Drone Rusia 7 Kali Lebih Murah Dibanding Rudal Pertahanan Udara Ukraina
loading...
A
A
A
MOSKOW - Fakta terungkap bahwa drone kamikaze yang lebih kecil yang digunakan Rusia jauh lebih murah daripada rudal pertahanan udara Ukraina yang digunakan untuk melawan mereka.
Hal itu diungkap dalam laporan New York Times (NYT) yang menambahkan, perbedaan harga itu menciptakan masalah bagi Kiev dan pendukung Baratnya.
Dalam artikel pada Selasa (3/1/2023), surat kabar itu tidak mempertanyakan klaim Kiev bahwa sebagian besar drone (UAV) yang diluncurkan oleh Rusia ditembak jatuh.
Namun NYT menunjukkan, bahkan dalam kasus ini stok pertahanan udara Ukraina telah habis.
“Berapa lama Ukraina dapat mempertahankan upayanya ketika banyak tindakan defensifnya jauh lebih mahal daripada drone itu?” tulis NYT bertanya-tanya.
“Selain mencoba menghancurkan drone yang masuk dengan senjata anti-pesawat dan tembakan senjata kecil, pasukan Kiev juga sangat bergantung pada rudal yang ditembakkan dari pesawat tempur dan darat yang sangat mahal,” tulis NYT.
Surat kabar itu mengutip kepala konsultan Ukraina Molfar, Artem Starosiek, yang mengklaim menggunakan rudal untuk melawan UAV menelan biaya hingga tujuh kali lebih banyak daripada drone itu sendiri.
“Drone yang digunakan Rusia dihargai sekitar USD20.000 per unit, sementara rudal darat-ke-udara dari gudang senjata Ukraina berkisar dari USD140.000 untuk S-300 era Soviet hingga USD500.000 untuk sistem NASAM yang dipasok AS,” papar Starosiek.
Artikel tersebut mengklaim drone yang digunakan Rusia di Ukraina adalah Shahed-136, yang dipasok oleh Iran. Klaim ini telah dibantah Moskow dan Teheran dalam banyak kesempatan.
Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rusia menegaskan drone Geran-2 dibuat di dalam negeri, sama seperti semua perangkat keras lain yang digunakan dalam operasi militer melawan Kiev.
Kementerian Luar Negeri Iran hanya mengonfirmasi pengiriman sejumlah kecil drone ke Rusia sebelum pecahnya konflik dengan Ukraina.
Teheran menekankan tidak ada pengiriman baru yang dilakukan sejak saat itu.
Namun demikian, Starosiek membela strategi Kiev, dengan alasan, “Biaya untuk menembak jatuh drone masih jauh lebih murah daripada memperbaiki pembangkit listrik yang rusak atau hancur.”
Namun, NYT memperingatkan, “Perbedaan harga antara drone dan pertahanan udara adalah ketidakseimbangan yang dari waktu ke waktu dapat menguntungkan Rusia, merugikan Ukraina dan sekutunya, menurut beberapa analis.”
Sesuai perkiraan Molfar, Rusia telah menargetkan infrastruktur militer Ukraina dan sistem energi dengan sekitar 600 drone sejak September, ketika UAV mulai digunakan secara lebih luas.
Rusia secara drastis menggenjot serangannya terhadap infrastruktur Ukraina pada awal Oktober sebagai tanggapan atas sabotase berulang Ukraina di tanah Rusia, termasuk pemboman Jembatan Crimea, yang dituduhkan Moskow pada Kiev.
Meskipun serangan itu disambut baik oleh pejabat tinggi Ukraina, Kiev membantah terlibat.
Hal itu diungkap dalam laporan New York Times (NYT) yang menambahkan, perbedaan harga itu menciptakan masalah bagi Kiev dan pendukung Baratnya.
Dalam artikel pada Selasa (3/1/2023), surat kabar itu tidak mempertanyakan klaim Kiev bahwa sebagian besar drone (UAV) yang diluncurkan oleh Rusia ditembak jatuh.
Namun NYT menunjukkan, bahkan dalam kasus ini stok pertahanan udara Ukraina telah habis.
“Berapa lama Ukraina dapat mempertahankan upayanya ketika banyak tindakan defensifnya jauh lebih mahal daripada drone itu?” tulis NYT bertanya-tanya.
“Selain mencoba menghancurkan drone yang masuk dengan senjata anti-pesawat dan tembakan senjata kecil, pasukan Kiev juga sangat bergantung pada rudal yang ditembakkan dari pesawat tempur dan darat yang sangat mahal,” tulis NYT.
Surat kabar itu mengutip kepala konsultan Ukraina Molfar, Artem Starosiek, yang mengklaim menggunakan rudal untuk melawan UAV menelan biaya hingga tujuh kali lebih banyak daripada drone itu sendiri.
“Drone yang digunakan Rusia dihargai sekitar USD20.000 per unit, sementara rudal darat-ke-udara dari gudang senjata Ukraina berkisar dari USD140.000 untuk S-300 era Soviet hingga USD500.000 untuk sistem NASAM yang dipasok AS,” papar Starosiek.
Artikel tersebut mengklaim drone yang digunakan Rusia di Ukraina adalah Shahed-136, yang dipasok oleh Iran. Klaim ini telah dibantah Moskow dan Teheran dalam banyak kesempatan.
Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rusia menegaskan drone Geran-2 dibuat di dalam negeri, sama seperti semua perangkat keras lain yang digunakan dalam operasi militer melawan Kiev.
Kementerian Luar Negeri Iran hanya mengonfirmasi pengiriman sejumlah kecil drone ke Rusia sebelum pecahnya konflik dengan Ukraina.
Teheran menekankan tidak ada pengiriman baru yang dilakukan sejak saat itu.
Namun demikian, Starosiek membela strategi Kiev, dengan alasan, “Biaya untuk menembak jatuh drone masih jauh lebih murah daripada memperbaiki pembangkit listrik yang rusak atau hancur.”
Namun, NYT memperingatkan, “Perbedaan harga antara drone dan pertahanan udara adalah ketidakseimbangan yang dari waktu ke waktu dapat menguntungkan Rusia, merugikan Ukraina dan sekutunya, menurut beberapa analis.”
Sesuai perkiraan Molfar, Rusia telah menargetkan infrastruktur militer Ukraina dan sistem energi dengan sekitar 600 drone sejak September, ketika UAV mulai digunakan secara lebih luas.
Rusia secara drastis menggenjot serangannya terhadap infrastruktur Ukraina pada awal Oktober sebagai tanggapan atas sabotase berulang Ukraina di tanah Rusia, termasuk pemboman Jembatan Crimea, yang dituduhkan Moskow pada Kiev.
Meskipun serangan itu disambut baik oleh pejabat tinggi Ukraina, Kiev membantah terlibat.
(sya)