5 Alasan Rumah Sakit di China Menutup Layanan Persalinan
Senin, 25 Maret 2024 - 20:40 WIB
Foto/Reuters
Stuart Gietel-Basten, profesor ilmu sosial di Universitas Sains dan Teknologi Hong Kong dan pakar kebijakan kependudukan, mengatakan perubahan demografi China tercermin dalam sektor kesehatan.
"Mengapa kesuburan masih sangat rendah di China adalah masalah yang umum terjadi pada perempuan di seluruh dunia," kata Gietel-Basten kepada Al Jazeera.
“Apa yang perlu kita lakukan adalah menyadari tantangan mendasar dalam memulai kehidupan bagi kaum muda di Tiongkok, dan di banyak belahan dunia lainnya, dalam hal biaya perumahan, pekerjaan yang layak, dan lapangan kerja yang stabil,” katanya.
Menurut Gietel-Basten, perempuan muda di China menghadapi banyak sekali risiko terhadap karier dan kesejahteraan ekonomi mereka karena berkeluarga, belum lagi “beban perawatan yang tidak merata” di rumah karena perempuan harus mengurus anak, orang tua, dan orang tua.
“Kerugian yang harus ditanggung perempuan dalam hal risiko ekonomi, dan juga risiko untuk mendapatkan jenis kehidupan yang mereka inginkan, dan harapkan, sangatlah besar,” katanya.
Foto/Reuters
Jumlah orang yang menikah di China turun dari sekitar 13,5 juta pasangan setiap tahunnya pada tahun 2013 menjadi sekitar 6,8 juta pada tahun 2022.
Data menunjukkan bahwa masyarakat China juga terlambat menikah, angka perceraian meningkat, dan jumlah orang yang memilih untuk tetap melajang semakin meningkat.
Stuart Gietel-Basten, profesor ilmu sosial di Universitas Sains dan Teknologi Hong Kong dan pakar kebijakan kependudukan, mengatakan perubahan demografi China tercermin dalam sektor kesehatan.
"Mengapa kesuburan masih sangat rendah di China adalah masalah yang umum terjadi pada perempuan di seluruh dunia," kata Gietel-Basten kepada Al Jazeera.
“Apa yang perlu kita lakukan adalah menyadari tantangan mendasar dalam memulai kehidupan bagi kaum muda di Tiongkok, dan di banyak belahan dunia lainnya, dalam hal biaya perumahan, pekerjaan yang layak, dan lapangan kerja yang stabil,” katanya.
Menurut Gietel-Basten, perempuan muda di China menghadapi banyak sekali risiko terhadap karier dan kesejahteraan ekonomi mereka karena berkeluarga, belum lagi “beban perawatan yang tidak merata” di rumah karena perempuan harus mengurus anak, orang tua, dan orang tua.
“Kerugian yang harus ditanggung perempuan dalam hal risiko ekonomi, dan juga risiko untuk mendapatkan jenis kehidupan yang mereka inginkan, dan harapkan, sangatlah besar,” katanya.
5. Banyak Orang China Malas Menikah
Foto/Reuters
Jumlah orang yang menikah di China turun dari sekitar 13,5 juta pasangan setiap tahunnya pada tahun 2013 menjadi sekitar 6,8 juta pada tahun 2022.
Data menunjukkan bahwa masyarakat China juga terlambat menikah, angka perceraian meningkat, dan jumlah orang yang memilih untuk tetap melajang semakin meningkat.
tulis komentar anda