemikir di Doha, Qatar.
“Tujuannya adalah untuk menghancurkan Gaza secara total,” katanya kepada Al Jazeera.
4. Netanyahu Ingin Jual Kemenangan
Rafah telah menjadi tempat perlindungan terakhir bagi warga Palestina yang melarikan diri dari serangan Israel di wilayah utara dan tengah wilayah tersebut.
tulis komentar anda