Iran: Pengusiran Amerika Serikat dari Afghanistan 'Memalukan'
loading...
A
A
A
TEHERAN - Pejabat tinggi keamanan Iran mengatakan kepergian pasukan Amerika Serikat (AS) dari Afghanistan adalah "memalukan".
Pernyataan itu muncul beberapa hari setelah Taliban mengambil alih negara tetangga itu.
"Akhir dari setiap pendudukan adalah pengusiran yang memalukan," ujar Ali Shamkhani yang mengepalai Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran.
"Nasib yang menimpa Amerika Serikat di Vietnam, Irak dan Afghanistan juga merupakan nasib tak terelakkan dari rezim pendudukan Zionis (Israel)," papar dia.
Pernyataannya muncul beberapa hari setelah Taliban merebut ibu kota Kabul, mengambil alih Afghanistan untuk pertama kalinya dalam hampir 20 tahun.
Anggota parlemen senior dan mantan Duta Besar Iran untuk Afghanistan, Fada Hossein Maleki, mengatakan, “Misi Presiden Afghanistan Ashraf Ghani adalah untuk menyerahkan negara itu kepada Taliban."
Pada Senin, Presiden Iran yang baru terpilih Ebrahim Raeisi mengatakan pemindahan kekuasaan di Afghanistan menghadirkan "peluang" untuk "memulihkan kehidupan, keamanan, dan perdamaian abadi" di negara itu.
Pernyataan itu muncul beberapa hari setelah Taliban mengambil alih negara tetangga itu.
"Akhir dari setiap pendudukan adalah pengusiran yang memalukan," ujar Ali Shamkhani yang mengepalai Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran.
"Nasib yang menimpa Amerika Serikat di Vietnam, Irak dan Afghanistan juga merupakan nasib tak terelakkan dari rezim pendudukan Zionis (Israel)," papar dia.
Pernyataannya muncul beberapa hari setelah Taliban merebut ibu kota Kabul, mengambil alih Afghanistan untuk pertama kalinya dalam hampir 20 tahun.
Anggota parlemen senior dan mantan Duta Besar Iran untuk Afghanistan, Fada Hossein Maleki, mengatakan, “Misi Presiden Afghanistan Ashraf Ghani adalah untuk menyerahkan negara itu kepada Taliban."
Pada Senin, Presiden Iran yang baru terpilih Ebrahim Raeisi mengatakan pemindahan kekuasaan di Afghanistan menghadirkan "peluang" untuk "memulihkan kehidupan, keamanan, dan perdamaian abadi" di negara itu.