Zelensky Menolak Bicara dengan Putin, Menyebutnya Teroris
Senin, 01 Mei 2023 - 09:09 WIB
KIEV - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menolak untuk berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin guna menemukan solusi praktis yang akan mengakhiri perang. Menurutnya, pemimpin Kremlin itu seorang pembohong dan teroris.
Zelensky menyampaikan sikapnya ketika seorang jurnalis Norwegia mengingatkannya bahwa Moskow telah berusaha mengambil jalur diplomatik hingga 24 Februari 2022 atau sebelum Rusia menginvasi Ukraina dengan klaim melakukan operasi militer khusus.
Sebagai tanggapan, Zelensky mengatakan bahwa ketika dia menjadi presiden, dia telah mencoba untuk membangun dialog dan menemukan solusi praktis untuk situasi konflik beku—perang tingkat rendah antara Rusia dan Ukraina yang telah membara sejak Rusia menganeksasi Crimea pada tahun 2014. Versi Moskow, Crimea bukan dianeksasi tapi memilih bergabung dengan Rusia melalui referendum.
“Saya ingin agar kita menghormati tatanan (internasional), untuk menghormati Piagam PBB. Saya ingin mereka meninggalkan wilayah kami. Saya ingin menyelesaikan ini secara eksklusif dengan cara diplomatik,” kata Zelensky.
Namun, dia menambahkan bahwa semua upaya, panggilan, dan upaya untuk memulai kembali negosiasi Minsk, dan ratusan pertemuan selama hampir dua tahun tidak menghasilkan apa-apa."Karena Rusia tidak ingin menyelesaikan apa pun," ujarnya.
“Itu seperti gurun: Anda tidak didengar, tidak ada yang diinginkan,” kata Zelensky, seperti dikutip dari The New Voice of Ukraine, Senin (1/5/2023).
“Anda terjebak dalam dialog yang tidak ada hasilnya ini, karena (mereka tidak) menginginkan hasil apapun. Konflik beku cocok untuk mereka karena mereka sedang memikirkan cara mendapatkan kembali pengaruh Soviet mereka," paparnya.
“Jika Anda ingin menyelesaikan sesuatu, jika Anda bukan agresor—harus ada percakapan diplomatik. Dan tidak ada. Kami memiliki kesempatan kami.”
Dia melanjutkan, di beberapa titik, Moskow mulai diam dan berhenti menghubungi Ukraina. Namun, belakangan Rusia mulai mengajukan syaratnya melalui negara ketiga.
“Dengan mengirimkan seseorang kepada kami, mereka sendiri tidak menghubungi. Dan mereka baru mulai membuat ancaman, itu saja. Jadi siapa mereka?” kata Zelensky.
Presiden Ukraina itu mengatakan dia percaya bahwa sekarang tidak mungkin untuk berbicara dengan Putin.
“Tidak mungkin berbicara hari ini dengan orang ini, Presiden Putin,” katanya.
“Bagi kami, untuk semua orang, dia adalah seorang teroris. Setelah dia memberi tahu seluruh dunia bahwa dia tidak akan merebut wilayah, tidak akan pernah ada perang skala penuh, bahwa itu tidak dapat terjadi—dia memulai segalanya. Dan dalam bentuk yang brutal," imbuh dia.
Zelensky menyebut Putin sebagai "pelancong di dunia dengan nama-nama berdarah", sebagaimana dia menyebut perang agresinya melawan Ukraina sebagai "operasi militer khusus".
“Dia muncul dengan nama untuk membenarkan tindakannya,” kata Zelensky.
“Tidak ada pembenaran lagi untuk orang ini. Hari ini dia adalah seorang teroris yang juga tidak menepati janjinya. Bagaimana kita bisa membicarakan sesuatu?”
Sebelumnya, pada Oktober 2022, Zelensky mengatakan bahwa setelah Rusia melakukan referendum palsu untuk membenarkan aneksasi ilegal wilayah Ukraina di bawah pendudukan militer Rusia, dia tidak akan lagi mempertimbangkan untuk bernegosiasi dengan diktator Rusia.
