Komandan Rusia Sarankan Senjata Nuklir Opsi Tunggal untuk Menangkan Perang Ukraina
loading...
A
A
A
MOSKOW - Alexander Khodakovsky, seorang komandan tempur Rusia , menyarankan penggunaan senjata nuklir sebagai opsi tunggal untuk memenangkan perang di Ukraina .
Dia adalah salah seorang komandan yang memimpin pasukan Donetsk, wilayah separatis Ukraina yang sekarang sudah bergabung dengan Federasi Rusia melalui referendum.
Sarannya muncul lebih dari sembilan bulan setelah Presiden Rusia Vladimir Putin melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari dan berharap meraih kemenangan cepat.
Namun, semangat upaya pertahanan Ukraina, yang didukung oleh bantuan keuangan dan militer Barat, telah menumpulkan kemajuan militer Moskow. Pasukan Putin terus berjuang untuk mencapai tujuan substansial.
Sepanjang konflik yang tegang, kekhawatiran muncul tentang apakah Putin akan memerintahkan penggunaan senjata nuklir jika dia merasa tidak memiliki cara lain untuk memenangkan perang atau jika perang berkembang menjadi konflik yang lebih besar dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Saran Khodakovsky disampaikan saat tampil di stasiun televisi pemerintah Rusia. Video penampilannya diterjemahkan dan di-posting ke Twitter oleh jurnalis BBC Francis Scarr.
Dia mengatakan otoritas militer Rusia menyadari sumber daya mereka memiliki batas, menunjukkan mereka mungkin harus beralih ke senjata nuklir untuk mengalahkan Ukraina.
"Semua orang menyadari bahwa spiral eskalasi berikutnya hanya bisa menjadi tahap perang nuklir," kata Khodakovsky.
"Rusia dapat mengerahkan senjata nuklir jika NATO melintasi 'batas tertentu' dan menjadi terlibat langsung dalam konflik militer," kata Khodakovsky, seperti dikutip Newsweek, Kamis (15/12/2022).
Sejauh ini, Barat menolak terlibat langsung dalam perang melawan Rusia, namun memasok senjata ke Ukraina.
Dia mengakui bahwa Rusia tidak memiliki kemampuan untuk berperang melawan keseluruhan blok NATO dengan menggunakan senjata konvensional.
"Kami tidak memiliki kemampuan—kami adalah negara yang sekarang memerangi seluruh dunia Barat, dan kami tidak memiliki sumber daya untuk mengalahkan blok NATO dengan cara konvensional," katanya.
"Tapi kami memiliki senjata nuklir untuk itu. Kami membuatnya khusus untuk situasi seperti itu. Itulah mengapa hanya ada satu pilihan."
Terlepas dari pernyataan Khodakovsky, NATO belum mengindikasikan rencana apapun untuk memulai keterlibatan langsung dalam perang Ukraina.
Rusia telah memberikan sinyal beragam tentang potensi penggunaan senjata nuklir selama konflik. Pihak berwenang telah secara resmi menolak gagasan penggelaran senjata pemusnah massal itu, tetapi televisi pemerintah yang berhubungan erat dengan Kremlin telah mengejek Barat dengan kemungkinan serangan nuklir Moskow.
Pada bulan September, Putin mengeluarkan ancaman terhadap negara-negara yang dia yakini sedang mencoba untuk "memeras" Rusia dengan senjata nuklir mereka—sebuah pukulan yang jelas pada negara-negara Barat—saat dia memerintahkan mobilisasi parsial tentara cadangan untuk perang di Ukraina.
Baik Rusia maupun Barat telah menunjukkan koleksi senjata nuklir masing-masing sebagai pencegah yang bertujuan mencegah serangan yang akan menyebabkan penderitaan yang meluas.
"Mereka yang mencoba memeras kami dengan senjata nuklir harus tahu bahwa angin juga bisa berputar ke arah mereka," kata Putin.
Namun, pada bulan Oktober, Putin sebagaimana dilaporkan kantor berita AP meremehkan kemungkinan penggunaan nuklir, dengan mengatakan bahwa "tidak ada gunanya, baik politik maupun militer".
Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin memperingatkan pekan lalu bahwa Putin sedang mengembangkan dan memodernisasi persenjataan nuklirnya.
Dia adalah salah seorang komandan yang memimpin pasukan Donetsk, wilayah separatis Ukraina yang sekarang sudah bergabung dengan Federasi Rusia melalui referendum.
Sarannya muncul lebih dari sembilan bulan setelah Presiden Rusia Vladimir Putin melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari dan berharap meraih kemenangan cepat.
Namun, semangat upaya pertahanan Ukraina, yang didukung oleh bantuan keuangan dan militer Barat, telah menumpulkan kemajuan militer Moskow. Pasukan Putin terus berjuang untuk mencapai tujuan substansial.
Sepanjang konflik yang tegang, kekhawatiran muncul tentang apakah Putin akan memerintahkan penggunaan senjata nuklir jika dia merasa tidak memiliki cara lain untuk memenangkan perang atau jika perang berkembang menjadi konflik yang lebih besar dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Saran Khodakovsky disampaikan saat tampil di stasiun televisi pemerintah Rusia. Video penampilannya diterjemahkan dan di-posting ke Twitter oleh jurnalis BBC Francis Scarr.
Dia mengatakan otoritas militer Rusia menyadari sumber daya mereka memiliki batas, menunjukkan mereka mungkin harus beralih ke senjata nuklir untuk mengalahkan Ukraina.
"Semua orang menyadari bahwa spiral eskalasi berikutnya hanya bisa menjadi tahap perang nuklir," kata Khodakovsky.
"Rusia dapat mengerahkan senjata nuklir jika NATO melintasi 'batas tertentu' dan menjadi terlibat langsung dalam konflik militer," kata Khodakovsky, seperti dikutip Newsweek, Kamis (15/12/2022).
Sejauh ini, Barat menolak terlibat langsung dalam perang melawan Rusia, namun memasok senjata ke Ukraina.
Dia mengakui bahwa Rusia tidak memiliki kemampuan untuk berperang melawan keseluruhan blok NATO dengan menggunakan senjata konvensional.
"Kami tidak memiliki kemampuan—kami adalah negara yang sekarang memerangi seluruh dunia Barat, dan kami tidak memiliki sumber daya untuk mengalahkan blok NATO dengan cara konvensional," katanya.
"Tapi kami memiliki senjata nuklir untuk itu. Kami membuatnya khusus untuk situasi seperti itu. Itulah mengapa hanya ada satu pilihan."
Terlepas dari pernyataan Khodakovsky, NATO belum mengindikasikan rencana apapun untuk memulai keterlibatan langsung dalam perang Ukraina.
Rusia telah memberikan sinyal beragam tentang potensi penggunaan senjata nuklir selama konflik. Pihak berwenang telah secara resmi menolak gagasan penggelaran senjata pemusnah massal itu, tetapi televisi pemerintah yang berhubungan erat dengan Kremlin telah mengejek Barat dengan kemungkinan serangan nuklir Moskow.
Pada bulan September, Putin mengeluarkan ancaman terhadap negara-negara yang dia yakini sedang mencoba untuk "memeras" Rusia dengan senjata nuklir mereka—sebuah pukulan yang jelas pada negara-negara Barat—saat dia memerintahkan mobilisasi parsial tentara cadangan untuk perang di Ukraina.
Baik Rusia maupun Barat telah menunjukkan koleksi senjata nuklir masing-masing sebagai pencegah yang bertujuan mencegah serangan yang akan menyebabkan penderitaan yang meluas.
"Mereka yang mencoba memeras kami dengan senjata nuklir harus tahu bahwa angin juga bisa berputar ke arah mereka," kata Putin.
Namun, pada bulan Oktober, Putin sebagaimana dilaporkan kantor berita AP meremehkan kemungkinan penggunaan nuklir, dengan mengatakan bahwa "tidak ada gunanya, baik politik maupun militer".
Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin memperingatkan pekan lalu bahwa Putin sedang mengembangkan dan memodernisasi persenjataan nuklirnya.
(min)