AS desak Tunisia untuk menahan diri dari kekerasan
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah Amerika Serikat (AS) mendesak pemerintah dan warga Tunisia untuk menahan diri dari aksi kekerasan, setelah terjadinya pembunuhan pada pemimpin oposisi utama di negara Afrika Utara, beberapa hari lalu.
"Tidak ada tempat untuk kekerasan dalam demokrasi Tunisia," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Victoria Nuland, seperti dikutip dari Xinhua. “Kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah seputar isu pembunuhan. Ini hanya akan membawa lebih banyak kekerasan," lanjutnya.
Dia mendesak rakyat Tunisia untuk mengekspresikan perasaan mereka dengan protes damai dan menyerukan pasukan keamanan Tunisia untuk menahan diri. Pernyataan Nuland ini muncul setelah Chokri Belaid, seorang pemimpin dari partai oposisi Front Populer ditembak mati di luar rumahnya, di Kota Tunis.
Kematian Belaid itu memicu kemarahan di negara Arab tersebut. Ribuan warga Tunisia turun ke jalan di Ibu Kota Tunis. Para demonstran ini terlibat bentrokan dengan aparat keamanan. Demonstran melemparkan batu ke arah pasukan keamanan, yang dibalas dengan tembakan gas air mata.
Setelah pembunuhan itu, Perdana Menteri Tunisia Hamadi Jebali mengumumkan rencananya untuk membentuk pemerintah baru teknokrat untuk memimpin negara sampai pemilihan berlangsung.
Nuland menyambut langkah-langkah yang diambil oleh partai politik Tunisia untuk mempertahankan dialog tentang masa depan politik negara itu.
"Terserah pemimpin Tunisia untuk memutuskan bagaimana untuk mengambil langkah demia kemajuan negara. Tapi, kami juga mendorong warga Tunisia, pemimpin politik mereka, untuk terus bekerja sama untuk menemukan konsensus sehingga konstitusi dapat diselesaikan dengan cepat,” lanjutnya.
"Tidak ada tempat untuk kekerasan dalam demokrasi Tunisia," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Victoria Nuland, seperti dikutip dari Xinhua. “Kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah seputar isu pembunuhan. Ini hanya akan membawa lebih banyak kekerasan," lanjutnya.
Dia mendesak rakyat Tunisia untuk mengekspresikan perasaan mereka dengan protes damai dan menyerukan pasukan keamanan Tunisia untuk menahan diri. Pernyataan Nuland ini muncul setelah Chokri Belaid, seorang pemimpin dari partai oposisi Front Populer ditembak mati di luar rumahnya, di Kota Tunis.
Kematian Belaid itu memicu kemarahan di negara Arab tersebut. Ribuan warga Tunisia turun ke jalan di Ibu Kota Tunis. Para demonstran ini terlibat bentrokan dengan aparat keamanan. Demonstran melemparkan batu ke arah pasukan keamanan, yang dibalas dengan tembakan gas air mata.
Setelah pembunuhan itu, Perdana Menteri Tunisia Hamadi Jebali mengumumkan rencananya untuk membentuk pemerintah baru teknokrat untuk memimpin negara sampai pemilihan berlangsung.
Nuland menyambut langkah-langkah yang diambil oleh partai politik Tunisia untuk mempertahankan dialog tentang masa depan politik negara itu.
"Terserah pemimpin Tunisia untuk memutuskan bagaimana untuk mengambil langkah demia kemajuan negara. Tapi, kami juga mendorong warga Tunisia, pemimpin politik mereka, untuk terus bekerja sama untuk menemukan konsensus sehingga konstitusi dapat diselesaikan dengan cepat,” lanjutnya.
(esn)