Pompeo: Sangat Mungkin Iran Dalang Sabotase Minyak di Teluk
A
A
A
WASHINGTON - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo mengatakan, sangat mungkin Iran bertanggung jawab atas sabotase kepentingan minyak di Teluk. Hal itu diungkapkannya saat bersiap untuk memberikan laporan singkat kepada anggota parlemen tentang meningkatnya ketegangan dengan Iran.
Pompeo memperingatkan bahwa AS belum membuat kesimpulan definitif yang dapat disampaikan kepada publik atas insiden sabotase misterius dari kapal tanker minyak di Uni Emirat Arab atau serangan pesawat tanpa awak pada pipa minyak mentah di Arab Saudi.
"Tetapi mengingat semua konflik regional yang telah kita lihat selama dekade terakhir dan bentuk serangan ini, sepertinya sangat mungkin bahwa Iran berada di belakang ini," kata Pompeo kepada pembawa acara radio konservatif Hugh Hewitt.
"Yang paling penting, kami akan terus mengambil tindakan yang melindungi kepentingan Amerika dan yang berupaya untuk mencegah perilaku salah dari Iran di kawasan Timur Tengah, yang memiliki risiko nyata meningkatkan situasi sedemikian rupa sehingga harga minyak mentah naik," imbuhnya seperti dilansir dari AFP, Rabu (22/5/2019).
Kelompok pemberontak Yaman Houthi, yang bersekutu dengan Iran dan dihantam keras oleh serangan udara Arab Saudi yang didukung AS, pekan lalu mengaku bertanggung jawab atas serangan pesawat tak berawak atas pipa minyak besar timur-barat di kerajaan itu, yang terpaksa ditutup sementara.
Baca Juga: Drone-drone Bersenjata Houthi Serang 2 Stasiun Pompa Minyak Saudi
"Jika Iran ingin berperang, itu akan menjadi akhir resmi Iran," Presiden Donald Trump memperingatkan. Namun ia juga mengecilkan ancaman Iran terhadap kepentingan AS.
Baca Juga: Donald Trump Ancam Bikin Riwayat Iran Tamat! Secara Tersirat, Trump Akui Tidak Ada Ancaman Iran
Pompeo pada Selasa malam dijadwalkan untuk memberikan laporan singkat kepada anggota parlemen AS tentang Iran bersama penjabat Sekretaris Pertahanan Patrick Shanahan dan perwira tinggi militer AS, Jenderal Joseph Dunford.
Beberapa sekutu Partai Republik Presiden Trump menyerukan AS agar siap dengan tanggapan militer besar-besaran, tetapi Partai Demokrat menuduh Gedung Putih membohongi intelijen, dengan mengatakan bahwa tindakan Iran adalah respons yang dapat diprediksi terhadap tindakan AS.
Ketegangan telah meningkat tajam dalam beberapa bulan terakhir karena pemerintahan Trump telah berjanji untuk memotong semua ekspor minyak dari Iran dan menunjuk Garda Revolusi Iran sebagai kelompok teroris.
Pompeo memperingatkan bahwa AS belum membuat kesimpulan definitif yang dapat disampaikan kepada publik atas insiden sabotase misterius dari kapal tanker minyak di Uni Emirat Arab atau serangan pesawat tanpa awak pada pipa minyak mentah di Arab Saudi.
"Tetapi mengingat semua konflik regional yang telah kita lihat selama dekade terakhir dan bentuk serangan ini, sepertinya sangat mungkin bahwa Iran berada di belakang ini," kata Pompeo kepada pembawa acara radio konservatif Hugh Hewitt.
"Yang paling penting, kami akan terus mengambil tindakan yang melindungi kepentingan Amerika dan yang berupaya untuk mencegah perilaku salah dari Iran di kawasan Timur Tengah, yang memiliki risiko nyata meningkatkan situasi sedemikian rupa sehingga harga minyak mentah naik," imbuhnya seperti dilansir dari AFP, Rabu (22/5/2019).
Kelompok pemberontak Yaman Houthi, yang bersekutu dengan Iran dan dihantam keras oleh serangan udara Arab Saudi yang didukung AS, pekan lalu mengaku bertanggung jawab atas serangan pesawat tak berawak atas pipa minyak besar timur-barat di kerajaan itu, yang terpaksa ditutup sementara.
Baca Juga: Drone-drone Bersenjata Houthi Serang 2 Stasiun Pompa Minyak Saudi
"Jika Iran ingin berperang, itu akan menjadi akhir resmi Iran," Presiden Donald Trump memperingatkan. Namun ia juga mengecilkan ancaman Iran terhadap kepentingan AS.
Baca Juga: Donald Trump Ancam Bikin Riwayat Iran Tamat! Secara Tersirat, Trump Akui Tidak Ada Ancaman Iran
Pompeo pada Selasa malam dijadwalkan untuk memberikan laporan singkat kepada anggota parlemen AS tentang Iran bersama penjabat Sekretaris Pertahanan Patrick Shanahan dan perwira tinggi militer AS, Jenderal Joseph Dunford.
Beberapa sekutu Partai Republik Presiden Trump menyerukan AS agar siap dengan tanggapan militer besar-besaran, tetapi Partai Demokrat menuduh Gedung Putih membohongi intelijen, dengan mengatakan bahwa tindakan Iran adalah respons yang dapat diprediksi terhadap tindakan AS.
Ketegangan telah meningkat tajam dalam beberapa bulan terakhir karena pemerintahan Trump telah berjanji untuk memotong semua ekspor minyak dari Iran dan menunjuk Garda Revolusi Iran sebagai kelompok teroris.
(ian)