Turki-Mesir di Ambang Perang di Libya, Ini Perbandingan Militernya

Selasa, 21 Juli 2020 - 22:04 WIB
Milisi sekutu pasukan pemerintah Libya yang diakui PBB saat terlibat pertempuran di Sirte. Foto/REUTERS/Goran Tomasevic/File Photo
KAIRO - Parlemen Mesir pada hari Senin memberi izin pengerahan pasukanke Libya . Langkah Parlemen ini dapat meningkatkan perang spiral di Libya setelah Presiden Abdel Fattah el-Sissi mengancam aksi militer terhadap pasukan yang didukung Turki di negara kaya minyak itu.

Pengerahan pasukan itu juga akan menyeret Mesir ke ambang perang dengan Turki , di mana kedua negara mendukung pihak yang saling berseteru di Libya .

Presiden el-Sissi telah menyebut kota pantai strategis Sirte sebagai "garis merah" dan memperingatkan bahwa setiap serangan terhadap kota itu, yang berada di dekat terminal dan ladang ekspor minyak utama Libya, akan mendorong Mesir untuk campur tangan guna melindungi wilayah perbatasan baratnya. (Baca: Parlemen Mesir Gelar Pemungutan Suara Soal Pengerahan Tentara ke Libya )

Pasukan yang didukung Turki, yakni pasukan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui PBB dan berbasis di Tripoli telah dimobilisasi di tepi Sirte dan telah berjanji untuk merebut kembali kota di Mediterania itu, bersama dengan pangkalan udara Jufra, dari pasukan rival yang dikomandoi oleh Khalifa Haftar dan berbasis di Libya Timur.

Setelah sesi tertutup di Kairo, Parlemen atau Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Mesir , yang jumlah kursinya dikuasai para pendukung el-Sissi, menyetujui rencana untuk mengirim pasukan ke luar Mesir. Dalihnya, "untuk membela keamanan nasional Mesir di wilayah barat yang strategis melawan aksi milisi kriminal bersenjata dan teroris asing."



Jumlah dan sifat penyebaran pasukan militer Mesir belum jelas. (Baca juga: Erdogan Tuding Aksi Mesir dan Uni Emirat Arab di Libya Ilegal )

Turki sendiri dilaporkan sudah mengerahkan pasukan ke Libya . Menurut laporan Pentagon atau Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) ada sekitar 3.800 petempur yang dikerahkan pemerintah Presiden Recep Tayyip Erdogan ke Libya.

Baik Turki maupun Mesir sama-sama bersikeras membela kepentingannya di Libya sehingga potensi konflik kedua pihak bisa pecah setiap saat. Jika kedua negara ini terperosok ke dalam perang, berikut perbandingan kekuatan militer kedua negara yang dikutip SINDOnews.com dari Global Fire Power:

Indeks Kekuatan

Ranking Kekuatan Militer


Mesir: Ranking 9 dari 138 negara

Turki: Ranking 11 dari 138 negara

Populasi

Mesir: 99.413.317 jiwa

Turki: 81.257.239 jiwa

Tentara Aktif

Mesir: 440.000 personel

Turki: 355.000

Tentara Cadangan

Mesir: 480.000 personel

Turki: 380.000 personel

Anggaran Pertahanan

Mesir: USD11.200.000.000

Turki: USD19.000.000.000

Daya Beli

Mesir: USD1.252.000.000.000

Turki: USD2.300.000.000.000

Kekuatan Udara

Total Pesawat

Mesir: 1.054 unit

Turki: 1.055 unit

Pesawat Tempur

Mesir: 215 unit

Turki: 206 unit

Pesawat Serangan Khusus (Dedicated Attack)

Mesir: 88 unit

Turki: 0 unit

Pesawat Angkut

Mesir: 59 unit

Turki: 80 unit

Pesawat Latih

Mesir: 387 unit

Turki: 276 unit

Pesawat Misi Khusus (Special-Mission)

Mesir: 11 unit

Turki: 18 unit

Helikopter

Mesir: 294 unit

Turki: 497 unit

Helikopter Serang

Mesir: 81 unit

Turki: 100 unit

Kekuatan Darat

Tank Tempur

Mesir: 4.295 unit

Turki: 2.622 unit

Kendaraan Lapis Baja

Mesir: 11.700 unit

Turki: 8.777 unit

Artileri yang Digerakkan Sendiri (Self-Propelled Artillery)

Mesir: 1.139 unit

Turki: 1.278 unit

Artileri Lapangan (Field Artillery)

Mesir: 2.189 unit

Turki: 1.260 unit

Proyektor Roket

Mesir: 1.084 unit

Turki: 438 unit

Kekuatan Laut



Kekuatan Armada


Mesir: 316

Turki: 149

Kapal Induk

Mesir: 2 unit

Turki: 0 unit

Kapal Selam

Mesir: 8 unit

Turki: 12 unit

Kapal Perusak (Destroyer)

Mesir: 0 unit

Turki: 0 unit

Frigate

Mesir: 7 unit

Turki: 16 unit

Korvet

Mesir: 7 unit

Turki: 10 unit

Kapal Patroli Pantai

Mesir: 45 unit

Turki: 35 unit

Kapal Perang Ranjau (Mine Warfare)

Mesir: 31 unit

Turki: 11 unit

Logistik

Bandara

Mesir: 83

Turki: 98

Armada Niaga

Mesir: 389

Turki: 1.277

Pelabuhan dan Terminal

Mesir: 11

Turki: 10

Libya jatuh ke dalam kekacauan ketika pemberontakan yang didukung NATO pada 2011 menggulingkan diktator lama Moammar Gadhafi, yang kemudian terbunuh.