Rusia pada akhir September mengeklaim telah mencaplok empat wilayah Ukraina—oblast Luhansk, Donetsk, Zaporizhzhia, dan Kherson—meskipun tidak sepenuhnya mengendalikan salah satu dari mereka.
Rusia sebelumnya telah membatalkan rencana untuk mengadakan referendum di Oblast Kharkiv setelah sebagian besar dibebaskan oleh pasukan Ukraina dalam serangan balasan kilat pada awal September.
Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan tuntutan tidak realistis Ukraina telah menghalangi negosiasi perdamaian. Pernyataan itu dilontarkan untuk menjawab pertanyaan tentang panggilan telepon antara Zelensky dan Presiden China Xi Jinping.
Zelensky dan Xi Jinping telah melakukan pembicaraan untuk pertama kalinya sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022.
Zakharova memuji Beijing atas upayanya untuk membantu memulai kembali negosiasi yang berarti. “Masalahnya bukan terletak pada kurangnya rencana yang baik,” kata Zakharova.
"Rezim Kiev sejauh ini belum menerima inisiatif yang masuk akal yang ditujukan untuk penyelesaian politik dan diplomatik dari krisis Ukraina. Kesepakatan sesekali untuk mengadakan negosiasi dikaitkan dengan ultimatum dengan tuntutan yang jelas tidak realistis," ujarnya.
Zakharova dengan tegas menyalahkan Kiev atas gagalnya negosiasi musim semi lalu ketika tim Rusia dan Ukraina mengadakan beberapa putaran pertemuan.
Kiev telah berulang kali mengatakan bahwa negosiasi dapat dilanjutkan hanya setelah Moskow menyerahkan wilayah Ukraina yang baru saja digabungkan dengan wilayah Rusia.
Moskow menyebut tuntutan seperti itu tidak dapat diterima.
Lihat Juga: Misteri Rudal Hipersonik Oreshnik Rusia Gempur Ukraina, Dikira Rudal Balistik Antarbenua
Zelensky menyampaikan sikapnya ketika seorang jurnalis Norwegia mengingatkannya bahwa Moskow telah berusaha mengambil jalur diplomatik hingga 24 Februari 2022 atau sebelum Rusia menginvasi Ukraina dengan klaim melakukan operasi militer khusus.
Sebagai tanggapan, Zelensky mengatakan bahwa ketika dia menjadi presiden, dia telah mencoba untuk membangun dialog dan menemukan solusi praktis untuk situasi konflik beku—perang tingkat rendah antara Rusia dan Ukraina yang telah membara sejak Rusia menganeksasi Crimea pada tahun 2014. Versi Moskow, Crimea bukan dianeksasi tapi memilih bergabung dengan Rusia melalui referendum.
“Saya ingin agar kita menghormati tatanan (internasional), untuk menghormati Piagam PBB. Saya ingin mereka meninggalkan wilayah kami. Saya ingin menyelesaikan ini secara eksklusif dengan cara diplomatik,” kata Zelensky.
Namun, dia menambahkan bahwa semua upaya, panggilan, dan upaya untuk memulai kembali negosiasi Minsk, dan ratusan pertemuan selama hampir dua tahun tidak menghasilkan apa-apa."Karena Rusia tidak ingin menyelesaikan apa pun," ujarnya.
“Itu seperti gurun: Anda tidak didengar, tidak ada yang diinginkan,” kata Zelensky, seperti dikutip dari The New Voice of Ukraine, Senin (1/5/2023).
“Anda terjebak dalam dialog yang tidak ada hasilnya ini, karena (mereka tidak) menginginkan hasil apapun. Konflik beku cocok untuk mereka karena mereka sedang memikirkan cara mendapatkan kembali pengaruh Soviet mereka," paparnya.
