Bendungan Ambrol di Kenya, 32 Orang Tewas
A
A
A
SOLAI - Bendungan yang ambrol di wilayah perkebunan bunga di Rift Valley, Kenya, membuat air bah menghancurkan dua desa dan menewaskan sedikitnya 32 orang.
Dinding bendungan yang terletak di puncak bukit di Nakuru, 190 km barat laut Nairobi, hancur pada Rabu (9/5) malam saat sebagian besar warga makan malam. Kenya merupakan salah satu penyuplai terbesar bunga potong ke Ropa dan mawar dari perkebunan Solai seluas 3.500 acre diekspor ke Belanda dan Jerman, menurut data agen pengelola asal Belanda, Optimal Connection.
Air bah itu pun menerjang sisi bukit dan menyapu jaringan listrik, rumah dan gedung, termasuk satu sekolah dasar. Tim penyelamat pun bekerja keras untuk mencari para korban di puing bangunan dan lumpur.
Jasad dua korban perempuan ditemukan beberapa kilometer jaraknya dari rumah mereka. Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Kenya Mwenda Njoka menyatakan korban tewas mencapai 32 orang.
Setelah kekeringan parah tahun lalu, Afrika Timur mengalami dua bulan hujan lebat yang dialami satu juta warga di Kenya, Somalia, Ethiopia, dan Uganda. Sejumlah jembatan tersapu hilang dan jalanan tergenang lumpur.
Di Solai, Veronica Wanjiku Ngigi, 67, menyatakan dia berada di rumah sedang menyeduh the bersama putranya sekitar pukul 8 malam saat istrinya bergegas mengatakan bendungan roboh dan mereka harus ke dataran tinggi segera. “Ini lautan air. Tetangga saya tewas saat air menerjang dinding rumahnya. Dia buta sehingga tidak dapat lari. Mereka menemukan jasadnya pagi ini,” kata dia.
“Tetangga saya lainnya juga tewas. Semua rumah kami telah hancur,” ujar dia.
Nakuru terletak di jantung Rift Valley yang subur dan menjadi rumah bagi ribuan petani yang menanam semua tanaman mulai dari kacang-kacangan hingga makadamia dan bunga potong. Hampir seluruh produk mereka diekspor ke Eropa.
Kawasan itu memiliki bendungan irigasi yang dibangun dua dekade lalu untuk memenuhi permintaan sektor pertanian yang tumbuh pesat. Pertanian menjadi salah satu pendorong ekonomi Afrika Timur dan sumber utama lapangan kerja.
Vinoj Kumar, manajer umum perkebunan Solai menuding bencana itu akibat hujan lebat yang terjadi di wilayah atas bendungan. “Dalam dua hari lalu intensitas hujan sangat tinggi dan air mulai turun membawa akar dan batu besar yang merusak dinding. Dinding bendungan retak dan air keluar,” papar dia.
Gubernur Nakuru Lee Kinyanjui menjelaskan, 450 rumah diterjang banjir dan tim insinyur telah dikirim untuk memeriksa tiga bendungan lain di dekatnya. Korban selamat, Wanjiku menjelaskan, dia melihat dinding bendungan sudah mulai retak. “Ada bendungan lain yang telah kelebihan air dan terlihat berisiko. Kami takut,” ungkap dia. (Muh Shamil)
Dinding bendungan yang terletak di puncak bukit di Nakuru, 190 km barat laut Nairobi, hancur pada Rabu (9/5) malam saat sebagian besar warga makan malam. Kenya merupakan salah satu penyuplai terbesar bunga potong ke Ropa dan mawar dari perkebunan Solai seluas 3.500 acre diekspor ke Belanda dan Jerman, menurut data agen pengelola asal Belanda, Optimal Connection.
Air bah itu pun menerjang sisi bukit dan menyapu jaringan listrik, rumah dan gedung, termasuk satu sekolah dasar. Tim penyelamat pun bekerja keras untuk mencari para korban di puing bangunan dan lumpur.
Jasad dua korban perempuan ditemukan beberapa kilometer jaraknya dari rumah mereka. Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Kenya Mwenda Njoka menyatakan korban tewas mencapai 32 orang.
Setelah kekeringan parah tahun lalu, Afrika Timur mengalami dua bulan hujan lebat yang dialami satu juta warga di Kenya, Somalia, Ethiopia, dan Uganda. Sejumlah jembatan tersapu hilang dan jalanan tergenang lumpur.
Di Solai, Veronica Wanjiku Ngigi, 67, menyatakan dia berada di rumah sedang menyeduh the bersama putranya sekitar pukul 8 malam saat istrinya bergegas mengatakan bendungan roboh dan mereka harus ke dataran tinggi segera. “Ini lautan air. Tetangga saya tewas saat air menerjang dinding rumahnya. Dia buta sehingga tidak dapat lari. Mereka menemukan jasadnya pagi ini,” kata dia.
“Tetangga saya lainnya juga tewas. Semua rumah kami telah hancur,” ujar dia.
Nakuru terletak di jantung Rift Valley yang subur dan menjadi rumah bagi ribuan petani yang menanam semua tanaman mulai dari kacang-kacangan hingga makadamia dan bunga potong. Hampir seluruh produk mereka diekspor ke Eropa.
Kawasan itu memiliki bendungan irigasi yang dibangun dua dekade lalu untuk memenuhi permintaan sektor pertanian yang tumbuh pesat. Pertanian menjadi salah satu pendorong ekonomi Afrika Timur dan sumber utama lapangan kerja.
Vinoj Kumar, manajer umum perkebunan Solai menuding bencana itu akibat hujan lebat yang terjadi di wilayah atas bendungan. “Dalam dua hari lalu intensitas hujan sangat tinggi dan air mulai turun membawa akar dan batu besar yang merusak dinding. Dinding bendungan retak dan air keluar,” papar dia.
Gubernur Nakuru Lee Kinyanjui menjelaskan, 450 rumah diterjang banjir dan tim insinyur telah dikirim untuk memeriksa tiga bendungan lain di dekatnya. Korban selamat, Wanjiku menjelaskan, dia melihat dinding bendungan sudah mulai retak. “Ada bendungan lain yang telah kelebihan air dan terlihat berisiko. Kami takut,” ungkap dia. (Muh Shamil)
(nfl)