Trump Ingin Utak-atik Kesepakatan Nuklir, Iran Marah
A
A
A
TEHERAN - Pemerintah Iran mengekspresikan kemarahannya atas sikap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang ingin memperkuat persyaratan kesepakatan nuklir Teheran. Presiden Iran Hassan Rouhani menegaskan, tidak ada negosiasi ulang terhadap perjanjian internasional tersebut.
Trump dalam pidatonya di Gedung Putih memang memutuskan untuk melanjutkan kesepakatan nuklir tahun 2015 antara Teheran dan enam kekuatan dunia (AS, Rusia, Jerman, Prancis, Inggris dan China). Namun, Trump meminta Kongres “mengutak-atik” kesepakatan yang sudah final itu dengan memperkuat persyaratannya.
Keputusan Trump yang melanjutkan kesepakatan nuklir itu berbeda dengan sikap awalnya yang ingin agar AS membatalkannya. Sikap awal pemimpin Gedung Putih itu sempat membuat Teheran kesal.
”Tidak ada presiden yang dapat mencabut kesepakatan internasional. Iran akan terus menghormati komitmennya berdasarkan kesepakatan tersebut,” kata Rouhani dalam sebuah pidato yang disiarkan secara langsung di televisi.
Pemimpin Teheran ini menganggap tidak ada yang baru dari pidato Trump selain mengumbar “tuduhan palsu dan penghinaan” terhadap rakyat Iran.
”Namun, jika suatu saat kepentingan kita tidak dilayani, kita tidak akan ragu sejenak pun dan akan meresponsnya,” tegas Rouhani.
Trump memberikan waktu 60 hari kepada Kongres AS untuk memutuskan apakah akan mengajukan kembali sanksi ekonomi kepada Teheran yang dicabut pada tahun 2016. Sikap presiden Amerika ini yang tidak bisa diterima Iran.
”Kesepakatan akan tetap utuh dan tidak ada artikel atau paragraf yang akan ditambahkan atau dikurangi darinya. Kesepakatan nuklir tidak dapat dinegosiasi ulang,” kata Rouhani, seperti dikutip Reuters, Sabtu (14/10/2017).
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei telah memperingatkan Washington mengenai langkahnya yang salah. Dia mengatakan, Iran akan berhenti menerapkan kesepakatan nukir jika ada sanksi yang diajukan kembali oleh Washington.
Trump dalam pidatonya di Gedung Putih memang memutuskan untuk melanjutkan kesepakatan nuklir tahun 2015 antara Teheran dan enam kekuatan dunia (AS, Rusia, Jerman, Prancis, Inggris dan China). Namun, Trump meminta Kongres “mengutak-atik” kesepakatan yang sudah final itu dengan memperkuat persyaratannya.
Keputusan Trump yang melanjutkan kesepakatan nuklir itu berbeda dengan sikap awalnya yang ingin agar AS membatalkannya. Sikap awal pemimpin Gedung Putih itu sempat membuat Teheran kesal.
”Tidak ada presiden yang dapat mencabut kesepakatan internasional. Iran akan terus menghormati komitmennya berdasarkan kesepakatan tersebut,” kata Rouhani dalam sebuah pidato yang disiarkan secara langsung di televisi.
Pemimpin Teheran ini menganggap tidak ada yang baru dari pidato Trump selain mengumbar “tuduhan palsu dan penghinaan” terhadap rakyat Iran.
”Namun, jika suatu saat kepentingan kita tidak dilayani, kita tidak akan ragu sejenak pun dan akan meresponsnya,” tegas Rouhani.
Trump memberikan waktu 60 hari kepada Kongres AS untuk memutuskan apakah akan mengajukan kembali sanksi ekonomi kepada Teheran yang dicabut pada tahun 2016. Sikap presiden Amerika ini yang tidak bisa diterima Iran.
”Kesepakatan akan tetap utuh dan tidak ada artikel atau paragraf yang akan ditambahkan atau dikurangi darinya. Kesepakatan nuklir tidak dapat dinegosiasi ulang,” kata Rouhani, seperti dikutip Reuters, Sabtu (14/10/2017).
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei telah memperingatkan Washington mengenai langkahnya yang salah. Dia mengatakan, Iran akan berhenti menerapkan kesepakatan nukir jika ada sanksi yang diajukan kembali oleh Washington.
(mas)