Pengakuan Tentara Turki soal Kejanggalan Kudeta terhadap Erdogan
Selasa, 21 Juli 2020 - 22:59 WIB
Kemudian muncullah komandannya; Muhlis Kocak, yang pada malam hari sebelumnya tidak ada. Dia tiba-tiba menampakkan diri seraya mengarahkan senjatanya kepada para prajurit. Ketika tidak ada seorang pun yang bereaksi, komandannya lantas meletakkan senjatanya, duduk bersama para prajuritnya dan memberitahu mereka bahwa sekelompok tentara telah mencoba melakukan kudeta. (Simak Infografis: Sejarah Panjang Hagia Sophia )
Gundogdu bersikeras mengatakan bahwa dia dan teman-temannya tidak terlibat kegiatan itu. "Namun kami tetap ditahan," katanya.
“Kami berjumlah 300 orang, bersenjata lengkap, ditahan oleh 10 orang hanya dengan pistol, tetapi kami tidak melakukan apa-apa. Kami mengikuti instruksi," katanya.
Karena tidak ada borgol yang cukup untuk 300 tentara, Gundogdu mengatakan mereka membantu dengan mengikat tangan satu sama lain menggunakan tali sepatu bot mereka sendiri. "Kami diyakinkan bahwa semuanya akan dibersihkan namanya di kantor polisi dan bahwa akan segera dibebaskan,” ujarnya.
Namun yang terjadi, menurutnya, malah sebaliknya. Mereka dipindahkan ke sebuah kandang kuda di Ankara, di mana mereka dipaksa membuka baju dan berlutut. (Simak Infografis: Menakjubkan, Kekuatan Militer Indonesia di Atas Militer Israel )
Gundogdu melaporkan bahwa semua orang dipukuli dan disiksa. Mereka juga difoto. ”Pergelangan tangan saya memar karena borgol yang kencang. Kami harus pergi ke kamar mandi, diborgol, makan dengan kondisi terborgol,” katanya. Dia juga mengatakan tangannya berubah ungu karena kurangnya sirkulasi.
Ketika mereka mengeluh, salah satu petugas polisi mengatakan kepada mereka, "Kamu pengkhianat, bersyukurlah kamu masih hidup."
Setelah dua hari di sebuah kandang kuda, mereka dikirim ke kompleks olahraga lain selama empat hari lagi sebelum dipenjara selama sembilan bulan dalam penahanan praperadilan.
Pada 2018, Gundogdu mencoba melarikan diri dari Turki , namun gagal dan harus mendekam 13 bulan lagi di balik jeruji besi. (Baca: BIN di Bawah Presiden, Pengamat: Produk Intelijen Rahasia dan Strategis )
"Mereka tidak hanya memecat saya dari jabatan saya dan memenjarakan saya, tetapi juga mendiskriminasi saya di masyarakat. Mereka mencegah saya memiliki pekerjaan lain. Kerabat saya memutuskan hubungan. Tetangga kami secara verbal melecehkan keluarga saya dan saya sendiri, menyebut kami pengkhianat," ujarnya.
Gundogdu bersikeras mengatakan bahwa dia dan teman-temannya tidak terlibat kegiatan itu. "Namun kami tetap ditahan," katanya.
“Kami berjumlah 300 orang, bersenjata lengkap, ditahan oleh 10 orang hanya dengan pistol, tetapi kami tidak melakukan apa-apa. Kami mengikuti instruksi," katanya.
Karena tidak ada borgol yang cukup untuk 300 tentara, Gundogdu mengatakan mereka membantu dengan mengikat tangan satu sama lain menggunakan tali sepatu bot mereka sendiri. "Kami diyakinkan bahwa semuanya akan dibersihkan namanya di kantor polisi dan bahwa akan segera dibebaskan,” ujarnya.
Namun yang terjadi, menurutnya, malah sebaliknya. Mereka dipindahkan ke sebuah kandang kuda di Ankara, di mana mereka dipaksa membuka baju dan berlutut. (Simak Infografis: Menakjubkan, Kekuatan Militer Indonesia di Atas Militer Israel )
Gundogdu melaporkan bahwa semua orang dipukuli dan disiksa. Mereka juga difoto. ”Pergelangan tangan saya memar karena borgol yang kencang. Kami harus pergi ke kamar mandi, diborgol, makan dengan kondisi terborgol,” katanya. Dia juga mengatakan tangannya berubah ungu karena kurangnya sirkulasi.
Ketika mereka mengeluh, salah satu petugas polisi mengatakan kepada mereka, "Kamu pengkhianat, bersyukurlah kamu masih hidup."
Setelah dua hari di sebuah kandang kuda, mereka dikirim ke kompleks olahraga lain selama empat hari lagi sebelum dipenjara selama sembilan bulan dalam penahanan praperadilan.
Pada 2018, Gundogdu mencoba melarikan diri dari Turki , namun gagal dan harus mendekam 13 bulan lagi di balik jeruji besi. (Baca: BIN di Bawah Presiden, Pengamat: Produk Intelijen Rahasia dan Strategis )
"Mereka tidak hanya memecat saya dari jabatan saya dan memenjarakan saya, tetapi juga mendiskriminasi saya di masyarakat. Mereka mencegah saya memiliki pekerjaan lain. Kerabat saya memutuskan hubungan. Tetangga kami secara verbal melecehkan keluarga saya dan saya sendiri, menyebut kami pengkhianat," ujarnya.
tulis komentar anda