Terburuk dalam 40 Tahun, Penindasan terhadap Umat Kristen di China Meningkat

Rabu, 17 April 2024 - 09:18 WIB
"Anak-anak Kristen dihukum, diancam, dikucilkan, dan ditegur karena alasan keluarga dan afiliasi agama mereka. Mereka dilarang menerima pendidikan agama dan menghadapi penganiayaan karena mengungkapkan afiliasi agama mereka di sekolah," demikian isi laporan tersebut.

Penganiayaan terhadap umat Kristen semakin meningkat di rezim Xi ketika ia berupaya "menjaga" negara tersebut dari infiltrasi melalui agama dan ideologi ekstremis. "Terjadi berbagai jenis tindakan terhadap umat Kristen, yang berarti semakin intensifnya penindasan terhadap kelompok agama,” kata Eva Pils, seorang profesor hukum di King’s College London.

Terdapat lingkungan anti-Kristen yang tidak bersahabat di China, sehingga membuat umat Kristen tampaknya enggan mengekspresikan kewajiban keagamaan mereka secara bebas, kata David Curry, presiden Global Christian Relief yang berbasis di California.

"Pemerintah telah memperketat kontrol terhadap aktivitas umat Kristiani di luar tempat-tempat yang terdaftar, melarang orang asing menyebarkan konten gereja secara online, dan menindak gereja rumah," ungkapnya.

Peningkatan kekejaman terhadap agama Kristen di China disebut-sebut terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Taktik penindasan yang dilakukan termasuk penghapusan salib di atap gereja, penerapan larangan terhadap kelompok Kristen, perusakan atau penutupan atau penghancuran gereja, serta pelecehan dan pemenjaraan terhadap pendeta dan umat Kristen.

Bahkan, membeli buku secara daring atau menghadiri program keagamaan di dunia maya juga dapat berujung pada tindakan keras terhadap umat Kristen di China.

Kamp Cuci Otak



CCP telah menangkap para pendeta dengan tuduhan palsu berupa penipuan dan takhayul, dan juga menyebut gereja sebagai organisasi ilegal dan tidak terdaftar, kata Bob Fu. "Ratusan atau mungkin ribuan pemimpin gereja rumah telah ditangkap dan didakwa dengan apa yang disebut kejahatan 'penipuan bisnis.' Sederhananya, CCP telah mengkriminalisasi persepuluhan dan persembahan," ungkapnya.

Selain itu, umat Kristen ditahan di "kamp cuci otak" di mana para korban disiksa agar mereka melepaskan keyakinannya. Salah satu tahanan bernama Li Yuese berkata, "Setelah Anda berada di sana selama seminggu, kematian mulai terlihat lebih baik daripada tinggal di sana."

Terdapat komite terpisah dari CCP yang menargetkan anggota gereja dan bekerja untuk "mentransformasi" umat Kristen yang tinggal di China dengan menempatkan mereka di kamp cuci otak.

Li dipenjara selama 10 bulan di ruangan tanpa jendela. "Mereka mengancam, menghina dan mengintimidasi Anda. Anda harus menerima pernyataan yang mereka siapkan untuk Anda," ucapnya.

"Jika Anda menolak, Anda akan dianggap mempunyai sikap buruk dan mereka akan menahan Anda dan terus memukuli Anda," lanjut Li. Bahkan, Alkitab pun dibatasi dan disensor.

"Menjadi seorang Katolik, khususnya, membuat seseorang dicurigai di mata pemerintah Beijing saat ini," kata Steven Mosher, seorang peneliti dari Population Research Institute.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More