Revolusioner, Hakim India Minta Nasihat ChatGPT untuk Jatuhkan Putusan

Kamis, 30 Maret 2023 - 17:36 WIB
GPT-4 menyimpulkan disertasi hukumnya dengan menyatakan bahwa praduga tak bersalah adalah prinsip dasar sistem peradilan. Aplikasi itu menambahkan bahwa meskipun terdakwa bersalah melakukan penyerangan yang kejam, mereka mungkin masih "diberikan jaminan" jika hakim menilai bahwa mereka tidak berbahaya bagi masyarakat atau berisiko melarikan diri.

Berbekal keterangan itu, Hakim Chitkara akhirnya menolak tawaran jaminan terdakwa dengan alasan mereka melakukan tindakan kejam sebelum korban meninggal.



Ini adalah peristiwa pertama dalam sistem peradilan India, yang dikenal tersendat-sendat dengan hampir 6 juta kasus tertunda di pengadilan tinggi di seluruh negara itu.

Secara alami, ini mungkin tampak membangkitkan rasa percaya diri seperti seorang ahli bedah yang mengajukan pertanyaan tentang anatomi kepada GPT-4.

Namun, tampaknya ChatGPT dapat segera menjadi perlengkapan dalam sistem pengadilan di seluruh dunia. Bulan lalu, seorang hakim di Kolombia juga menggunakan bot ini untuk memutuskan apakah anak di bawah umur yang menderita autis harus mendapatkan perawatan medis, lapor Vice.

Ini hanyalah perbatasan terbaru untuk kecerdasan buatan yang semakin banyak digunakan, yang digunakan di setiap sektor kehidupan manusia mulai dari kedokteran hingga sekolah dan bahkan kencan online.

Tentu saja, chatbot bukannya tanpa peringatan, yaitu kekurangan dan bias yang tampak seperti manusia. Bulan lalu, bot Bing AI yang diinfuskan oleh ChatGPT dari Microsoft — Sydney — dengan kejam memberi tahu pengguna manusia bahwa ia mencintai mereka dan ingin hidup, memicu spekulasi bahwa mesin itu mungkin telah sadar diri.

Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(ian)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More