Bantu Rekonstruksi Ukraina, Jerman Buka Opsi Rebut Aset Rusia
loading...
A
A
A
BERLIN - Jerman terbuka untuk menggunakan miliaran euro dalam aset Rusia yang dibekukan untuk membantu Ukraina membangun kembali selama masalah hukum dapat diselesaikan dan negara-negara sekutu mengikuti langkahnya.
Pemerintah Kanselir Jerman Olaf Scholz mendukung permintaan Ukraina untuk rampasan perang tetapi belum mengambil posisi resmi untuk menyita aset dari negara Rusia. Anggota kabinet koalisinya terpecah mengenai hal itu menurut orang-orang yang mengetahui diskusi tersebut.
Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock ingin Rusia membayar kerusakan yang terjadi di Ukraina. Mantan wakil pemimpin Partai Hijau Jerman, yang telah lama mendukung sikap yang lebih keras terhadap Kremlin, menegaskan bahwa menyita setidaknya beberapa aset yang dibekukan perlu menjadi pilihan, kata pejabat yang akrab dengan diskusi tersebut kepada Bloomberg tanpa menyebut nama.
Menteri Keuangan Christian Lindner, yang mengepalai Partai Demokrat Bebas yang pro-bisnis, lebih berhati-hati.
"Dia khawatir penyitaan aset bank sentral Rusia dapat menciptakan preseden berbahaya dan membawa negara-negara Eropa dan sekutu mereka ke dalam masalah hukum," kata para pejabat seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (4/1/2023).
Uni Eropa (UE) dan mitra dari negara-negara kaya Kelompok Tujuh telah membekukan sekitar 300 miliar Euro atau sekitar Rp4.952 kuadriliun cadangan bank sentral Rusia. UE juga telah memblokir sekitar 19 miliar Euro (Rp313 triliun) aset yang dimiliki oleh pengusaha Rusia yang terkena sanksi, meskipun perkiraan ini tidak lengkap. Aset berada dalam limbo dan saat ini tidak dapat didistribusikan.
Diskusi serupa juga sedang berlangsung di tempat lain.
"Uni Eropa akan menemukan cara legal untuk menyita aset Rusia untuk membantu mendanai rekonstruksi Ukraina," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.
Pemerintah Kanselir Jerman Olaf Scholz mendukung permintaan Ukraina untuk rampasan perang tetapi belum mengambil posisi resmi untuk menyita aset dari negara Rusia. Anggota kabinet koalisinya terpecah mengenai hal itu menurut orang-orang yang mengetahui diskusi tersebut.
Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock ingin Rusia membayar kerusakan yang terjadi di Ukraina. Mantan wakil pemimpin Partai Hijau Jerman, yang telah lama mendukung sikap yang lebih keras terhadap Kremlin, menegaskan bahwa menyita setidaknya beberapa aset yang dibekukan perlu menjadi pilihan, kata pejabat yang akrab dengan diskusi tersebut kepada Bloomberg tanpa menyebut nama.
Menteri Keuangan Christian Lindner, yang mengepalai Partai Demokrat Bebas yang pro-bisnis, lebih berhati-hati.
"Dia khawatir penyitaan aset bank sentral Rusia dapat menciptakan preseden berbahaya dan membawa negara-negara Eropa dan sekutu mereka ke dalam masalah hukum," kata para pejabat seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (4/1/2023).
Uni Eropa (UE) dan mitra dari negara-negara kaya Kelompok Tujuh telah membekukan sekitar 300 miliar Euro atau sekitar Rp4.952 kuadriliun cadangan bank sentral Rusia. UE juga telah memblokir sekitar 19 miliar Euro (Rp313 triliun) aset yang dimiliki oleh pengusaha Rusia yang terkena sanksi, meskipun perkiraan ini tidak lengkap. Aset berada dalam limbo dan saat ini tidak dapat didistribusikan.
Diskusi serupa juga sedang berlangsung di tempat lain.
"Uni Eropa akan menemukan cara legal untuk menyita aset Rusia untuk membantu mendanai rekonstruksi Ukraina," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.