Kebobolan Teroris, Ada Apa dengan Badan Intelijen Rusia?
Selasa, 26 Maret 2024 - 13:35 WIB
MOSKOW - Badan keamanan Rusia sangat efektif dalam memberangus lawan-lawan Presiden Vladimir Putin, namun kebobolan oleh para teroris yang membantai 137 orang di gedung konser Balai Kota Crocus, dekat Moskow.
Amuk para teroris berupa penembakan massal dan pembakaran gedung konser pada Jumat malam lalu telah menimbulkan pertanyaan mengenai prioritas, sumber daya, dan pengumpulan intelijen para mata-mata Kremlin.
Dituduh memburu penyabot pro-Ukraina di Rusia, mengawasi aktivis anti-Kremlin, dan mengganggu operasi badan intelijen asing yang bermusuhan, Dinas Keamanan Federal (FSB)—lembaga intelijen penerus KGB era Soviet—sedang sibuk-sibuknya.
Hal ini, kata mantan pejabat intelijen AS dan analis keamanan Barat, membantu menjelaskan mengapa mereka mengabaikan ancaman lain, termasuk yang ditimbulkan oleh kelompok radikal, seperti ISIS-Khorasan atau ISIS-K, yang mengaku bertanggung jawab atas serangan di dekat Moskow.
“Anda tidak bisa melakukan segalanya,” kata Daniel Hoffman, mantan perwira senior operasi CIA yang menjabat sebagai kepala stasiun CIA di Moskow, kepada Reuters, Selasa (26/3/2024).
“Anda meningkatkan tekanan pada penduduk setempat dan terkadang Anda tidak mendapatkan informasi intelijen yang diperlukan mengenai potensi serangan teroris. Di situlah mereka gagal," ujarnya.
“Mungkin saja mereka terlalu berlebihan dalam menangani perang di Ukraina dan menghadapi oposisi politik," paparnya.
FSB mengatakan serangan di gedung konser pada Jumat malam itu direncanakan dengan susah payah dan orang-orang bersenjata menyembunyikan senjata mereka dengan hati-hati.
Amuk para teroris berupa penembakan massal dan pembakaran gedung konser pada Jumat malam lalu telah menimbulkan pertanyaan mengenai prioritas, sumber daya, dan pengumpulan intelijen para mata-mata Kremlin.
Dituduh memburu penyabot pro-Ukraina di Rusia, mengawasi aktivis anti-Kremlin, dan mengganggu operasi badan intelijen asing yang bermusuhan, Dinas Keamanan Federal (FSB)—lembaga intelijen penerus KGB era Soviet—sedang sibuk-sibuknya.
Hal ini, kata mantan pejabat intelijen AS dan analis keamanan Barat, membantu menjelaskan mengapa mereka mengabaikan ancaman lain, termasuk yang ditimbulkan oleh kelompok radikal, seperti ISIS-Khorasan atau ISIS-K, yang mengaku bertanggung jawab atas serangan di dekat Moskow.
“Anda tidak bisa melakukan segalanya,” kata Daniel Hoffman, mantan perwira senior operasi CIA yang menjabat sebagai kepala stasiun CIA di Moskow, kepada Reuters, Selasa (26/3/2024).
“Anda meningkatkan tekanan pada penduduk setempat dan terkadang Anda tidak mendapatkan informasi intelijen yang diperlukan mengenai potensi serangan teroris. Di situlah mereka gagal," ujarnya.
“Mungkin saja mereka terlalu berlebihan dalam menangani perang di Ukraina dan menghadapi oposisi politik," paparnya.
FSB mengatakan serangan di gedung konser pada Jumat malam itu direncanakan dengan susah payah dan orang-orang bersenjata menyembunyikan senjata mereka dengan hati-hati.
tulis komentar anda