Drone-drone Bersenjata Houthi Serang 2 Stasiun Pompa Minyak Saudi

Selasa, 14 Mei 2019 - 22:36 WIB
Drone-drone Bersenjata Houthi Serang 2 Stasiun Pompa Minyak Saudi
Drone-drone Bersenjata Houthi Serang 2 Stasiun Pompa Minyak Saudi
A A A
RIYADH - Sejumlah pesawat nirawak (drone) bersenjata kelompok pemberontak Houthi Yaman menyerang dua stasiun pompa minyak di Arab Saudi pada hari Selasa (14/5/2019). Riyadh mengutuk serangan tersebut sebagai tindakan pengecut.

Serangan ini terjadi hanya dua hari setelah kapal tanker minyak Saudi disabotase di lepas pantai Uni Emirat Arab (UEA).

Serbuan pesawat tak berawak itu menyebabkan kerusakan kecil pada salah satu stasiun pemasok minyak melalui pipa yang mengalir dari kawasan provinsi timur yang kaya minyak ke Pelabuhan Yanbu di Laut Merah. Serangan ini telah dikonfirmasi Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan kantor berita negara Arab Saudi, SPA.

"Serangan-serangan ini membuktikan lagi bahwa penting bagi kita untuk menghadapi entitas teroris, termasuk milisi Houthi di Yaman yang didukung oleh Iran," kata Falih.

Serbuan tersebut telah memicu kebakaran di salah satu stasiun pompa minyak, namun kebakaran telah dikendalikan. Gara-gara serangan itu, perusahaan raksasa minyak negara, Aramco, berhenti memompa minyak melalui pipa.

Menurut Falih sabotase baru-baru ini terhadap instalasi minyak yang vital tidak hanya menargetkan Arab Saudi, tetapi juga keamanan pasokan energi dunia dan ekonomi global.

Dia juga berjanji produksi dan ekspor minyak Saudi tidak akan terganggu.

Harga minyak naik karena berita tentang serangan terhadap stasiun-stasiun pompa minyak yang terletak 320km barat Riyadh. Brent diperdagangkan pada sekitar USD71, naik 1,2 persen.

Sebelumnya, Houthi melalui stasiun televisinya, Al Masirah, mengaku meluncurkan serangan drone pada instalasi Saudi, tanpa mengidentifikasi target atau waktu serangan.

"Tujuh pesawat tak berawak melakukan serangan terhadap instalasi vital Saudi," bunyi laporan stasiun televisi tersebut mengutip seorang pejabat militer Houthi.

Houthi telah berulang kali melancarkan serangan drone dan rudal ke Arab Saudi dan mengklaim telah melancarkan serangan ke Uni Emirat Arab.

"Operasi militer besar ini sebagai tanggapan atas agresi dan blokade yang berkelanjutan dari orang-orang kami dan kami siap untuk melakukan serangan yang lebih unik dan keras," lanjut laporan televisi itu mengutip pejabat Houthi secara anonim.

Arab Saudi dan UEA adalah pemimpin aliansi yang didukung Barat yang melakukan invasi militer di Yaman pada 2015 untuk memerangi Houthi. Invasi itu sebagai upaya untuk memulihkan kekuasaan pemerintah Presiden Yaman Abd Rabbo Mansour Hadi yang diakui secara internasional.

Insiden pada hari ini terjadi sehari setelah Riyadh mengatakan dua dari kapal tanker minyaknya berada di antara empat kapal yang diserang di lepas pantai Uni Emirat Arab pada hari Minggu.

Serangan-serangan itu juga terjadi di tengah perang kata-kata antara Amerika Serikat dan Iran mengenai sanksi dan meningkatnya kehadiran militer Amerika di Teluk.

Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi mengatakan pada hari Selasa bahwa Amerika Serikat dan Iran tidak menginginkan perang. Menurutnya, Irak berhubungan dengan keduanya.

Seorang pejabat Amerika Serikat yang memiliki akses data intelijen Amerika mengatakan kepada Reuters bahwa Iran adalah tersangka utama dalam sabotase hari Minggu di lepas pantai Uni Emirat Arab. Namun, pejabat itu tidak memberikan bukti konklusif.

Teheran membantah tuduhan keterlibatannya dalam sabotase empat kapal tanker minyak tersebut. Teheran menyerukan penyelidikan.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3833 seconds (0.1#10.140)