Iran Dinilai Tak Konsisten dan Buang Waktu Berharga dalam Perundingan Nuklir
loading...
A
A
A
PARIS - Sikap Iran dinilai tidak konsisten dalam perundingan tentang program nuklirnya. Teheran juga diangggap sudah membuang-buang waktu berharga dalam perundingan penting tersebut.
Penilaian itu disampaikan para diplomat Eropa yang bernegosiasi dengan Iran.
Setelah jeda lima bulan, perundingan dilanjutkan untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015 yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA) di Wina sejak 29 November 2021.
JCPOA 2015 bertujuan untuk mencegah Iran mengembangkan bom atom, tujuan yang selalu dibantah Teheran. Kesepakatan itu memastikan keringanan sanksi sebagai imbalan atas pembatasan ketat pada program nuklir Iran, yang ditempatkan di bawah pemantauan ekstensif PBB.
Para diplomat dari Iran, Inggris, China, Prancis, Jerman dan Rusia, negara-negara penandatangan perjanjian 2015, menghadiri pembicaraan saat ini.
“Kami telah berjam-jam terlibat, dan semua delegasi telah menekan Iran untuk bersikap masuk akal,” kata para diplomat, dari Inggris, Prancis, dan Jerman, seperti dikutip AFP, Selasa (14/12/2021).
“Sampai saat ini, kami masih belum bisa turun ke negosiasi nyata,” imbuh mereka.
“Kami kehilangan waktu berharga berurusan dengan posisi baru Iran yang tidak konsisten dengan JCPOA atau yang melampaui itu.”
Donald Trump menarik AS keluar dari kesepakatan pada 2018 dan Presiden AS Joe Biden ingin merundingkan kembalinya Washington, dengan diplomat AS berpartisipasi pada satu langkah dari pembicaraan utama.
Penilaian itu disampaikan para diplomat Eropa yang bernegosiasi dengan Iran.
Setelah jeda lima bulan, perundingan dilanjutkan untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015 yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA) di Wina sejak 29 November 2021.
JCPOA 2015 bertujuan untuk mencegah Iran mengembangkan bom atom, tujuan yang selalu dibantah Teheran. Kesepakatan itu memastikan keringanan sanksi sebagai imbalan atas pembatasan ketat pada program nuklir Iran, yang ditempatkan di bawah pemantauan ekstensif PBB.
Para diplomat dari Iran, Inggris, China, Prancis, Jerman dan Rusia, negara-negara penandatangan perjanjian 2015, menghadiri pembicaraan saat ini.
“Kami telah berjam-jam terlibat, dan semua delegasi telah menekan Iran untuk bersikap masuk akal,” kata para diplomat, dari Inggris, Prancis, dan Jerman, seperti dikutip AFP, Selasa (14/12/2021).
“Sampai saat ini, kami masih belum bisa turun ke negosiasi nyata,” imbuh mereka.
“Kami kehilangan waktu berharga berurusan dengan posisi baru Iran yang tidak konsisten dengan JCPOA atau yang melampaui itu.”
Donald Trump menarik AS keluar dari kesepakatan pada 2018 dan Presiden AS Joe Biden ingin merundingkan kembalinya Washington, dengan diplomat AS berpartisipasi pada satu langkah dari pembicaraan utama.