Horor, Ethiopian Airlines Jatuh dengan Kecepatan 575 MPH
A
A
A
ADDIS ABABA - Pesawat Boeing 737 MAX 8 milik maskapai Ethiopian Airlines jatuh dengan kecepatan udara mencapai 575 mph. Begitu bunyi laporan awal yang diterbitkan oleh Biro Pencegahan dan Investigasi Kecelakaan Penerbangan Otoritas Penerbangan Sipil Ethiopia.
Menurut Reuters, kecepatan tinggi seperti itu melampaui batas desain Max 8 737 yang bermasalah, dan akan menarik penumpang keluar dari kursi mereka,seperti tidak berbobot.
Laporan setebal 33 halaman, yang dirilis pada hari Kamis, mencatat bahwa pembacaan ketinggian yang tercatat terakhir untuk penerbangan itu adalah 5.419 kaki di sebelah kiri sensor Indikasi Kecepatan Udara pesawat dan 8.399 kaki di sebelah kanan sensor.
Lokasi lokasi kecelakaan diidentifikasi oleh penyelidik di ladang pertanian dekat Ejere, Ethiopia.
"Tumbukan pesawat itu menciptakan kawah sedalam 10 meter dengan lubang selebar 28 meter dan panjang 40 meter," demikian bunyi laporan pendahuluan tersebut seperti dikutip dari Sputnik, Sabtu (6/4/2019).
"Sebagian besar puing-puing ditemukan terkubur di tanah; serpihan kecil pesawat ditemukan tersebar di sekitar lokasi di area dengan lebar sekitar 200 meter dan panjang 300 meter. Kerusakan pada pesawat konsisten dengan dampak energi yang tinggi," sambung laporan itu.
"Tidak ada bukti kebakaran. Kecelakaan ini tidak bisa selamat," begitu bunyi laporan tersebut.
Temuan kunci lainnya mengungkapkan bahwa terjadi kesalahan pada sensor pesawat jet penumpang itu beberapa detik setelah lepas landas dari Bandara Internasional Addis Ababa Bole Ethiopia pada 10 Maret lalu di mana nilai dari sensor "angle-of-attack" menyimpang.
Baca Juga: Sensor Rusak Pemicu Kecelakaan Ethiopian Airlines 737 MAX
Kemudian, ketika fungsi autopilot dilepaskan, sistem anti-stall pesawat, Maneuvering Characteristics Augmentation System atau MCAS, diaktifkan, mengirim hidung pesawat ke bawah. Kapten menyerukan agar pesawat ditarik tiga kali sebelum kecelakaan pesawat terjadi.
"Awak pesawat mengikuti semua prosedur yang direkomendasikan yang ditawarkan oleh Boeing untuk menangani keadaan darurat seperti itu, tetapi tidak berhasil," kata laporan itu.
Baca Juga: Pilot Sudah Ikuti Pedoman Boeing, Pesawat Ethiopia Airlines Tetap Jatuh
Rincian laporan itu muncul pada hari yang sama ketika pabrikan yang berbasis di Chicago itu merilis pernyataan yang mengindikasikan bahwa MCAS pesawat itu berperan dalam kecelakaan Ethiopian Airlines dan kecelakaan Lion Air dengan nomor penerbangan 610 pada Oktober 2018 di Indonesia.
"Rincian lengkap dari apa yang terjadi dalam dua kecelakaan akan dikeluarkan oleh otoritas pemerintah dalam laporan akhir, tetapi, dengan rilis laporan awal investigasi kecelakaan Penerbangan Ethiopian Airlines 302, jelas bahwa dalam kedua penerbangan Maneuvering Characteristics Augmentation System, yang dikenal sebagai MCAS, diaktifkan sebagai tanggapan terhadap informasi angle-of-attack yang keliru," kata Dennis Muilenburg, ketua, presiden dan CEO The Boeing Company.
"Seperti yang dikatakan pilot, aktivasi salah fungsi MCAS dapat menambah apa yang sudah menjadi beban kerja yang tinggi. Adalah tanggung jawab kita untuk menghilangkan risiko ini. Kita memilikinya dan kita tahu bagaimana melakukannya," imbuhnya.
Baca Juga: Sistem MCAS Biang Tragedi Lion Air, Boeing: Maaf untuk Nyawa yang Hilang
Dalam kedua kecelakaan itu, di mana lebih dari 300 orang kehilangan nyawa mereka, MCAS Max 8 ditunjuka sebagai penyebab potensial. Sistem ini adalah tindakan pengamanan yang dimaksudkan untuk mendorong hidung pesawat ke bawah jika mencapai ketinggian terlalu tinggi dan berisiko terhenti.
