Erdogan Jadikan Hagia Sophia Masjid demi Popularitas Dinilai Tak Akan Berhasil

Senin, 13 Juli 2020 - 16:19 WIB
loading...
Erdogan Jadikan Hagia Sophia Masjid demi Popularitas Dinilai Tak Akan Berhasil
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan para pejabatnya saat menggelar sebuah acara di Hagia Sophia. Foto/REUTERS
A A A
ISTANBUL - Langkah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengubah status Hagia Sophia dari museum menjadi masjid terus menuai kritik dari banyak pihak, terutama dari kalangan gereja dan negara-negara Barat. Para analis menilai motif pengubahan status ini bangunan kuno ini demi mendongkrak popularitas presiden dan partainya tidak akan akan berhasil.

Sekadar diketahui, popularitas Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang dipimpin Erdogan terus menurun dalam jajak pendapat terakhir.

Surat kabar Jerman, Die Welt, menulis untuk mengubah Hagia Sophia menjadi masjid butuh tanda tangan Presiden Erdogan dari AKP. Status museum berusia 15 abad ini dicabut setelah Dewan Administratif Tertinggi, sebuah pengadilan administrasi utama Turki, membatalkan keputusan pemerintah tahun 1934.

Media Jerman tersebut, mengutip para analis, mengatakan narasi besar seperti demokrasi, kebebasan dan kemakmuran yang telah berkontribusi pada kesuksesan AKP selama bertahun-tahun telah runtuh dengan gemuruh yang hebat. Melalui keputusannya, Erdogan berusaha memperluas basis Islam dan nasionalisnya serta berupaya memecah belah oposisi di dalam negeri ketika dukungannya merosot.

"Keputusan ini dimaksudkan menambah poin dukungan dari konstituen yang fanatik dan nasionalis Erdogan," kata Anthony Skinner dari lembaga Verisk Maplecroft, seperti dilansir The Arab Weekly, Senin (13/7/2020).

”Hagia Sophia bisa dibilang adalah simbol paling mencolok dari masa Kekhalifahan Utsmaniyah—salah satu yang bisa dimanfaatkan Erdogan untuk memperkuat cengkeramannya di basis pendukung seraya tetap membungkam kritik domestik dan asing,” ujarnya. (Baca: Paus Fransiskus Sangat Sedih Hagia Sophia Jadi Masjid Lagi )

Putusan pengadilan Turki yang mencabut status Hagia Sophia sebagai museum pada hari Jumat pekan lalu, muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Turki dan Uni Eropa atas strategi pengeboran minyak kontroversial Ankara di Mediterania Timur dan keterlibatannya dalam konflik Libya.

“Mengubah status Hagia Sophia akan menjauhkan posisi Turki dari sekutu Barat-nya, memengaruhi hubungan Yunani-Turki dan kemungkinan menghambat hubungan Rusia-Turki,” kata Jean Marcou, peneliti di Institut Prancis untuk Studi Anatolia.

"Secara simbolis, keputusan seperti itu akan muncul sebagai titik kulminasi bagi Turki yang secara sistematis melakukan serangan di semua teater konflik regional; Suriah, Irak, Libya dan Mediterania Timur," katanya.

”Erdogan ingin menggunakan konversi Hagia Sophia menjadi masjid untuk menggalang basis sayap kanannya," kata Cagaptay, penulis buku "Erdogan Empire”. "Tapi saya tidak berpikir strategi ini akan berhasil. Saya pikir bahwa pertumbuhan ekonomi yang rendah, tidak akan mengembalikan popularitas Erdogan.”
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1439 seconds (0.1#10.140)