Mantan Presiden Tunisia: Hamas Gerakan Nasional dan AS Harus Siap Negosiasi
loading...
A
A
A
TUNIS - Mantan Presiden Tunisia Mohamed Moncef Marzouki menegaskan Hamas adalah gerakan perlawanan nasional dan bukan organisasi teroris.
Dalam komentarnya di televisi, dia juga menegaskan Amerika Serikat (AS) harus mengakui fakta ini dan bernegosiasi dengan kelompok pejuang Palestina tersebut.
"Selama AS mempertahankan posisinya mengenai Hamas dan menganggapnya sebagai organisasi teroris, itu tidak akan mencapai hasil apa pun dalam hal pembicaraan damai dan negosiasi," ungkap Marzouki kepada Al Jazeera Mubasher.
Dia menambahkan, "Saya selalu mendukung Hamas karena itu adalah gerakan perlawanan nasional. Ketika saya menjadi presiden Tunisia, saya menerima Khaled Meshaal dan Ismail Haniyeh, sama sekali mengabaikan kemarahan duta besar AS pada pertemuan itu."
Mantan presiden Tunisia itu menambahkan "beruntung" orang Eropa mulai memahami hal ini dan mencari jalan yang tepat untuk memulai dialog dengan Hamas.
"Sekarang atau nanti, Amerika harus mengakui bahwa Hamas adalah gerakan perlawanan nasional. Pada akhirnya, Amerika membuang-buang waktu mereka karena pada akhirnya mereka harus berdialog dengan mereka yang memiliki kekuasaan di lapangan," tutur dia.
Amerika Serikat telah bernegosiasi dengan Taliban, dia melanjutkan, "Jadi mengapa mereka tidak berbicara dengan semua pasukan Palestina?"
Gencatan senjata antara faksi-faksi perlawanan Palestina dan pasukan pendudukan Israel mulai berlaku pada pukul 02:00 Jumat lalu.
Langkah itu mengakhiri 11 hari dan malam serangan udara brutal Israel di Jalur Gaza. Perang terbaru terjadi setelah serangan brutal oleh polisi Israel dan pemukim Yahudi di Masjid Al-Aqsa dan lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem.
Dalam komentarnya di televisi, dia juga menegaskan Amerika Serikat (AS) harus mengakui fakta ini dan bernegosiasi dengan kelompok pejuang Palestina tersebut.
"Selama AS mempertahankan posisinya mengenai Hamas dan menganggapnya sebagai organisasi teroris, itu tidak akan mencapai hasil apa pun dalam hal pembicaraan damai dan negosiasi," ungkap Marzouki kepada Al Jazeera Mubasher.
Dia menambahkan, "Saya selalu mendukung Hamas karena itu adalah gerakan perlawanan nasional. Ketika saya menjadi presiden Tunisia, saya menerima Khaled Meshaal dan Ismail Haniyeh, sama sekali mengabaikan kemarahan duta besar AS pada pertemuan itu."
Mantan presiden Tunisia itu menambahkan "beruntung" orang Eropa mulai memahami hal ini dan mencari jalan yang tepat untuk memulai dialog dengan Hamas.
"Sekarang atau nanti, Amerika harus mengakui bahwa Hamas adalah gerakan perlawanan nasional. Pada akhirnya, Amerika membuang-buang waktu mereka karena pada akhirnya mereka harus berdialog dengan mereka yang memiliki kekuasaan di lapangan," tutur dia.
Amerika Serikat telah bernegosiasi dengan Taliban, dia melanjutkan, "Jadi mengapa mereka tidak berbicara dengan semua pasukan Palestina?"
Gencatan senjata antara faksi-faksi perlawanan Palestina dan pasukan pendudukan Israel mulai berlaku pada pukul 02:00 Jumat lalu.
Langkah itu mengakhiri 11 hari dan malam serangan udara brutal Israel di Jalur Gaza. Perang terbaru terjadi setelah serangan brutal oleh polisi Israel dan pemukim Yahudi di Masjid Al-Aqsa dan lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem.
(sya)