Mengikuti pernyataan Boeing dan rilis laporan pendahuluan, dilaporkan oleh Washington Post bahwa masalah perangkat lunak tambahan terdeteksi oleh para penyelidik yang meninjau MCAS. Otoritas penerbangan sipil Amerika Serikat (AS), FAA, mengindikasikan bahwa masalah itu juga perlu diperbaiki sebelum armada Max 8 diizinkan kembali ke langit.
Menurut Reuters, kecepatan tinggi seperti itu melampaui batas desain Max 8 737 yang bermasalah, dan akan menarik penumpang keluar dari kursi mereka,seperti tidak berbobot.
Laporan setebal 33 halaman, yang dirilis pada hari Kamis, mencatat bahwa pembacaan ketinggian yang tercatat terakhir untuk penerbangan itu adalah 5.419 kaki di sebelah kiri sensor Indikasi Kecepatan Udara pesawat dan 8.399 kaki di sebelah kanan sensor.
Lokasi lokasi kecelakaan diidentifikasi oleh penyelidik di ladang pertanian dekat Ejere, Ethiopia.
"Tumbukan pesawat itu menciptakan kawah sedalam 10 meter dengan lubang selebar 28 meter dan panjang 40 meter," demikian bunyi laporan pendahuluan tersebut seperti dikutip dari Sputnik, Sabtu (6/4/2019).
"Sebagian besar puing-puing ditemukan terkubur di tanah; serpihan kecil pesawat ditemukan tersebar di sekitar lokasi di area dengan lebar sekitar 200 meter dan panjang 300 meter. Kerusakan pada pesawat konsisten dengan dampak energi yang tinggi," sambung laporan itu.
"Tidak ada bukti kebakaran. Kecelakaan ini tidak bisa selamat," begitu bunyi laporan tersebut.
Temuan kunci lainnya mengungkapkan bahwa terjadi kesalahan pada sensor pesawat jet penumpang itu beberapa detik setelah lepas landas dari Bandara Internasional Addis Ababa Bole Ethiopia pada 10 Maret lalu di mana nilai dari sensor "angle-of-attack" menyimpang.
Baca Juga: Sensor Rusak Pemicu Kecelakaan Ethiopian Airlines 737 MAX
Kemudian, ketika fungsi autopilot dilepaskan, sistem anti-stall pesawat, Maneuvering Characteristics Augmentation System atau MCAS, diaktifkan, mengirim hidung pesawat ke bawah. Kapten menyerukan agar pesawat ditarik tiga kali sebelum kecelakaan pesawat terjadi.
"Awak pesawat mengikuti semua prosedur yang direkomendasikan yang ditawarkan oleh Boeing untuk menangani keadaan darurat seperti itu, tetapi tidak berhasil," kata laporan itu.
Baca Juga: Pilot Sudah Ikuti Pedoman Boeing, Pesawat Ethiopia Airlines Tetap Jatuh
Rincian laporan itu muncul pada hari yang sama ketika pabrikan yang berbasis di Chicago itu merilis pernyataan yang mengindikasikan bahwa MCAS pesawat itu berperan dalam kecelakaan Ethiopian Airlines dan kecelakaan Lion Air dengan nomor penerbangan 610 pada Oktober 2018 di Indonesia.
"Rincian lengkap dari apa yang terjadi dalam dua kecelakaan akan dikeluarkan oleh otoritas pemerintah dalam laporan akhir, tetapi, dengan rilis laporan awal investigasi kecelakaan Penerbangan Ethiopian Airlines 302, jelas bahwa dalam kedua penerbangan Maneuvering Characteristics Augmentation System, yang dikenal sebagai MCAS, diaktifkan sebagai tanggapan terhadap informasi angle-of-attack yang keliru," kata Dennis Muilenburg, ketua, presiden dan CEO The Boeing Company.
"Seperti yang dikatakan pilot, aktivasi salah fungsi MCAS dapat menambah apa yang sudah menjadi beban kerja yang tinggi. Adalah tanggung jawab kita untuk menghilangkan risiko ini. Kita memilikinya dan kita tahu bagaimana melakukannya," imbuhnya.
Baca Juga: Sistem MCAS Biang Tragedi Lion Air, Boeing: Maaf untuk Nyawa yang Hilang
Dalam kedua kecelakaan itu, di mana lebih dari 300 orang kehilangan nyawa mereka, MCAS Max 8 ditunjuka sebagai penyebab potensial. Sistem ini adalah tindakan pengamanan yang dimaksudkan untuk mendorong hidung pesawat ke bawah jika mencapai ketinggian terlalu tinggi dan berisiko terhenti.
Mengikuti pernyataan Boeing dan rilis laporan pendahuluan, dilaporkan oleh Washington Post bahwa masalah perangkat lunak tambahan terdeteksi oleh para penyelidik yang meninjau MCAS. Otoritas penerbangan sipil Amerika Serikat (AS), FAA, mengindikasikan bahwa masalah itu juga perlu diperbaiki sebelum armada Max 8 diizinkan kembali ke langit.
(ian)