“Jika Anda ingin menyelesaikan sesuatu, jika Anda bukan agresor—harus ada percakapan diplomatik. Dan tidak ada. Kami memiliki kesempatan kami.”
Dia melanjutkan, di beberapa titik, Moskow mulai diam dan berhenti menghubungi Ukraina. Namun, belakangan Rusia mulai mengajukan syaratnya melalui negara ketiga.
“Dengan mengirimkan seseorang kepada kami, mereka sendiri tidak menghubungi. Dan mereka baru mulai membuat ancaman, itu saja. Jadi siapa mereka?” kata Zelensky.
Presiden Ukraina itu mengatakan dia percaya bahwa sekarang tidak mungkin untuk berbicara dengan Putin.
“Tidak mungkin berbicara hari ini dengan orang ini, Presiden Putin,” katanya.
“Bagi kami, untuk semua orang, dia adalah seorang teroris. Setelah dia memberi tahu seluruh dunia bahwa dia tidak akan merebut wilayah, tidak akan pernah ada perang skala penuh, bahwa itu tidak dapat terjadi—dia memulai segalanya. Dan dalam bentuk yang brutal," imbuh dia.
Zelensky menyebut Putin sebagai "pelancong di dunia dengan nama-nama berdarah", sebagaimana dia menyebut perang agresinya melawan Ukraina sebagai "operasi militer khusus".
“Dia muncul dengan nama untuk membenarkan tindakannya,” kata Zelensky.
“Tidak ada pembenaran lagi untuk orang ini. Hari ini dia adalah seorang teroris yang juga tidak menepati janjinya. Bagaimana kita bisa membicarakan sesuatu?”
Sebelumnya, pada Oktober 2022, Zelensky mengatakan bahwa setelah Rusia melakukan referendum palsu untuk membenarkan aneksasi ilegal wilayah Ukraina di bawah pendudukan militer Rusia, dia tidak akan lagi mempertimbangkan untuk bernegosiasi dengan diktator Rusia.
Rusia pada akhir September mengeklaim telah mencaplok empat wilayah Ukraina—oblast Luhansk, Donetsk, Zaporizhzhia, dan Kherson—meskipun tidak sepenuhnya mengendalikan salah satu dari mereka.
Rusia sebelumnya telah membatalkan rencana untuk mengadakan referendum di Oblast Kharkiv setelah sebagian besar dibebaskan oleh pasukan Ukraina dalam serangan balasan kilat pada awal September.
Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan tuntutan tidak realistis Ukraina telah menghalangi negosiasi perdamaian. Pernyataan itu dilontarkan untuk menjawab pertanyaan tentang panggilan telepon antara Zelensky dan Presiden China Xi Jinping.
Zelensky dan Xi Jinping telah melakukan pembicaraan untuk pertama kalinya sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022.
Zakharova memuji Beijing atas upayanya untuk membantu memulai kembali negosiasi yang berarti. “Masalahnya bukan terletak pada kurangnya rencana yang baik,” kata Zakharova.
"Rezim Kiev sejauh ini belum menerima inisiatif yang masuk akal yang ditujukan untuk penyelesaian politik dan diplomatik dari krisis Ukraina. Kesepakatan sesekali untuk mengadakan negosiasi dikaitkan dengan ultimatum dengan tuntutan yang jelas tidak realistis," ujarnya.
Zakharova dengan tegas menyalahkan Kiev atas gagalnya negosiasi musim semi lalu ketika tim Rusia dan Ukraina mengadakan beberapa putaran pertemuan.
Kiev telah berulang kali mengatakan bahwa negosiasi dapat dilanjutkan hanya setelah Moskow menyerahkan wilayah Ukraina yang baru saja digabungkan dengan wilayah Rusia.
Moskow menyebut tuntutan seperti itu tidak dapat diterima.
Lihat Juga: Misteri Rudal Hipersonik Oreshnik Rusia Gempur Ukraina, Dikira Rudal Balistik Antarbenua
(mas)
tulis komentar anda