Pengakuan Tentara Turki soal Kejanggalan Kudeta terhadap Erdogan
Selasa, 21 Juli 2020 - 22:59 WIB
Mereka kemudian diberangkatkan ke berbagai lokasi. Sebanyak 40 personel di antaranya dikirim ke istana Presiden Recep Tayyip Erdogan dan ditugaskan untuk melindunginya.
"Para prajurit itu ditempatkan di pangkalan Komando Gendarmerie, di seberang istana, yang kemudian belakangan malah dituduh berusaha membunuh presiden," kata Gundogdu.
Disebutkannya, di antara 36 orang yang terbunuh malam itu adalah teman-teman Gundogdu; Abdulkadir Karaagac dan Ramazan Erdogan . "Mereka mati karena percaya mereka mempertahankan istana presiden," kata Gundogdu.
Pemerintah juga menolak memberikan informasi tentang keberadaan jenazah Karaagac kepada keluarganya. Setelah 15 hari, mereka menemukannya di tenda sebuah kampus unit forensik. "Mereka memanggilnya pengkhianat, meskipun dia adalah salah satu orang terbaik yang saya kenal dalam hidup saya," kata Gundogdu. (Baca: Erdogan Jadikan Hagia Sophia Masjid demi Popularitas Dinilai Tak Akan Berhasil )
Dikatakannya, keluarga Karaagac tidak mendapat izin untuk menguburkan putra mereka di pemakaman lokal, sehingga terpaksa menguburkannya di sebuah perbukitan, di kuburan yang tidak ditandai.
Dalam kejadian lain, lanjut dia, seorang kadet berusia 21 tahun bernama Murat Tekin dipukuli hingga tewas oleh massa sipil yang marah di Istanbul setelah warga sipil keluar untuk membela pemerintah.
Gundogdu sendiri yang malam itu ditugaskan oleh komandannya untuk mengamankan pos Komando Akademi Penjaga Gendarmerie yang menampung sejumlah besar senjata, termasuk tank dan helikopter mengatakan dia dan teman-temannya baru mengetahui adanya upaya kudeta militer terhadap pemerintah Erdogan ketika Perdana Menteri Binali Yildirim membuat pengumuman di televisi sekitar pukul 23.00 waktu setempat.
“Kami tidak diizinkan keluar dari pangkalan. Saya pikir komandan kami anti-kudeta," katanya. (Baca: Turki-Mesir di Ambang Perang di Libya, Ini Perbandingan Militernya )
Sekitar pukul 01.00 dini hari, setelah tidak ada apa pun yang terjadi di pangkalan, para prajurit kembali ke asrama mereka. Gundogdu mengatakan dia tidur selama beberapa jam sebelum terbangun oleh suara tembakan sekitar pukul 06.00 pagi.
"Kolonel Veli Tyre dan sepuluh orangnya mengancam akan menembak siapa pun yang mencoba meninggalkan pangkalan," kenang dia.
"Para prajurit itu ditempatkan di pangkalan Komando Gendarmerie, di seberang istana, yang kemudian belakangan malah dituduh berusaha membunuh presiden," kata Gundogdu.
Disebutkannya, di antara 36 orang yang terbunuh malam itu adalah teman-teman Gundogdu; Abdulkadir Karaagac dan Ramazan Erdogan . "Mereka mati karena percaya mereka mempertahankan istana presiden," kata Gundogdu.
Pemerintah juga menolak memberikan informasi tentang keberadaan jenazah Karaagac kepada keluarganya. Setelah 15 hari, mereka menemukannya di tenda sebuah kampus unit forensik. "Mereka memanggilnya pengkhianat, meskipun dia adalah salah satu orang terbaik yang saya kenal dalam hidup saya," kata Gundogdu. (Baca: Erdogan Jadikan Hagia Sophia Masjid demi Popularitas Dinilai Tak Akan Berhasil )
Dikatakannya, keluarga Karaagac tidak mendapat izin untuk menguburkan putra mereka di pemakaman lokal, sehingga terpaksa menguburkannya di sebuah perbukitan, di kuburan yang tidak ditandai.
Dalam kejadian lain, lanjut dia, seorang kadet berusia 21 tahun bernama Murat Tekin dipukuli hingga tewas oleh massa sipil yang marah di Istanbul setelah warga sipil keluar untuk membela pemerintah.
Gundogdu sendiri yang malam itu ditugaskan oleh komandannya untuk mengamankan pos Komando Akademi Penjaga Gendarmerie yang menampung sejumlah besar senjata, termasuk tank dan helikopter mengatakan dia dan teman-temannya baru mengetahui adanya upaya kudeta militer terhadap pemerintah Erdogan ketika Perdana Menteri Binali Yildirim membuat pengumuman di televisi sekitar pukul 23.00 waktu setempat.
“Kami tidak diizinkan keluar dari pangkalan. Saya pikir komandan kami anti-kudeta," katanya. (Baca: Turki-Mesir di Ambang Perang di Libya, Ini Perbandingan Militernya )
Sekitar pukul 01.00 dini hari, setelah tidak ada apa pun yang terjadi di pangkalan, para prajurit kembali ke asrama mereka. Gundogdu mengatakan dia tidur selama beberapa jam sebelum terbangun oleh suara tembakan sekitar pukul 06.00 pagi.
"Kolonel Veli Tyre dan sepuluh orangnya mengancam akan menembak siapa pun yang mencoba meninggalkan pangkalan," kenang dia.
tulis komentar anda