Ditarik oleh sikap anti-Islamis Haftar, Mesir, Uni Emirat Arab dan kekuatan asing lainnya telah memberikan pasukannya bantuan militer yang kritis terhadap milisi barat. Rusia juga muncul sebagai pendukung utama Haftar dengan mengirimkan ratusan tentara bayaran melalui Wagner Group, sebuah perusahaan militer swasta.

Turki, rival sengit Mesir dalam perjuangan regional yang lebih luas atas Islam politik, adalah pelindung utama pasukan Tripoli, yang juga didukung oleh negara Teluk yang kaya; Qatar.

"Mesir tidak akan membiarkan upaya untuk mendukung saudari Libya...untuk mengatasi krisis yang kritis saat ini," kata Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan Dewan Pertahanan Nasional pada hari Minggu yang diketuai oleh el-Sissi.

Mesir telah berada di bawah tekanan untuk bertindak sejak keruntuhan kampanye Hafter selama 14 bulan musim semi ini untuk menggulingkan pemerintah yang didukung PBB dengan basis di Ibu Kota Libya, Tripoli. Pasukan Tripoli mengusir tentara pro-Hafter dari pinggiran ibu kota, yang mencakup beberapa kota barat dan pangkalan udara utama.

Rentetan kemenangan memicu kekhawatiran yang intens di Mesir, yang melihat kehadiran Turki di perbatasan barat yang keropos sebagai ancaman. Hubungan antara kedua negara terus memburuk sejak 2013, ketika el-Sissi memimpin militer menggulingkan Mohamed Morsi, seorang pemimpin Islam yang terpilih dalam pemilu yang demokratis dan menikmati dukungan Turki.

Harian Al-Ahram milik pemerintah Mesir melaporkan pada hari Minggu bahwa pemungutan suara di Parlemen dimaksudkan untuk mengamanatkan el-Sissi untuk "campur tangan secara militer di Libya guna membantu mempertahankan tetangga barat melawan agresi Turki."

Parlemen yang berbasis di timur Libya, satu-satunya badan terpilih di negara itu, mendesak Mesir untuk mengirim pasukan. Pekan lalu, el-Sissi menjamu lusinan pemimpin suku yang setia kepada Hafter di Kairo, tempat ia mengulangi pernyataan bahwa Mesir "tidak akan berdiam diri di hadapan gerakan yang menimbulkan ancaman langsung terhadap keamanan."

Tetapi el-Sissi juga telah mendorong keras dalam beberapa pekan terakhir untuk gencatan senjata dan penyelesaian politik. Militer Mesir , yang selama bertahun-tahun menjauhkan diri dari petualangan di luar negeri dan fokus pada memerangi gerilyawan Islam di Semenanjung Sinai, kemungkinan akan terlibat secara mendalam dalam konflik Libya yang kacau.

"Kemungkinan berbeda dari konflik langsung antara Mesir dan Turki; anggota NATO, menghadirkan sakit kepala baru bagi Washington," kata Jalel Harchaoui, seorang peneliti yang berspesialisasi dalam urusan Libya di Clingendael Institute, sebuah lembaga pemikir independen di Belanda, seperti dikutip ABC News, Selasa (21/7/2020).

AS telah mengirim sinyal beragam ke pihak lawan selama perang. "Meskipun semakin khawatir tentang pengaruh Moskow yang berkembang di Libya, Washington tidak ingin mengartikulasikan kebijakan Libya yang nyata dan koheren," kata Harchaoui, yang menambahkan bahwa AS meninggalkan kekosongan yang memungkinkan Rusia dan Turki menjadi pemain utama.

Dalam seruan Senin dengan Presiden AS Donald Trump menjelang pemungutan suara di Parlemen, el-Sissi mengatakan tujuan Mesir adalah untuk mencegah kemunduran keamanan lebih lanjut di Libya. Hal itu disampaikan juru bicara kepresidenan Mesir dalam sebuah pernyataan. Menurut kantor kepresidenan Mesir, kedua pemimpin sepakat untuk mempertahankan gencatan senjata dan menghindari eskalasi militer di Libya.

Stephanie Williams, penjabat kepala misi dukungan AS di Libya, pada hari Senin juga mendorong pihak yang bertikai dan pendukung asing mereka untuk mundur dari jurang konflik."Untuk menyelamatkan 125.000 warga sipil yang tetap berada dalam bahaya," katanya.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(min)
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More