Berjalan Satu Dekade, Proyek CPEC China Pakistan Diwarnai Beragam Masalah
Senin, 06 November 2023 - 15:12 WIB
Ketika pemerintahan Pakistan sebelumnya di bawah Imran Khan berusaha mengevaluasi CPEC, Angkatan Darat Pakistan menolak segala upaya untuk menegosiasikan ulang perjanjian tersebut dengan China.
Klaim penciptaan lapangan kerja lebih dari dua juta orang melalui proyek CPEC sebenarnya telah menciptakan lapangan kerja bagi sekitar 1.55.000 warga Pakistan. Tak satu pun dari proyek energi yang direncanakan selesai pada tahap pertama, dapat beroperasi; misalnya Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air Suki Kinari, proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air Karot, Thar Coal Block-II dan ThalNova Coal memerlukan perpanjangan.
Setelah adanya dorongan awal berupa pembangunan beberapa pembangkit listrik dan proyek infrastruktur lainnya, momentumnya telah melambat secara signifikan. Pakistan masih memiliki tarif listrik tertinggi di antara negara-negara di kawasan.
Juli tahun ini, ketika Wakil Perdana Menteri China He Lifeng mengunjungi Pakistan untuk memperingati sepuluh tahun CPEC, keengganan Tiongkok melakukan kerja sama lebih lanjut dalam proyek-proyek yang berkaitan dengan energi, perubahan iklim, jalur transmisi listrik, dan pariwisata kembali ditegaskan. Hal ini menimbulkan beberapa dugaan bahwa Beijing mungkin menganggap komitmennya di Pakistan lebih merepotkan daripada manfaatnya.
Ada ketidaksabaran yang jelas di pihak Beijing, bahwa Islamabad menyelesaikan perselisihan internal mengenai CPEC dan menciptakan kondisi keamanan yang lebih menguntungkan agar proyek tersebut dapat dilanjutkan.
Otoritas CPEC dibentuk pada 2019 untuk memastikan investasi tidak terganggu, namun kenyataannya "tidak ada satu dolar pun yang diinvestasikan" melalui mekanisme tersebut. Berkenaan dengan teknologi tinggi, terdapat pengecualian bagi warga Pakistan pada tingkat desain dan teknik dari proyek-proyek besar CPEC yang dilaksanakan di wilayah Pakistan.
Pejabat China dan Pakistan sering menyebut CPEC sebagai pengubah permainan yang 'berkembang dengan baik,' namun dalam beberapa kesempatan, para pejabat dalam sejumlah diskusi pribadi menunjukkan adanya masalah dalam pelaksanaan proyek senilai USD62 miliar dolar tersebut.
Terdapat ketidakjelasan mengenai status proyek CPEC dengan beragam masalah transparansi, seperti dalam hal privatisasi energi, perluasan pembangkit listrik tenaga batu bara, dan masalah pembayaran.
Klaim penciptaan lapangan kerja lebih dari dua juta orang melalui proyek CPEC sebenarnya telah menciptakan lapangan kerja bagi sekitar 1.55.000 warga Pakistan. Tak satu pun dari proyek energi yang direncanakan selesai pada tahap pertama, dapat beroperasi; misalnya Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air Suki Kinari, proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air Karot, Thar Coal Block-II dan ThalNova Coal memerlukan perpanjangan.
Setelah adanya dorongan awal berupa pembangunan beberapa pembangkit listrik dan proyek infrastruktur lainnya, momentumnya telah melambat secara signifikan. Pakistan masih memiliki tarif listrik tertinggi di antara negara-negara di kawasan.
Juli tahun ini, ketika Wakil Perdana Menteri China He Lifeng mengunjungi Pakistan untuk memperingati sepuluh tahun CPEC, keengganan Tiongkok melakukan kerja sama lebih lanjut dalam proyek-proyek yang berkaitan dengan energi, perubahan iklim, jalur transmisi listrik, dan pariwisata kembali ditegaskan. Hal ini menimbulkan beberapa dugaan bahwa Beijing mungkin menganggap komitmennya di Pakistan lebih merepotkan daripada manfaatnya.
Ada ketidaksabaran yang jelas di pihak Beijing, bahwa Islamabad menyelesaikan perselisihan internal mengenai CPEC dan menciptakan kondisi keamanan yang lebih menguntungkan agar proyek tersebut dapat dilanjutkan.
Otoritas CPEC dibentuk pada 2019 untuk memastikan investasi tidak terganggu, namun kenyataannya "tidak ada satu dolar pun yang diinvestasikan" melalui mekanisme tersebut. Berkenaan dengan teknologi tinggi, terdapat pengecualian bagi warga Pakistan pada tingkat desain dan teknik dari proyek-proyek besar CPEC yang dilaksanakan di wilayah Pakistan.
Pejabat China dan Pakistan sering menyebut CPEC sebagai pengubah permainan yang 'berkembang dengan baik,' namun dalam beberapa kesempatan, para pejabat dalam sejumlah diskusi pribadi menunjukkan adanya masalah dalam pelaksanaan proyek senilai USD62 miliar dolar tersebut.
Terdapat ketidakjelasan mengenai status proyek CPEC dengan beragam masalah transparansi, seperti dalam hal privatisasi energi, perluasan pembangkit listrik tenaga batu bara, dan masalah pembayaran.
(mas)
tulis komentar anda