Inggris Sambut Putra Mahkota Saudi

Kamis, 08 Maret 2018 - 08:34 WIB
Inggris Sambut Putra Mahkota Saudi
Inggris Sambut Putra Mahkota Saudi
A A A
LONDON - Inggris menyambut spesial Putra Mahkota Kerajaan Saudi Pangeran Mohammed bin Salman. Lawatan pertama Pangeran Saudi di Barat itu menjadi momen spesial untuk memperkuat kemitraan antara kedua negara dalam bidang perdagangan dan pertahanan.

Kedua negara juga memiliki kesempatan untuk memperluas hubungan kerja sama. Inggris ingin mencari mitra perdagangan setelah keluar dari Uni Eropa (UE). Sedangkan Arab Saudi ingin menyakinkan investor yang skeptis terhadap reformasi sosial dan ekonomi di dalam negerinya.

Di tengah sambuat hangat itu, pertemuan Pangeran Mohammed dan Perdana Menteri (PM) Theresa May, para demonstran menggelar aksi menentang kunjungan putra mahkota Saudi tersebut. Mereka memprotes Pangeran Mohammed yang merupakan arsitek perang di Yaman yang menyebabkan sekitar 10.000 orang meninggal dunia dan 8,3 juta orang, termasuk 400.000 anak-anak mengalami kelaparan.

Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson menggelar pesta penyambutan bagi Pangeran Mohammed yang tiba pada Selasa malam (6/3) waktu setempat. Sebelumnya Johnson memuji Visi 2030 yang digagas Pangeran Mohammed dan serangkaian reformasi di Saudi.

Agenda resmi pertama Pangeran Mohammed mengikuti makan siang dan bertemu dengan Ratu Elizabeth di Istana Buckingham. Itu menjadi menunjukkan Pangeran Mohammed merupakan tamu kehormatan karena dijamu langsung oleh Ratu Elizabeth.

Setelah makan siang, delegasi Saudi bertemu dengan PM May dan kabinetnya di Downing Street. Mereka meluncurkan Dewan Kemitraan Strategi Inggris-Saudi. Itu merupakan inisiatif yang mendorong reformasi ekonomi Saudi untuk meningkatkan kerja sama di berbagai bidang, terutama pendidikan dan budaya, serta pertahanan dan keamanan.

“Inisiatif itu akan mendorong hubungan bilateral kedua negara menuju era baru. Dewan itu juga akan fokus dalam kerja sama yang menguntungkan bagi kedua belah pihak,” kata juru bicara kantor PM May kepada reporter.

Para pejabat Inggris mengaku senang dengan keputusan Pangeran Mohammed, 32, untuk memilih Inggris sebagai destinasi di Barat pertama dalam lawatannya pertamanya ke luar negeri. Pemerintah Inggris ingin memanfaatkan momen tersebut untuk mentransformasi hubungan pertahananan bersejarah menuju kerja sama perdagangan investasi.

Inggris juga ingin menarik investasi Saudi untuk membiayai proyek domestiknya. Kesepakatan bisnis yang dicapai dalam kunjungan Pangeran Mohammed di antara antara industri pertahanan Inggris, BAE Systems dan produsen senjata Eropa MBDA, dan kesepakatan tentang eksplorasi gas, bahan kimia, dan industri lainnya.

Harian Financial Times melaporkan Inggris dan Arab Saudi akan menandatangani serangkaian kesepakatan pada kunjungan tersebut. Beberapa diplomat menyatakan nilai kesepakatan itu bisa mencapai lebih dari USD100 miliar.

“Modernisasi ini tidak mudah, dan kita tidak bisa melakukannya sendirian,” kata Duta Besar Arab Saudi Mohammed bin Nawaf, dalam artikelnya di Financial Times. “Kita akan membutuhkan dukungan dari pihak lain. Kita melakukan transisi dari ketergantungan minyak menjadi ekonoi terbuka bagi perusahaan asing yang akan berinvestasi di Saudi,” paparnya.

Dalam kunjungan tiga hari di Inggris, Pangeran Mohammed akan bertemu dua kali dengan keluarga kerajaan Inggris. Selain makan siang bersama Ratu Elizabeth, dia juga akan bertemu dengan Pangeran Charles dan Pangeran William dalam sebuah acara makan malam.

Pangeran Mohammed juga bertemu dengan para pejabat keamanan nasional Inggris. Bahkan, dia diajak berkunjung dan makan malam secara khusus di Chequers, kediaman PM Inggris di pedesaan yang berjarak 60 km dari London.

Selain berbicara mengenai prospek kerja sama di masa depan, pertemuan anara Pangeran Mohammed dan May juga akan membahas krisis kemanusiaan di Yaman. Koalisi pimpinan Saudi memerangi gerakan Houthi di Yaman. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut krisis di Yaman sebagai tragedi kemanusiaan terburuk di dunia.

“PM May akan berbicara mengenai situasi kemanusiaan di Yaman,” kata juru bicara kantor PM May. “Dia juga akan menegaskan tentang tuduhan pelanggaran hukum kemanusiaan internasional,” ujarnya.

Kemudian, PM May sendiri membela kerja sama pertahanan dan keamanan dengan Saudi. Dia mengungkapkan kerja sama itu untuk menyelamatkan kehidupan banyak orang. “Kita memiliki hubungan bersejarah dengan Saudi. Itu yang terpenting,” paparnya.

Didemo Oposisi
Para demonstran dari kalangan oposisi menggelar aksi menentang kunjungan Pangeran Mohammed. Mereka menentang penjualan senjata Inggris ke Saudi senilai 4,6 miliar poundsterling sejak 2015. “Pemerintahan (May) seperti putus asa masuk ke lobang (kerja sama dengan Saudi) setelah Brexit,” kata Emily Thornberry, kepala kebijakan luar negeri Partai Buruh.

Banyak bus yang dipasangai spanduk menuding Pangeran Mohammed sebagai penjahatan perang berkeliling di London. Itu menjadi penyambutan yang buruk bagi seorang tamu negara di Inggris.

“Theresa May mungkin percaya kalau putra mahkota itu seorang reformis dan liberal. Tapi, orang di Inggris tidak mudah percaya,” kata Andrew Smith dari Kampanye Melawan Perdagangan Senjata. Dia menuding kunjungan kal ini untuk melegitimasi kediktatoran brutal dan penjualan senjata.

Kemudian, pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn juga bergabung dalam demonstrasi bersama para aktivis. “May seharusnya mengatakan kalau Inggris tidak akan menyuplai senjata ke Riyadh,” ujarnya. Dia menyarankan PM May untuk bersikap tegas kalau Ingris menentang pelanggaran hak sipil dan kemanusiaan yang dilakukan Saudi di Yaman.

Profesor Paul Rogers dari Universitas Bedford mengungkapkan, pemerintah Inggris menganggap Saudi sebagai pasar senjata yang menguntungkan. “Isu hak asasi manusia (HAM) tidak menjadi permasalahan. Pasalnya, mereka berbicara tentang uang,” katanya. Inggris, ujar Rogers, akan tutup mata dengan pelanggaram HAM yang terjadi di Yaman. (Andika Hendra)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4477 seconds (0.1#10.140)